F A D E D

3K 159 4
                                    

"Apa yang kau inginkan?"

Seorang wanita berdiri di sana, mengabaikan jeritan tak berarti dari gadis itu. Tangannya membelai benda tajam berwarna silver. Pantulan sinar matahari membuatnya berkilat. Akhirnya kesempatan yang ditunggu-tunggunya datang juga. Harusnya ia masih bisa bersabar dan melanjutkan rencana main-mainnya, namun tadi malam ia benar-benar habis kesabaran dengan pemandangan yang dilihatnya.

"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, tapi rupanya kamu berpikir aku main-main," wanita itu memakai penutup di wajahnya. Ruangan yang serba tertutup dan minim cahaya mengaburkan pandangan Anna. Sosok wanita itu mendekatinya. Kejadian yang hampir sama .. atau mungkin lebih dari sebelumnya menanti Anna. Kubangan amarah dan kebencian jelas terlihat dari aura wanita itu.

Ia juga bingung kenapa ia ada di tempat asing itu. Kevin telah berjanji untuk menjemputnya tadi dan ia memutuskan untuk menunggu pria itu di depan sekolahnya. Hari sabtu jarang sekali sekolah dibuka hingga sore hari karena kegiatan ekstrakulikuler biasanya tidak ada. Jadi akan sangat sepi jika ia menunggu di gedung sekolahnya. Baru beberapa langkah ia keluar gerbang tiba-tiba saja orang menyeretnya dan sekarang berakhir di sini. Kenapa hidupnya sial sekali?

Anna menggigiti bibirnya sebagai pelampiasan rasa takut. Apakah wanita gila itu akan membunuhnya?

Saat ini ia benar-benar berharap Kevin akan datang untuk menolongnya. Tapi itu mustahil. Tidak ada yang tahu kalau dirinya sedang dalam bahaya. Tas dan ponselnya jatuh begitu saja ketika orang-orang itu menyeretnya. Ia hanya bisa menyusun skenario bahwa satpam masih sempat melihatnya tadi dan akan mengadukannya pada Kevin ketika pria itu tak menemukannya di sana.

__

Kevin menepikan Range Rovers-nya di depan gerbang sekolah Anna. Ia tak ingin repot-repot memasuki area parkir. Dengan malas ia turun untuk memanggil Anna yang biasanya sudah bersiap menunggunya di dekat pos satpam.

Sebelum sempat bertanya pada penjaga di sana, seorang satpam yang sudah berumur terburu-buru menghampirinya. Tas yang dikenali Kevin ada di genggaman pria itu. Firasatnya mulai merasakan sesuatu yang buruk.

"Maaf, Mas, itu .." sambil ngos-ngosan pria berseragam biru dongker itu berusaha menyampaikan sesuatu. Sebelumnya ia mengulurkan tas ransel yang dipungutnya ketika tak sengaja melihat gadis yang beberapa kali ia ajak ngobrol akhir-akhir ini. Anna senang menghabiskan waktu dengan mereka sambil menunggu jemputannya.

"Kenapa tas Anna ada sama bapak?" tanya Kevin ketika mengambilnya. Ponsel gadis itu juga ada di sana, tidak biasanya Anna bisa lepas dari gadget canggih yang diberikan Kevin itu. Dari mencari Pokemon hingga menonton film pasti ia habiskan dengan benda silver berlogo buah apel digigit itu. Untung saja tidak sampai mengabaikan makan dan tugas-tugas sekolahnya.

"Itu pak, tadi non Anna masih menunggu bapak menjemputnya. Tapi tiba-tiba ada orang yang menyeretnya masuk ke dalam sebuah mobil," bapak itu terlihat takut-takut untuk melanjutkan kata-katanya, "bapak takut non Anna diculik, Pak,"

Darah pria itu menghempas ke sudut terbawah tubuhnya. Tiba-tiba rasa dingin menguasai dan ketakutan datang dengan kejamnya. Ia berlari menuju mobil lalu melajukan kendaraannya itu dengan penuh kemarahan. Dalam keadaan seperti ini ia tidak tahu harus kemana. Salahnya juga yang kurang percaya pada Anna yang mengadu padanya. Salahnya juga yang tidak benar-benar menjaga gadis itu. Kalau sudah seperti ini, apa keadaan akan semakin baik jika ia merasa bersalah?

"Brengsek!" ia berteriak pada setiap yang dilewatinya, jemari itu bergetar memegang setir. Kesadarannya terenggut rasa panik, takut, dan khawatir. Belum lagi rasa bersalah.

Dengan tujuan utama adalah rumah, ia tahu masalah ini berasal dari sana. Entah Renata dan arwahnya yang ingin mengambil malaikatnya lagi, ia harus memastikan.

Shadow (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang