Our Wedding

2.8K 191 15
                                    

Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Stefan dan Yuki duduk dipelaminan. Mereka layaknya king and queen sehari.
Stefan terlihat sangat gagah dan tampan memakai jas sedangkan Yuki terlihat begitu anggun dan cantik dengan gaun pengantinnya.
Senyum tak pernah lepas dari wajah mereka saat menyalami seluruh tamu undangan yang silih berganti datang.
"I love you so well" bisik Stefan lembut tepat ditelinga Yuki. Tangan Stefan melingkar dipinggang Yuki.
"Steff, malu. Banyak tamu" bisik Yuki seraya melepaskan tangan Stefan dari pinggangnya.
"Kenapa emang? Kan kita udah nikah" Stefan terus saja menggoda Yuki.
"Lagian juga tamu-tamu lagi nikmatin acaranya, ga ada yang merhatiin kita" bisik Stefan lagi. Secepat kilat Stefan mencium pipi Yuki.
"Ihh.. Nakal banget sih kamu" ucap Yuki seraya mencubit pinggang Stefan.

Terlihat Al dan Chika ada diantara tamu undangan. Mereka nampak serasi. Al kini memang menjalin hubungan dengan Chika. Ia telah membuka hatinya, tak ingin berlarut pada cintanya yang tak mungkin bersambut pada Yuki. Ia memutuskan untuk membuka hati untuk cinta baru. Hadir juga Natasha, mantan kekasih Stefan. Ia ikut mengembangkan senyumnya, meski ia merasa sebenarnya sakit melihat pemandangan itu.
"Gue ikut bahagia Steff" ujarnya dalam hati saat melihat Stefan begitu bahagia bersanding dengan wanita pilihannya. Tak terasa airmata mengalir dari pipinya.

Hari semakin larut, tamu undangan pun satu persatu meninggalkan pesta itu. Kini tinggal kedua mempelai dan keluarga mereka saja.
Yuki terlihat mematut-matutkan dirinya didepan cermin berukuran besar.
Ia menatap dirinya dicermin itu, pandangannya terhenti saat melihat jarinya yang kini sudah tersemat berlian cantik, pengikat cintanya dan Stefan. Ia seperti tak percaya dirinya kini sudah menjadi seorang istri. Ia mencium cincin itu dan tersenyum manis.
Tak lama Stefan datang dan segera memeluknya dari belakang. Menopangkan dagunya dibahu Yuki Perlahan ia mencium lembut pipi Yuki.
"I love you" bisiknya pelan sambil memandang Yuki dari cermin. Ia kemudian menarik tubuh Yuki agar menghadap kepadanya.
Stefan menempelkan jari telunjuknya diwajah Yuki. Menggerakannya mulai dari kening hingga berakhir menyentuh garis bibir Yuki, mengusap-usapnya lembut. Ia mendekatkan wajahnya ke Yuki, hampir bibir mereka bersentuhan namun tiba-tiba Yuki memberi jarak dengan menggunakan telunjuknya, hingga bibir Stefan hanya mengenai telunjuknya.
"Kamu mandi dulu. Bau.." Ucap Yuki seraya menutup hidungnya. Stefan tersenyum mendengarnya.
"Kalo aku ngga mau gimana?" Ujar Stefan dengan muka jahilnya. Namun Yuki segera mendorongnya agar cepat memasuki kamar mandi.
"Udah ayoo.." Yuki terus memaksa Stefan masuk kedalam kamar mandi.

Setelah Stefan masuk kedalam kamar mandi, Yuki menuju tempat tidurnya. Entah mengapa ia merasa belum siap menjalani tugasnya sebagai seorang istri.
Ia akhirnya segera memejamkan matanya untuk tidur. Stefan keluar dari kamar mandinya, ia melihat Yuki yang sudah terbaring diatas tempat tidur. Ia mendekati Yuki, duduk disampingnya kemudian tersenyum melihat Yuki tertidur, wajahnya terlihat begitu damai dan meneduhkan. Ia tersenyum dan menyelimuti Yuki
"Have a nice dream, Putri Keong" ucapnya pelan kemudian mengecup kening Yuki.

Keesokan harinya...
Stefan dan Yuki menuju ruang makan untuk sarapan. Mereka masih tinggal bersama Mama Ellen untuk sementara.
Orang tua Stefan memang telah bercerai. Namun hari itu, Papa Clinton menginap dirumahnya usai pesta pernikahannya semalam. Mama Twina juga menginap disini. Stefan merasa sangat senang, ia merasa keluarganya seperti utuh kembali.
"Waah.. Pengantin baru tumben pagi-pagi gini udah bangun" gurau sang Papa.
Stefan hanya tersenyum sedangkan Yuki terlihat malu mendengar ucapan papa mertuanya itu. Mereka duduk bersama dan sesekali terdengar gelak tawa diantara mereka.
Papah Clinton kemudian menyerahkan sebuah kunci kepada Stefan.
"Ini kunci apa pah?" Tanya Stefan nampak bingung.
"Ini hadiah untuk kalian, tinggalah dirumah itu. Papah sudah menyiapkannya jauh-jauh hari untuk kamu Steff dan keluarga kecilmu" ujar sang Papa.
Stefan dan Yuki nampak senang dan berterimakasih kepada sang Papa.
"Mamah juga punya tiket buat kalian. Pergilah berlibur ke paris" ucap sang mama kemudian menyodorkan tiket pesawat lengkap dengan passport dan surat-surat lainnya.
Stefan terlihat begitu antusias. Namun tidak begitu dengan Yuki.
"Ke paris tante? Eh, mah" heran Yuki yang masih canggung memanggil sebutan 'mamah' kepada mertuanya itu.
"Iya, memangnya kenapa? Ya mamah tau sih pasti kamu belum pernah kan ke paris, makanya mama kasih ini biar kamu tau luar negeri" balas sang mamah, mamah Stefan memang terlihat belum sepenuhnya ikhlas menerima Yuki sebagai menantunya.
Mama Twina bisa merasakan kalo besan nya itu belum menyukai anaknya.
"Mama pengen secepatnya punya cucu" Mama Twina mulai bersuara. Dan kata-kata itu membuat Yuki kaget.
"Cucu!!" Ucapnya spontan mengulang kata Mama nya itu.

Our Marriage LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang