Chapter 23 : Pertarungan Terakhir (2)

127 15 0
                                    

Muncullah seekor naga biru yang besar, telinga naga itu seperti sirip ikan, tidak memiliki tangan dan kaki, besarnya 10 meter dan panjangnya 500 meter.

"KITA HARUS MENJAUH!" perintah Nalu.

"APA KAU GILA?! DIA NARIN KITA HARUS MENGEMBALIKAN DIA SEPERTI SEMULA!" bentak Koji.

"Koji, untuk saat ini kita harus membuat jarak!" kata Nalu.

Nalu pun menyeret Koji.

Setelah jaraknya cukup.

"Apakah ini kekuatan yang  sebenarnya dari cincin biru?" tanya Yumi.

"Ya" kata Nalu.

***

Narin lalu membuat batasan dia mengumpulkan air seperti gelembung, agar dia bisa bergerak dengan bebas dan Deja terjebak.

***

"Apa itu?" tanya Mila.

"Itu gelembung air, agar musuh tidak bebas untuk bergerak dan sulit bernapas karena isinya air semua" jawab Nalu.

"Nalu.., aku mohon lepaskan aku.., aku ingin menyelamatkan Narin dari wujud itu..." air mata Koji keluar.

"Maafkan aku Koji" kata Nalu menyesal.

Nalu mempererat tangannya agar Koji tidak kabur.

***

Deja pun membuat gelembung udara agar dia bisa bernapas.

"Kau pikir, aku akan kalah begitu saja?!" ejek Deja.

ARRRGGGHHH...

Karena teriakkan Narin Deja terhempas ke belakang.

"Karena cincin merah ini tidak berlaku disini, aku masih bisa mengendalikan cincin coklat untuk senjataku, dan cincin putih agar aku bisa berenang dengan cepat" kata Deja dalam hati.

"Aku pasti bisa mengalahkannya!" kata Deja dalam hati serius.

Deja berenang dengan gesit dan cepat. Dia terus berusaha untuk menusuk Narin dengan tanah yang panjang dan runcing dari arah bawah, tetapi selalu gagal terus.

Narin pun berusaha untuk melilit Deja tetapi Deja selalu lolos.

Akhirnya Deja berhasil menusuk satu buah batu.

Gelembung itu keruh, berwarna merah karena darah dari naga Narin.

Tetapi Narin tidak menyerah, dia mengendalikan air seperti topan hingga Deja berputar disana.

"Keterlaluan sekali! Aku jadi pusing!" kata Deja dalam hati kesal, setelah dia berhenti berputar.

"Kesempatanku, aku akan membuat es yang tipis dan tajam!" kata Narin dalam hati.

Narin pun melesatkan es miliknya berusaha untuk membunuh Deja.

Deja tidak menyadari adanya es itu, tetapi dia sadar bahwa masih ada batu yang menancap di tubuh Narin.

Deja pun berusaha mengendalikan batu itu agar dapat merobek tubuh Narin menjadi dua.

WRAAAAGGGHHH....

***

"Apa yang terjadi pada Narin?" Yumi terkejut.

"SEMUANYA DI BELAKANGKU CEPAT!!" perintah Nalu.

Yumi, Koji, dan Mila menurut.

Nalu menancapkan tongkatnya di tanah.

Tiba-tiba gelembung air merah itu pecah!.

BRAKSSSSS...

Nalu menggunakan tongkatnya untuk melindungi diri dari air itu.

Setelah selesai...

"Benar-benar bau darah" kata Mila.

Koji pun langsung lari menuju Narin.

"Dia memang tidak sabaran" kata Nalu dalam hati.

Nalu, Yumi, dan Mila mengikuti Koji.

Mereka menemukan naga Narin terbelah dua dan tubuh Deja terpotong-potong.

"Aaaaaa.., mengerikan!!" kata Yumi.

"Apakah Narin berhasil?" tanya Mila yang tidak percaya.

"Ya! Dia berhasil!" kata Nalu senang.

"Nalu, mengapa kau begitu senang? Kau tidak lihat Narin telah tiada..." kata Koji sedih.

Yumi menepuk pundak Koji.

"Koji, tenanglah.., apa kau tidak sadar apa arti semua ini?" kata Yumi menenangkan.

"Maksudmu?!" tanya Koji yang mulai mengerti.

Nalu menuju Deja.

Tubuh Deja lenyap menjadi debu karena seharusnya dia tidak ada di masa Koji oleh karena itu tubuhnya tidak utuh.

"Deja, mengapa kau begitu serakah? Hingga kau seperti ini? Tetapi tenang saja, sebentar lagi kita akan bertemu lagi di dunia sana" kata Nalu sedih.

Nalu mengambil ketiga cincin dan menemui Koji, Yumi, dan Mila yang berada di dekat naga Narin.

Tiba-tiba saja naga Narin lenyap sedikit demi sedikit, tubuh naga itu seperti kunang-kunang yang terbang tetapi berwarna biru.

Tidak lama kemudian tubuh Narin terlihat kembali. Setelah utuh, mulut Narin terbuka sendiri dan mengeluarkan cincin biru, cincin biru itu diambil Nalu. Narin tersadar.

"Dimana aku?" tanya Narin setengah sadar.

"Narin, kau selamat!" kata Koji bahagia.

Narin pun tersadar sepenuhnya.

"Kau benar aku selamat, hiks..., dan aku dapat melihat dengan jelas.., hiks.." Narin benar-benar bahagia sampai air matanya mengalir.

"Mungkin, itu karena cincin biru" kata Mila.

"Aku sangat senang!" kata Narin bahagia.

Semua memeluk Narin kecuali Nalu.

"Benar-benar pemandangan yang mengharukan" kata Nalu dalam hati senang.

Setelah berpelukan.

"Bau di tempat ini tidak enak dan tempatnya berantakan" kata Narin.

"Aku dapat menyelesaikannya" kata Nalu santai.

Nalu menempelkan keempat cincin pada tongkatnya, keempat cincin masuk ke dalam tongkatnya. Nalu mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Timbullah cahaya yang terang lalu cahaya itu menyebar dan keadaan seperti semula.

"Akhirnya..., tugasku selesai" kata Nalu.

"Yumi.., Narin.., apakah kalian siap untuk kembali sekarang?" tanya Nalu.



KekuatanWhere stories live. Discover now