dua

18K 1.1K 59
                                    

Hari Minggu yang indah. Dimana sang surya tengah malu-malu menampakan wujudnya di ufuk timur. Menyebabkan langit berwarna biru itu lebih didominasi oleh warna jingga akibat pancaran sinar mentari yang hendak terbit.

Pukul 05.45.
Mia sudah terbangun dari tidurnya dan telah rapi bersiap menggunakan baju kaos putih longgar, celana jeans pendek, juga tidak lupa dengan sepatu nike-nya. Ia sudah siap untuk melakukan lari pagi di taman dekat komplek perumahan elite-nya.

Tidak lupa ia mengajak si kakak laki-laki tertampannya yang bernama Julian, sering dipanggil Ian. Kakak Mia juga menjadi kakak kelasnya di Giri Jaya School. Termasuk the most wanted juga, karna Ian menjadi ketua osis Giri Jaya. Hebat bukan?

"Mia, ayo!" Ian sudah siap dengan skate board yang terjepit diantara ketiak dan lengannya. Tak lupa membawa sebotol air yang kini telah disodorkannya ke Mia.

"Bawa,"

Mia mendengus, mengambil air itu. "Masa pagi-pagi main skate board?" Mia mengambil langkah duluan, ia berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Ian yang hanya terkekeh di belakangnya. Menyusul adik kesayangannya yang sudah lenyap dibalik pintu.

Hanya candaan ringan yang menemani mereka selama joging menuju taman dekat komplek rumahnya, sampai akhirnya mereka berpisah karna Ian telah bergabung dengan teman-teman skater-nya. Diiringi sapaan cewek-cewek centil yang juga sedang joging ataupun berjalan santai.

Mia melanjutkan lari paginya ditemani musik yang mengalun dari headset biru yang tertancap di ujung bawah handphonenya itu. Menggenggam erat iphone 5s sambil tangannya bergoyang-goyang akibat gerakan lari.

Dua putaran membuatnya cukup lelah, iapun memilih duduk untuk menghapus kelelahan yang melanda. Untunglah tadi ia mau mengambil bekal air minum yang disodorkan Ian, jadi, ia tak usah repot-repot membeli minuman.

Satu tegukan, dua tegukan, dan ketiga kalinya botol air minum itu seakan terpental dan terjungkal jatuh ke atas paping yang membuat pijakan jalanan di taman ini. Tangannya langsung bergetar saat mendapati air minumnya tumpah ruah sehingga botol itu sudah kosong melompong!

"Sorry,"

Suara yang benar-benar sangat dikenalnya langsung membuat ia menggeram. Tanpa perlu menoleh, ia sudah tahu wujud dari pemilik suara itu. Dengan cepat ia bangkit untuk mengambil botol minum yang tergeletak tak berdaya. Melihat keadaan dalamnya yang meninggalkan sebercak air yang mungkin jika diteguknya, air itu hanya mampu melembabkan bibir. Tak sampai ke tenggorokan.

Mia memejamkan mata seperkian detik sampai menyadari sosok yang dengan lancangnya memulai insiden ini berlari santai menjauhinya.

"NARA!" teriakan geram Mia sukses membuat cowok itu berbalik. Memandang Mia dengan alis bertautan tanpa hendak merespon panggilan Mia sedikitpun.

"Nara, lo.." Mia mengepalkan kuat tangannya, berjalan dengan menghentak-hentakan kaki mendekati Nara yang dengan cool-nya berdiri tanpa menunjukan wajah berdosa sedikitpun. Mia makin jengkel.

"Gak di sekolah, gak disini, kenapa, sih lo jahil terus?!"

Cowok itu memasang wajah sedatar mungkin membalas repon cewek dihadapannya. Membuat cewek itu makin beringsut kusut meremas botol airnya.

"Gue udah bilang maaf." datar, lugas, dan penuh antisipasi. Ucapan Nara terdengar tak berlebihan keluar dari mulutnya.

"Hah!" Mia membuang muka, sedetik kemudian kembali membalas tatapan Nara padanya. Ia berkacak pinggang, mengangkat botolnya seakan hendak menunjukan pada Nara. "Liat? Lo buat air gue tumpah,"

Nara masih tak berekspresi. Ia sibuk memperhatikan Mia. "Dan gue gak peduli."

Lagi-lagi. Ucapan Nara membuat Mia benar-benar geram.

Someone NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang