Stefan & Yuki

1.6K 154 20
                                    

"Maafin aku... Maaf" Melas Stefan, menyesali semua kebodohannya..

Stefan mendekati Yuki yang duduk disisi ranjang. Wajahnya tertunduk dengan pundak yang naik turun tak beraturan, suara isak tangisnya terdengar tertahan.
Stefan bersimpuh didepan Yuki, menaruh kepalanya diatas lutut Yuki. Ia berkali-kali menciumi tangan istrinya itu.
"Maafin aku sayang." Terdengar suara Stefan yang bergetar.
Airmata Yuki semakin deras mengalir, menganak sungai dipipinya dan jatuh tepat mengenai kepala Stefan yang duduk bersimpuh di depannya.

Stefan mengangkat wajahnya, menatap mata Yuki yang didapati begitu sayu. Ia perlahan menghapus airmata yang menodai pipi mulus Yuki.
"Aku janji akan berusaha cari pengobatan terbaik buat kamu sayang, kamu akan sembuh" ucap Stefan
"Aku takut Steff" ujar lirih.Stefan langsung memeluk erat Yuki.
"Ga akan terjadi apa-apa sayang" ucap Stefan menenangkan Yuki.

------
Stefan terlihat tak konsen dikantor, wajahnya begitu lusuh dan tak bersemangat. Ariel yang memang selalu memperhatikan Stefan mudah menangkap perubahan sikap itu.
"Kamu kenapa" tanya Ariel. Stefan hanya tersenyum simpul dan mengusap-usap wajahnya. Ia lalu terdiam, sejenak suasana menjadi hening.
"Apa penderita kista itu akan sulit hamil Ariel ??" Tanya Stefan tiba-tiba memecah suasana hening.
Ariel menaikkan alisnya mendengar pertanyaan Stefan.
"Setau aku 40% penyebab wanita sulit hamil emang karna penyakit itu. Emang kenapa?" Tanyanya heran.
Stefan menghembuskan nafas panjang, menaruh kedua tangannya diatas meja dan menopangkan dagunya ditangannya itu.
"Yuki divonis terkena kista. Bahkan sudah terjadi pembengkakan di saluran indung telurnya. Aku ga tega ngeliat dia riel, dia berharap banget punya anak" ucap Stefan pelan.
Ariel kaget mendengar ucapan Stefan, ia menatap lekat mata Stefan. Tercetak jelas kesedihan diwajahnya, matanya terlihat memerah.
"Mencintai orang yang mencintai orang lain memang tak mudah, dengan segala keterbatasan ini. Aku bahkan tak lagi memperdulikan rasa sakitku ketika aku benar-benar tulus padanya, bahkan sampai saat ini aku tak punya alasan jelas mengapa hatiku bertahan dengan segala kesakitan ini" batin Ariel, wajahnya nampak merah padam menahan kecemburuan yang menyeruak begitu saja dari hatinya.

"Riel, ko ngelamun sih?" Ujar Stefan membuyarkan lamunan Ariel.
"Ehh ngga ko ngga papa.. Emm kamu sayang banget yah sama Yuki" ucap Ariel terdengar ragu.
Stefan menatap Ariel lekat, terdiam dan hanya beradu mata. Yuki membuang pandangannya dari mata Stefan. Hatinya kembali bergejolak, tangannya mendadak dingin. Ia berusaha menenangkan dirinya sendiri kemudian menatap Stefan dengan senyum termanisnya.
"Kamu yang sabar yah. Banyak penderita kista yang masih bisa hamil kok. Kamu tenang aja pengobatan jaman sekarang kan udah canggih. Aku yakin Yuki pasti sembuh" ucap Ari dengan mata berbinar-binar, dia memang terlihat sangat pintar menyembunyikan perasaannya, berkelit menyembunyikan kesedihan dibalik senyum manisnya.
Stefan tersenyum dan meraih tangan Yuki.
"Makasih Riel" ucap Stefan halus, matanya kembali terpaku pada mata indah gadis itu.
Ariel kembali tersenyum dan melepaskan genggaman Stefan. Ia perlahan mendekati Stefan dan merapihkan dasi Stefan yang sebenarnya sudah rapi.
"Jika kita gak bisa bersatu, setidaknya aku bisa dekat beriringan dengan kamu Steff" batin Ariel.

------
Stefan melangkah masuk kedalam rumahnya dengan membawa setangkai mawar putih harum untuk perempuannya. Wajahnya nampak berseri.
Ia segera masuk kedalam kamarnya, Yuki tak terlihat disana. Tempat tidurnya nampak rapi, ia memanggil-manggil nama Yuki namun tak terdengar sahutan sama sekali.

