~Detective 4~

6.1K 819 8
                                    

~Detective 4~

Trauma

CEWEK itu menatap kerumunan yang berada dalam gedung sekolahnya dengan alis berkerut. Ia kemudian berjalan menghampiri kerumunan yang membentuk sebuah lingkaran itu. "Ada apaan sih?" tanya Prilly pada dirinya sendiri. "Minggir! Minggir!" serunya, kemudian menerobos kerumunan tersebut.

Prilly refleks membulatkan matanya dan menutup mulutnya yang menganga.

Seorang siswi tengah tergeletak tak sadarkan diri dengan noda merah di seragam yang menutup perutnya dan darah yang mengucur di kepalanya.

Kaki Prilly lemas seketika melihat Shinta yang dinyatakan mati oleh para petugas kepolisian tersebut. Bayangan ia menemukan ibunya dengan keadaan yang sama, membuat dada Prilly terasa sesak.

Hampir saja Prilly jatuh ke tanah jika tidak ada yang menopang tubunhnya dari belakang.

Prilly menengok dengan mata berkaca-kaca. Disana, ada Ali yang menatapnya dengan berkerut alis.

Prilly menutup matanya. Ia menerima sentuhan hangat yang di berikan oleh Ali untuk sekedar menenangkan hatinya.

Ali menatap Prilly dengan raut wajah cemas. "Heh! Lo kenapa sih?"

Masih dengan mata terpejam, Prilly menggeleng. "Gue takut."

Baru saja Ali akan membuka mulut, Vandra datang dan berseru tepat di samping Ali.

"Kenapa ada mayat di sekolah?"

Ali menggeleng, menjawab pada Vandra yang menatp mayat Shinta, dan menyerahkan tubuh Prilly pada Vandra.

Vandra melotot dan menatap Prilly cemas. "Prill, lo kenapa?" Teringat sesuatu, Vandra kembali melotot. "Li! Bawa Prilly kedalem! Prilly takut mayat!"

Ali hanya menaikan sebelah alisnya.

"Li, beneran! Prilly bisa jantungan!"

Ali pun mengembuskan napas panjang dan mengangguk. Ia mengendong Prilly ala bridal style dan mulai melangkah menjauhi kerumunan.

Ali menurunkan Prilly di kasur uks dengan hati-hati. Prilly masih sadar, tetapi tatapannya kosong. Entah berpikir apa, yang pasti hal itu tidak baik. Dan tidak di ketahui Ali.

Vandra duduk di tepi kasur uks sambil menatap Prilly sayu. "Lo ngapain sih di sana?"

Pertanyaan Vandra tidak di jawab oleh Prilly. Cewek itu masih larut dalam bayangan saat ibunya meninggal dengan tragis di depan matanya.

Satu titik air mata jatuh dari sudut mata kiri Prilly.

Ali membelalakan matanya, sedangkan Vandra langsung memeluk Prilly.

Air mata Prilly makin deras.

Vandra menepuk-nepuk pundak Prilly pelan. "Sstt, gak papa. Jangan di inget lagi. Gak papa."

Prilly pun membalas pelukan Vandra dan mulai menangis dalam diam.

***

"Prilly.., kenapa?"

Pertanyaan Ali sukses membuat Vandra membeku dengan tangan yang menggenggam knop pintu uks.

Vandra lupa jika Ali masih ada di sana. Ia terlalu fokus untuk menenangkan sahabatnya.

Vandra berbalik, menatap Ali dengan senyum tipis. "Kenapa lo nanya kayak gitu?"

Ali menautkan alisnya, kemudian menggeleng. "Gue cuma gak pernah liat dia kayak gitu. Jadi aneh rasanya. Selama satu tahun gue selalu berantem sama dia, gue gak pernah liat dia kayak gitu."

Detective✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang