Part 6 : Kharisma

Mulai dari awal
                                    

“Ck, bukan meeting lho, mas.” Langit menjadi gusar. Ia sudah memiliki janji dengan Melody. Dan ia tahu wanita itu akan mengamuk jika ia mengatakan tak bisa menjemputnya setelah semalam ia sendiri yang memaksa untuk menjemput wanita sadis tersebut.

Hah…

Dan terkutuklah Melody yang tak juga menjawab panggilannya.

“Jadi apa? Sudahlah, ayo nanti Reya terlambat.” Rama menyudahi sarapannya dengan meneguk habis kopi buatan sang istri. “Nanti Reya di jemput Mama pakai taksi ya.”

Reya hanya mengangguk dan melahap habis seluruh rotinya.

“Ck, angkat Mel.”

Langit masih menggerutu ketika kakaknya dan juga sang kakak ipar sudah berdiri untuk menyiapkan perlengkapan sekolah Reya.

“Nelpon siapa Lang? kok kelewat gusar gitu?” tanya Siska—kakak iparnya.

Langit melemaskan pundak ketika pada panggilan kedua Melody tak juga mengangkat telponnya. “Yang janji di jemput, Mbak. Maksudnya mau kasih tau suruh naik taksi aja. Tapi malah gak di angkat gini.” Langit menarik tasnya. Dan turut berdiri bersiap untuk berangkat.

“Perasaan punya pacar aja,” celetuk Rama merapikan pakaian. “Masih kepentok cinta Jihan Shapirra aja sok cemas kaya punya pacar yang mesti di jemput. Ck, kasian uncle sky ya dek,  sudah lama gak punya pacar sekalinya naksir perempuan sudah mau nikah.” Tawa Rama pecah, di susul cekikan ibunya dan juga Siska tentu saja.

“Heish,” Langit mengeram tak suka. Ia mendengus kuat sembari merapikan kembali dasinya yang sedikit miring. “Namanya Melody, Mas. Nanti aku kenalin sekalian kita jemput dia. Dan ingat, jangan bawa-bawa Jihan.” Gerutunya yang masih di hadiahi tawa dari ibu dan kakaknya itu.

“Melody heh? Melody tak berdawai atau Melody cintai kami selamanya?” tergelak dalam tawa yang tampak puas, Rama bahkan memegang perutnya karena tak tahan telah  menertawakan adiknya sendiri.

“Hush, sudahlah Rama. Berhenti mengolok adikmu. Sana pergi dan cepat berkenalan dengan Melody.”

Menahan tawa, Rama mengerling pada Langit yang telah cemberut. “Baiklah, Ma. Nanti aku ceritakan jika Melody itu bukanlah tokoh khayalan di dalam kepalanya.” Rama kembali melanjutkan dengan tawa berderai yang tak surut. Tampaknya Langit baru saja membuat lelucon paling konyol di dalam hidupnya. Sampai-sampai ia tak bisa menghentikan tawanya sendiri.

***

Melody mencengkram erat ujung dari tas yang ia sampirkan di pundak kirinya. Kakinya yang tadi melangkah pasti, kini tertahan dan hanya mampu membeliak beberapa kali sebelum meyakini sesosok wanita berpenampilan anggun yang tengah menunggunya di loby apartment.

Melody tak mengenal wanita itu secara pribadi, walau kini wanita itu memiliki masalah pribadi dengan dirinya. Tetapi semenjak hari dimana sang mantan pujaan hati berjanji di hadapan Tuhan untuk memiliki wanita itu, maka saat itu juga Melody bersumpah enggan berurusan dengan makhluk sejenis dengannya itu.

Tetapi apa yang terjadi pagi ini sungguh di luar rencananya sebagai pihak yang ingin melupakan segalanya. Wanita yang menoreh luka di hatinya, tiba-tiba saja muncul dengan keanggunan berkelas tiada bandingan. Mengukuhkan dirinya sebagai anggota dari keluarga Respati yang baru, Kharisma tak mungkin di abaikan dengan citra ke elokkan sempurna di parasnya.

Yah benar, Naina Kharisma. Sang nyonya Respati.

Seketika saja Melody mengeratkan genggaman tangannya. Rahangnya nyaris beradu dan ia benci ketika fakta itu masih mampu membuatnya marah.

Hah, sialan Panji dan segala kenangannya yang tak mungkin ia lupa dalam waktu dekat.

Dan terkutuklah manusia yang tak pernah belajar melupakan sedari awal.

A Million TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang