C.h 2 - The Oath

308 20 6
                                    

Raesha:

Keponakan.

What the hell?

Aku tidak punya keponakan karena aku tidak punya saudara kandung selain Fajar yang seingatku masih berumur 6 tahun. And i'm sure as hell belum pernah menikah untuk punya seorang keponakan dari suamiku. Orang-orang ini pasti sinting. Sial. Mengapa aku harus terjebak disituasi seperti ini. Tolong katakan padaku bahwa ini hanya mimpi buruk belaka.

Aku mencubit batang hidungku sebelum menatap keempat manusia yang terlalu tua untuk mengaku menjadi keponakanku. "Denger ya, kayaknya kalian salah bawa orang. Liat muka gue? Gue masih muda. Dan gue gak pernah punya keponakan, oke? Apalagi keponakannya segede bagong kayak kalian! Jadi mending sekarang bawa gue balik kerumah karena gue punya kelas besok!"

"Sudah kubilang kita seharusnya berwujud anak kecil saja," Bisik Ate kepada Fantasos dengan kencang. Aku memberi mereka tatapan heran, I can hear you!

Pria yang bernama Fobetor, maju dan menatapku tajam. "Maaf jika kami menakutimu Raesha. Tapi kenyataannya, makhluk awam berbau keringat sepertimu ternyata sudah diramalkan untuk menjadi pasangan paman berwajah datar kami yang bergerak seperti robot!" Ungkapnya dengan risih.

"Jangan usik dia Fobetor!" Teriak Ate.

Fobetor membalas tatapan tajam Ate. "Apa? Dia harus tahu yang sebenarnya!"

Sadar diri, aku mengangkat kain bajuku dan mencium tubuhku. Pipiku memanas ketika yang dikatakan Fobetor benar. Aku bau keringat karena belum mandi sore sehabis membenahi isi rumah.

Aku menatap Fobetor frustasi. "Kalian tidak bisa memaksaku menjadi pasangan seseorang yang tidak aku kenal! Kalian pikir kalian siapa!"

"Hey, hey, tenanglah," Suruh Morfeus dengan lelah. "Raesha, kau harus tahu bahwa ini bukan kehendak kami membawamu pulang."

Aku melotot padanya. "LO YANG BAWA GUE KESINI, LO YANG BAWA GUE PULANG!" Teriak sekencang-kencangnya, berharap mereka punya tetangga dan merasa curiga lalu menelpon polisi. Mungkin Dewa Polisi. Gah! Ini semua gila!

"Morfeus, tolong izinkan aku memberinya pelajaran." Fobetor menatapku kesal. "Kau tidak sepantasnya berbicara pada kami dengan nada seperti itu anak kecil!"

"See? See?! Kalian tuh terlalu tua buat jadi keponakan gue! Sekarang anter gue pulang!"

*
*
*
*
*

Thanatos:

"Brother! Apa kabar?" Aku menyaksikan kembaranku, Hypnos sang Dewa yang menguasai tidur mendekatiku dengan baju modernnya yang terdiri atas kaos polo putih dan celana jeans biru. Ia pun memakai sepatu bermerk mahalnya dengan rambut yang tersisir ke belakang. Hypnos senang dengan wanita awam, dan ia sering berpergian ke dunia manusia untuk meniduri mereka. Pilihan pakaiannya jelas tanda bahwa ia sehabis berkunjung ke dunia awam.

Aku duduk dikursi tahtaku sambil memandangnya tak tertarik. Aku membubarkan pasukan Reaper-ku dan berdiri mendekati Hypnos.

"Apa urusanmu datang kemari, Hypnos?"

Hypnos pergi menuju bar minuman dan menuangkan dirinya segelas Scotch. "Ate telah membawa mempelaimu ke Oneiroi,brother." Katanya sambil melempar tiga buah es batu ke dalam gelasnya.

Aku menarik sabitku yang terletak diujung ruangan dengan tangan kosong sebelum membuka portal dan pergi ke Oneiroi. Aku melihat para keponakanku sedang beradu mulut dengan gadis, yang kuanggap adalah Raesha, yang seharusnya menjadi mempelaiku. Hal ini sangat tidak terduga. Pada dulu kala, saat sedang menjemput arwah Delphi, sang peramal, ia meramalkan bahwa aku akan bertemu dengan belahan jiwaku pada waktunya. Itu sangat tidak masuk akal karena seorang Grim Reaper-- Dewa Kematian, tidak bisa merasakan cinta ataupun mempunyai pasangan; tidak seperti dewa dewi lainnya yang bisa merasa ketertarikan pada lawan jenis dan mampu merasakan cinta, aku tidak pernah ataupun bisa merasakan apa yang namanya tertarik dengan seseorang. Aku hanya menganggap ramalan Delphi omong kosong namun Delphi tetap menggumamkan kata-katanya, dengan kedua mata menyala terang hijau sambil menatapku.

Scream For Your LifeWhere stories live. Discover now