Dalam kelimbungan ia masih sempat melihat sosok wanita di pantulan kaca. Menyeringai dengan mata gelapnya. Kemudian lenyap. Lalu Anna tidak sadarkan diri.

_

Saat kembali dari kesibukan kantor, Kevin tanpa basa-basi menuju kamarnya.

"Anak pembang ..." mulutnya menganga melafalkan pembangkang yang kata terputus. Pemandangan yang menyambutnya membuatnya lemas seketika. Rasanya tak ada salahnya jika pria itu berteriak kegirangan sekarang. Tapi itu tidak mungkin—tidak mungkin, karena ia punya otak untuk berpikir. Ia tidak bodoh, percaya pada apa yang dilihatnya.

Tapi Kevin juga hanya manusia biasa, pria kuat yang sesungguhnya begitu lemah di sudut jiwanya yang kesepian. Emosinya menyuruh untuk percaya, dan ia menuruti emosi itu. Kevin mendekati tubuh yang dirindukannya itu. Sangat pelan mengusap helaian surai hitam pekat itu.

"Renata ... ba-bagaimana bisa?" Kevin tak tahan lagi, ia sangat merindukan wanita itu. Ia tak sanggup. Apapun itu, ia ingin memeluknya. Mencari kehangatan yang telah lama hilang. Dipeluknya tubuh yang selalu menyalurkan kehangatan itu dengan penuh kerinduan.

Anna mengerjap dalam kekagetannya. Samar-samar melihat ruangan luas yang dikenalinya. Apa ini, pikirnya gamang. Otaknya memutar ingatan terakhir sebelum sosok menakutkan itu menyerangnya.

"Aku harus pulang!" pekiknya membuat Kevin terlonjak. Saat itu juga Anna sadar kalau ia sedang dipeluk seseorang—seseorang yang bernama Kevin—si singa buas. "Kurangajar!" jeritannya menggema, kedua lengannya sontak mendorong pria itu hingga terjungkang ke lantai.

"Rena ... Anna?" akhirnya Kevin terbangun dari mimpi indahnya. Sial, wanita itu bukan Renata. Bodoh, jelas-jelas Renata-nya sudah mati. Bagaimana bisa ia melihat sosok istrinya pada anak kecil itu.

"Kau pria kurangajar! Iblis! Hantu! Aku ingin pulang!" Anna menantang Kevin yang sudah berdiri di hadapannya. Apapun alasannya ia ingin enyah dari rumah itu secepatnya. Bukan hanya si makhluk kejam bernama Kevin yang bersiap memakannya, tapi juga sesuatu. Sesuatu yang berpuluh kali lipat lebih menakutkan—menurut Anna.

Kevin bukannya menanggapi kutukan tak berkelas itu, justru menatap Anna lekat, menelanjangi Anna dengan mata tajamnya. Sampai akhirnya ia menemukan apa yang ia cari. Sesuatu yang membuatnya kehilangan logika beberapa menit yang lalu. Sesuatu yang membuka luka lama yang terkubur.

"Sialan ... lepaskan baju itu!" Anna terkesiap mendengar perintah aneh itu. Kekuatan yang menguar sebelumnya surut seketika. Jemarinya berkelana menarik selimut lalu menutupi tubuhnya hingga leher. Lelehan kristal mulai menggenang di pelupuk manik merah yang ketakutan.

"Lepaskan atau aku ..." ancam Kevin lebih kepada kemarahan yang tak berarti.

"Apa yang akan kau lakukan padaku? Apa kau akan memperkosa anak delapan belas tahun? Kumohon ... jangan ...," gadis itu menatap nanar kepada Kevin. Belas kasihan ia coba dapatkan dengan tatapannya yang memohon. Bagaimana tidak, pria itu sekarang berusaha menelanjanginya. Ia tak bisa melawan. Tubuhnya masih sakit.

Lalu selanjutnya apa? Bergelut dalam hasrat pria itu? Tidak, itu tidak boleh terjadi.

"Pembangkang!" tak ada lagi yang bisa dilakukan Anna sekarang. Dalam keganasan yang memuncak, Kevin sudah merobek gaun tidur yang membungkusnya lalu melemparnya ke lantai. Namun Anna harus lebih terheran lagi setalah Kevin malah pergi meninggalkannya setelah tindakan brutalnya.

"Susan! Siapkan baju untuknya!" Kevin bergegas meninggalkan Anna yang kebingungan. Tak beberapa lama, Susan sudah menampakkan diri di ambang pintu.

"Ada apa?" wanita muda itu melenggang menghampiri Anna. "astaga!" sepasang bibirnya membentuk 'A' lebar, menggeleng tak percaya melihat betapa mengenaskannya gadis mungil di atas tempat tidur itu. Dengan malu, Anna menarik selimut putih yang melorot memperlihatkan pangkal payudaranya. Setelahnya, ia hanya menunduk, menghabiskan sisa tangisnya.

"Aku mau pulang ..." katanya dengan bisikan. Pandangannya menyiratkan permohonan. Mau tak mau, Susan merasa prihatin. Apa yang diinginkan tuannya dari gadis di depannya ini? Banyak wanita luar biasa di luar sana yang berlomba untuknya. Dalam sejarah, tidak ada anak-anak yang menjadi pasangan kencan Kevin.

Ada keinginan dalam hatinya untuk membebaskan gadis itu, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Kevin pasti membunuhnya jika sampai ia nekat.

"Aku tidak tahu apa yang sudah kulakukan, tiba-tiba saja tuanmu melakukannya," Anna masih bingung dengan kemarahan Kevin yang tiba-tiba. Beberapa menit yang lalu, kalau tidak salah pria itu masih memeluknya dengan sayang, lalu sekarang ia dibuat ketakutan luar biasa. Ia melihat Susan yang tercengang—lagi-lagi membelalak. Bola matanya yang hitam berkilau terlihat bersiap melompat keluar.

"Oh, jangan berpikir macam-macam. Dia tidak melakukan apa yang kau pikirkan, dia ... dia hanya ..." Anna menggeleng beberapa kali untuk mengubah apa yang sempat hinggap di otak wanita bernama Susan itu. "dia hanya merobek gaunku, tidak lebih," katanya menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Ia juga sempat bahwa ia akan menjadi korban pemerkosaan sebelumnya, tapi sungguh Kevin tidak melakukannya.

Susan menghela napas lega. Membayangkan Kevin memuaskan hasratnya pada gadis yang terbilang masih remaja membekukan logika berpikirnya sejenak. Tuan Kevin benar-benar bajingan luar biasa, otaknya sempat menjerit meneriakkan kata itu. Untung saja perkiraannya salah.

Tapi kenapa tidak? Pasti ada alasan Kevin melakukan itu. Adakah hubungannya dengan Renata? Tuan Kevin belum bisa melupakan wanita itu sampai sekarang. Benar, Susan bergumam. Anna masih bisa mendengarnya, tentu saja. Susan tahu setiap apa yang dialami Kevin di masa lalu. Dia sudah menjadi saksi hidup pergulatan Kevin dengan kehidupan kelamnya. Susan tahu semuanya.

Bersambung ...

^^

Yeah, Kevin tidak sejahat itu kan? Makanya jangan benci Kevin dulu hehe. Ia hanya korban masa lalu yang menyedihkan. Tapi aku nggak janji sih kalau setelah ini sifat Kevin bakalan lebih baik lagi. Aku malah berpikir ia semakin jahat demi melampiaskan masa lalu yang entah kenapa digali lewat Anna.

Tunggu kelanjutannya ya, dan tetap aku minta dukungannya 

Thank you and sending big love and kiss for all my lovely readers ...

Shadow (Complete) Where stories live. Discover now