Bunga yang tadi ia pegang langsung terjatuh begitu saja saat ia melihat orang yang ia cari terkulai dengan mata terpejam dikamar mandi.
Ia membopong tubuh mungil Yuki ke tempat tidur.
Ia segera mengambil minyak angin dan menempelkannya dihidung Yuki.
Ia menghembuskan nafas lega saat Yuki bereaksi dan perlahan membuka matanya.
"Kamu kenapa sih sayang?" Tanya Stefan, wajahnya terlihat sangat panik.
Yuki hanya tersenyum tipis, sambil sesekali meringis menahan nyeri di panggulnya.
"Aku ngga papa ko" ucapnya singkat seraya menepuk-nepuk pelan pipi Stefan.
"Kita ke dokter yah, aku gendong kamu" ajak Stefan namun Yuki menepis halus tangan Stefan yang hendak membopongnya. Ia bangun dari tidurnya dan kembali meringis menahan sakit di bagian panggulnya.
Stefan membantu Yuki duduk
"Apanya yang sakit" tanya Stefan.
Yuki hanya tersenyum dan langsung menyenderkan kepalanya di dada Stefan
"Kata dokter, ini emang reaksi yang ditimbulin penderita kista" jawab Yuki pelan.
Stefan hanya terdiam mendengar ucapan Yuki, hatinya terasa sakit.
Yuki mendongakkan kepalanya, menatap Stefan yang tak bersuara.
"Kenapa?" Tanyanya pelan.
Stefan menatap mata Yuki dalam kemudian mengecup halus kening Yuki hingga airmatanya jatuh dikening Yuki. Ia membiarkan cairan hangat itu terus mengalir dikening, pipi hingga masuk kedalam mulutnya.
Bibirnya nampak bergetar menelan airmata kesedihan itu.

-------
Hari terus berganti. Yuki rutin memeriksakan kesehatannya, Stefan pun selalu setia mendampingi Yuki. Tak ada kemajuan berarti, menurut dokter kistanya malah bertambah besar meski masih dalam taraf tak terlalu mengkhawatirkan.

Teet... Teeett...
Yuki bergegas membukakan pintu saat mendengar bunyi bel rumahnya.
Dia membuka gagang pintu dan melebarkan daun pintu itu hingga muncul seorang wanita dengan senyum manisnya sambil membawa buah-buahan ditangannya.

"Gimana Yuk udah baikkan?" Tanya Ariel dengan senyum manisnya.
"Ya selama gue masih hidup, berarti gue masih baik-baik aja" jawab Yuli berseloroh.
Mereka terlihat begitu akrab, Stefan terlihat memperhatikan keduanya dari jarak yang tak begitu jauh. Dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Ariel yamg selalu ada disampingnya.

"Lo perempuan yang beruntung Yuk dikelilingi orang-orang yang cinta sama lo. Hidup lo sempurna" puji Ariel.
"Jadi perempuan yang divonis akan sulit mempunyai keturunan lo bilang sempurna Riel? Gue malah merasa menjadi perempuan yang paling tidak sempurna kalo gue memang ga bisa punya anak" ucap Yuki payah.
Ariel tersenyum simpul mendengar ucapan Yuki.
"Sulit punya anak bukan berarti ga bisa punya anak Yuk. Masih banyak jalan. Kehadiran lo sangat dibutuhkan orang-orang disekeliling lo. Lo punya orang tua yang sayang sama lo. Dan lagi lo punya suami yang begitu mencintai lo. Ga kaya gue" ucap Ariel sambil tersenyum pahit.
"Kenapa ngomong gitu" tanya Yuki heran, selama ia dekat dengan Ariel memang tak banyak dia bercerita tentang hidupnya.
Ariel sejenak terdiam.

Ariel menceritakan semua kehidupannya yang kelam, membuka kembali luka yang tak pernah hilang dari hatinya, mengingat kembali memori pahit yang selalu coba ia kubur dalam.
Yuki mengusap-ngusap halus bahu Ariel dan memeluk Ariel yang terlihat begitu rapuh. Gadis yang terlihat selalu ceria itu ternyata menyimpan kesedihan yan mendalam.
"Gue ngerasa hidup gue sia-sia Yuk. Ga ada orang yang ngebutuhin gue. Hidup seperti menolak kehadiran gue, ga ada satupun cinta yang dateng ke hidup gue" ucapnya pelan.
"Lo ga punya pacar?" Tanya Yuki dengan sangat hati-hati, dia takut menyinggung hati Ariel. Ia menatap lekat Yuki, terdiam sejenak kemudian tersenyum.
"Dulu,, gue pernah jatuh cinta. Dia satu-satunya orang yang ngebuat gue punya arti disaat gue ngerasa hidup gue sama sekali ga berarti. Perlahan warna kelam dihidup gue mulai lebih berwarna-warni indah. Dan gue rasa dia juga punya perasaan yang sama seperti yang gue rasain. Bertahun-tahun gue mendam perasaan ini, gue selalu ngindarin rasa ini tapi dia begitu kuat menyeruak dari hati gue. Dengan segala kesakitan yang juga gue rasain, gue ga akan pernah berhenti mencintainya." ucapnya sambil tersenyum.
"Siapa dia?" Tanya Yuki antusias sambil tersenyum manis.
Ariel kembali menatap Yuki lekat, matanya kemudian terarah pada sosok lelaki tampan yang terbingkai diatas dinding ruang tengah itu.
"Dia sahabat gue sejak SMP" ucapnya sambil tersenyum melihat foto itu.

Sementara tak jauh dari tempat Yuki dan Ariel berbincang, Stefan terlihat sangat shock mendengar ucapan Ariel...

TO BE CONTINUE

Our Marriage LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang