Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]

12 - masa lalu?

Sontak, membuat satu isi kelas menjadi ternganga tidak percaya melihat aksi Kayla, termasuk Retha.

Reina mendengus, ia menyiram air mineral itu tepat di muka Kayla. Membuat Kayla sedikit berjengit karena kaget. Sontak, satu isi kelas langsung tidak mau menonton tontonan gratis itu. Retha yang berada di samping Kayla hanya bisa membeku, ia sebenarnya ingin menolong, namun, kakinya tak mampu bergerak bahkan sekedar untuk berdiri saja terasa sulit.

"Kalo lo masih deket-deket Devan...,"

"Kenapa kalo deket sama gue?" suara berat seseorang membuat Reina dan satu isi kelas menoleh, termasuk Kayla.

Mata Kayla memanas. Ini salah. Bang Devan tidak seharusnya muncul di saat seperti ini.

"Devan?!"

Reina mematung. Tangannya langsung membuang bekas botol mineral itu secara sembarangan.

"GUE TANYA KENAPA REI KALO KAYLA DEKET SAMA GUE?"

Ini tidak benar. Bang Devan kenal mengenal Reina. Ini bukan saat yang baik untuk Kayla mengingat-ngingat masa lalunya. Bukan, Kayla tidak ingat apa-apa.

Badan Reina serasa lemas. Bahkan bibirnya tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Teman-teman Reina mundur beraturan di belakang Reina. Membiarkan sang ketua menghadapi rajanya dibalik konflik sekarang.

"Lo bodoh ya, Rei? JELAS AJA KAYLA DEKET SAMA GUE, YA KARENA DIA ADIK GUE,"

Bagaikan petir menyambar. Mata Kayla benar-benar tidak bisa menahan airmatanya lagi. Jevin yang kebetulan lewat, sempat melirik lewat jendela kelas Kayla. Sebenarnya, Jevin ingin kesana dan menghentikan semua itu, namun, dia tau, kalau ini tidak ada sangkut pautnya dengannya. Jadi Jevin mengurungkan niatnya dan hanya bisa melihat dari celah jendela kelas Kayla.

"Oh," Reina balik memandang Kayla. "Sudah gue duga dari dulu," kata Reina.

Kayla masih saja terus mengeluarkan airmatanya, namun sama sekali tidak mengeluarkan suara.

Batin Kayla terus berteriak. Airmatanya semakin bercucuran deras. Bang Devan masih diam disana dengan hembusan nafas kasar.

"Kayla, Jangan harap nama lo masih bertengger manis di absensi sekolah!"

Setelah itu, Reina dan teman-temannya pergi. Keadaan kelas masih saja hening. Apalagi Bang Devan masih berdiri di sana. Kayla sempat meliriknya sebentar, lalu beralih pada Retha yang memandang dengan pandangan 'lo-harus-cerita-sama-gue'.

Kayla mendongak saat langkah Bang Devan terdengar mendekat, "Pergi dari sini, sekarang." ucap Kayla. Ditekankan pada kata sekarang.

Bang Devan tidak bisa berkata apa-apa lagi, namun Kayla dapat mendengar dengan jelas kalau Bang Devan mengucapkan kata 'maaf' dengan suara lirih.

Saat Bang Devan keluar, Kayla kembali duduk. Sama sekali tidak berniat untuk mengganti seragamnya yang sudah basah akibat insiden tadi.

Sebuah tangan terulur pada Kayla, "Nih handuk, keringin rambut lo biar nggak basah. Terus juga, pake jaket gue ya biar lo nggak masuk angin karena seragam lo basah."

Satu kelas mendadak sepi sunyi.

Bahkan, mata Kayla sudah terbelalak lebar sekarang. Bibirnya ingin mengeluarkan kata, namun ia tidak mampu.

Nathan. Memberi. Handuk beserta jaketnya. Pada. Kayla.

Ini hal langka.

"Makasih," balas Kayla lirih. Tangannya terulur untuk mengambil handuk dan jaket yang diberikan oleh Nathan.

Nathan tersenyum. Hanya tersenyum. Senyuman paling manis dan tulus dari Nathan Arsetyo. Senyuman Nathan yang pertama dihadapan Kayla.

Untuk hari ini, Mikayla merasa, Nathan adalah malaikat dalam hidupnya.

****

Haiii!!! Nih yang minta apdetan aku apdet kan akhirnya hehehehe.

Sumpah, lupa aku sama cerita ini.
Lupa sama nama-nama mereka.
Lupa sama nama sekolahnya.
Lupa nama gengnya Reina.
Lupa tiba-tiba alurnya!
Ih bahkan aku sampe baca dulu cerita ini dari part 1 sampe 12 :(((
Lupa sumpah ih.

"Sabar ya, kalo udah dilupain." -nathan

"Untung saja aku selalu diingat, hehehe," -Devan

"Udah lama di updatenya, nggak ada gue lagi. Aku sih sabar," -Arvin

"Gue disini lewat doang, tai :((" -Jevin

"Woy gila nyepam lo pada!!" -author

"Yaudah iya," -Devan

"Selamat membaca, sayangku," -Nathan