FLASHBACK

1.3K 153 16
                                    

Ariel kembali menatap Yuki lekat, matanya kemudian terarah pada sosok lelaki tampan yang terbingkai diatas dinding ruang tengah itu.
"Dia sahabat gue sejak SMP" ucapnya sambil tersenyum melihat foto itu.
Sementara tak jauh dari tempat Yuki dan Ariel berbincang, Stefan terlihat sangat shock mendengar ucapan Ariel.
Jantungnya seolah berhenti berdetak mendengar kenyataan itu. Wajahnya nampak memerah, matanya terus tertuju pada dua sosok perempuan didepannya itu. Dua perempuan yang juga mempunyai perasaan yang sama kepadanya.

Yuki tersenyum mendengar cerita Ariel.
"Terus apa masalahnya kalo kalian sama-sama saling mencintai" tanya Yuki nampak bingung.
"Ya kita memang saling mencintai. Tapi itu dulu Yuk, sekarang gue ga bisa ngeliat cinta lagi ada dimatanya. Ya mungkin gue emang diciptain bukan untuk dicintai" jawab Ariel payah. Yuki menepuk-nepuk halus pundak Ariel.
"Pria itu sangat beruntung dicintai oleh wanita kuat kaya lo Ariel. Oya, emangnya dia siapa? Kalo dia sahabat lo waktu SMP, berarti Stefan kenal dong kan kalian juga sahabatan waktu SMP" ucap Yuki dengan senyum manisnya.
Ariel menatap wajah Yuki yang terlihat begitu ceria.

"Gimana jadinya kalo lo tau pria yang gue maksud adalah orang yang juga lo cintai Yuk. Gue ga sampe hati hapus senyum itu dari wajah lo" batin Ariel.
"Mungkin ini memang takdir gue yang selalu terbuang" batinnya kembali merutuki nasibnya.
"Ko ngelamun sih?" tanya Yuki sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Ariel.
"Ehh.. Sorry... Iya Stefan tau kok. Dia pasti tau banget" ucap Ariel menerawang.

-----
Stefan duduk disebuah kursi teras belakang rumahnya.
Pandangannya terlihat kosong, menatap gerimis yang seakan menari mengikuti alunan desir angin sore itu.
Pengakuan Ariel tadi selalu terngiang ditelinganya.
"Bagaimana mungkin gue bisa gak merasakan kalau Ariel cinta juga sama gue" pikir Stefan.
Masih teringat jelas penolakannya dihari itu.

Flashback....
Stefan remaja berjalan bergandengan dengan seorang gadis cantik bermata indah yang selama 3 tahun ini menjadi sahabatnya, menjadi teman suka dukanya. Bersama Ariel ia merasakan menjadi orang yang 'dibutuhkan' kehadirannya dan itu sungguh membuat Stefan lebih mempunyai arti untuk hidup.
Mereka duduk disebuah taman dekat komplek rumah Ariel kala itu. Masih menggunakan seragam putih biru dengan warna-warni pilox di seragam mereka, ciri khas perayaan sebuah kelulusan turun temurun itu.
Mereka duduk disebuah kursi panjang berwarna putih.
Mereka hanya terdiam menikmati udara sejuk sore itu. Menikmati sejuknya angin yang membelai-belai wajah mereka dengan halus.
Stefan merasakan tangannya mendadak dingin tapi keringat seperti mengalir deras menyembul dikulit putihnya.
Perlahan Stefan memberanikan diri menyentuh tangan Ariel dan menatap bola mata indah gadis itu. Ia melepaskan nafas panjangnya pelan, mencoba menenangkan dirinya.
"Riel,, aku boleh jujur sama kamu?" Ucapnya pelan.
Ariel membalasnya dengan anggukan dan senyum manisnya seraya menghapus keringat Stefan dibagian wajahnya dengan tangannya yang halus.
"Aku ga tau kapan tepatnya perasaan ini datang. Kapan tepatnya rasa ini berubah menjadi begitu indah setiap aku berada dideket kamu. Bahkan selalu ada rasa takut kehilangan kamu. Aku memang belum mengerti benar yang seperti orang-orang dewasa katakan tentang cinta itu. Tapi kamu yang mengenalkan aku tentang sebuah rasa baru, yang sebelumnya belum pernah aku alami. Dan aku yakin ini cinta. Aku mencintaimu Riel.." aku Stefan mengungkapkan semua yang dirasakan oleh hatinya.
Ariel menarik tangannya kasar dari Stefan dan segera memalingkan wajahnya.
"Kamu ngomong apa sih Steff, kita ini sahabat dan akan selamanya seperti itu" ucap Ariel dengan nada meninggi tapi Stefan juga melihat ada gurat kesedihan diwajahnya.
"Tapi Riel, aku benar-benar..." ucapan Stefan terpotong oleh ucapan Ariel.
"Ga akan pernah ada yang berubah diantara kita. Kita akan tetap jadi sahabat. Dan kamu, buang jauh-jauh perasaan itu" ucap Ariel terlihat emosi dan berlari meninggalkan Stefan begitu saja. Dan sejak saat itu ia tak lagi dapat bertemu dengan Ariel. Dia menghilang tanpa kabar.
Flashback Off...

"Heii.." Sebuah tangan menepuk pundak Stefan, menyadarkannya yang sedang kembali bermain dengan masa lalunya. Stefan mendongakkan wajahnya, menatap orang itu. Sebuah senyum manis diberikan perempuan itu kepadanya.
"Ngelamun mulu, ntar kesambet loh" ucap Ariel kemudian ikut duduk disamping Stefan.

"Sejak kapan kamu nyimpen perasaan itu Riel?" Tanya Stefan tanpa basa-basi, Ariel tersentak mendengar pertanyaan Stefan. Hatinya berdegup cepat tak karuan. Ia membuang pandangannya dari Stefan, tak sanggup jika harus menatap matanya.
"Apa maksud dibalik semua ini. Bukankah kamu hanya menganggap aku sebagai sahabat dan menginginkan selamanya seperti itu. Tapi tadi jelas sekali aku dengar kalau kamu ternyata mencintaiku" lanjut Stefan. mengungkapkan semua kebingungan diotaknya.
"Jawab aku, jawab Riel" Stefan menekan kata-katanya tepat ditelinga Ariel, dan menarik Ariel agar menatapnya. Dilihatnya jelas bola mata indah perempuan itu yang nampak mendung. Terlihat jelas bola-bola kristal berdesak-desakkan disana.
"Oke Steff,, aku memang selama ini bohong sama kamu. Aku memang cinta sama kamu. Bahkan aku sudah merasakannya sebelum kamu mengungkapkannya hari itu" jawab Ariel. Kini bola-bola kristal itu pecah membasahi pipinya bersamaan dengan gerimis yang kini telah berganti hujan yang cukup deras. Stefan tertegun menerima semua kenyataan ini.
"Lalu buat apa kamu bohong saat itu?" Stefan kembali bertanya pelan.
"Aku takut Steff, aku takut kehilangan kamu. Trauma aku begitu dalam. Melihat apa yang terjadi pada kedua orang tuaku. Bukankah mereka dulu juga saling mencintai tapi kenapa cinta begitu kejam dan begitu saja sekejap berubah menjadi benci. Itu semua yang membuat aku tidak percaya dengan cinta. Aku takut suatu saat kamu juga berubah dan ninggalin aku, aku takut kehilangan kamu itu sebabnya aku mengabaikan begitu saja perasaan ini" ucap Ariel. Tangisnya semakin pecah seiring hatinya yang kian terasa menyesak. Stefan hanya terdiam mendengar ucapan Ariel.
"Cinta aku begitu besar ke kamu Steff, aku selalu menjaganya hingga kini" ucap Ariel kembali menatap dalam mata Stefan, menunjukan pada lelaki itu kalau dia tidak berbohong melalui sorot matanya.
"Tapi apa yang aku dapetin atas kesetiaan ini. Kenapa begitu cepet kamu ngebuang aku dari hati kamu Steff" ucapnya lirih dan menundukan kepalanya,
"Maafin aku Riel" sesal Stefan lirih. Dia tak tau lagi harus berkata apa. Hatinya pun terasa seperti tersayat mendengar isak tangis Ariel.
"Mungkin ini memang takdirku, penolakan demi penolakan terus datang tak pernah ada bosannya dihidupku. Kamu tau Steff, aku rapuh. Semakin rapuh. Aku hanya berharap malaikat segera datang menjemputku" ucapnya payah, ia tau kata-kata bodoh itu memang tak seharusnya terucap. Tapi emosinya seperti tak terkontrol. Hatinya terasa seperti teriris sembilu tajam menghancurkan pondasi jiwanya yang memang rapuh.
Stefan semakin merasa bersalah mendengar ucapan Ariel. Ia menjulurkan tangannya hendak menyentuh kepala Ariel namun ia mengurungkan niatnya dan menarik lagi tangannya.
"Aku akan tetap ada disamping kamu Riel, selamanya sebagai sahabat" ucap Stefan, terasa berat baginya mengatakan itu karena ia tau Ariel pasti akan tersakiti mendengarnya namun ia tak mau memberinya harapan kosong karena sampai kapanpun ia takkan bisa membaginya.
Hatinya sudah sepenuhnya ia berikan pada pasangan hidupnya kini, tak ada niat sedikitpun di benaknya untuk mengambil kembali hatinya atau sekedar untuk berbagi.
Stefan menatap Ariel lekat, matanya terlihat sembab. Bibirnya nampak bergetar menahan pilu dihatinya. Tak lama seulas senyum menyembul diwajah sendu itu.
"Aku ngerti. Tapi biarkan aku seperti ini. Biarkan perasaan ini temukan jalannya sendiri. Jangan paksa aku untuk membuangnya Steff, please. Aku hanya ingin mencintaimu bukan memilikimu" ucapnya, nampak seperti orang bodoh. Ia bahkan sudah tak perduli dengan harga dirinya yang mengemis-ngemis cinta seperti itu. Stefan menghapus airmata yang menghiasi dipipi Ariel dan meraih tangan Ariel yang terasa sangat dingin. Ia menggenggamnya erat mengalirkan sedikit kehangatan untuk perempuan itu hanya melalui sentuhan tangan dan tatap mata yang terus beradu.

"STEFANN...." Sebuah suara datang mengagetkan Stefan dan Ariel, bersamaan dengan itu lidah-lidah petir menyambar beberapa kali, berbentuk seperti akar berwarna putih kebiru-biruan yang tipis dan tajam ujungnya seperti membelah langit yang terlihat menghitam oleh mendung sore itu..

TO BE CONTINUE

Ayo dong vote dan comment nyaa. Sepii banget dehh.. Jadi bikin slow update kalo vote dan comment nya berkurang ga semangatt soalnyaa

Our Marriage LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang