10 - teman baru?

5.2K 480 6
                                    

Aku melempar tas kesembarang arah. Menguncir rambutku asal lalu mengganti seragamku dengan baju rumahan. Hari ini, aku merasa sangat lelah, karna menangisi Nathan.

Aku bingung. Nathan orang yang membuatku menangis, namun juga tersenyum.

Aku berpikir sejenak, apa yang membuat Arvin dan Nathan berubah?

Semenjak kejadian di ruang musik waktu itu, Arvin menjadi baik padaku. Dan Nathan, entahlah ia seperti baik enggan, dingin tak mau.

Walaupun sifatnya memang dingin.

Aku menatap langit-langit. Memikirkan itu hanya membuatku pusing. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil ponselku.

Ponselku yang tergeletak diatas meja belajar, aku menyalakannya. Ternyata terdapat satu notif LINE.

Aku membukanya.

From : Jevinilo Mahardika

Kay?

Sesingkat itukah?

Dengan cepat, Kayla mengetikkan balasan untuk Jevin.

To : Jevinilo Mahardika

Ya?

Send.

Aku menaruh ponselku asal dimeja belajar, kemudian aku berjalan kebawah untuk mencari makanan. Setelahnya aku menemani Bang Devan bermain PS sampai malam.

****

Jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam, namun Bang Devan tak kunjung selesai dengan PS nya. Akhirnya aku memutuskan untuk menyalin catatan yang menumpuk.

Aku berjalan kekamarku yang terletak dilantai dua, karna tak ingin ribet, aku langsung membawa tasku kebawah. Bang Devan masih asik dengan PSnya, pandangannya tak beralih dari televisi, seperti televisi adalah candu.

Aku membuka resleting tas, dan mengambil buku-buku yang hanya bersampul plastik lalu hanya diberi label bernama 'Nathan Arsetyo'.

Aku tersenyum. Baru pertama kali aku meminjam buku seseorang untuk dibawa pulang. Sebelum-sebelumnya, aku selalu mencatat disekolah dengan rajin.

Aku membuka lembaran buku Nathan. Tulisannya sedikit acak-acakkan namun dapat dibilang bagus untuk seukuran anak laki-laki.

Aku kembali membuka halaman lainnya, lalu aku mulai menulis catatan untuk pelajaran Sejarah.

Selama menulis, ujung bibirku berkedut menahan senyum. Aku ingin berteriak, namun tidak bisa.

"Kay, lo ngapain? Nggak tidur?" tanya Bang Devan saat gamenya sedang loading.

Aku yang sedang asik menulis lantas menoleh, "Aku lagi nyalin catetan, kan tadi aku di UKS, jadi nggak sempet nyatet." kataku sambil terus menulis.

"Tumben ada yang mau minjemin buku," ucap Bang Devan sambil menahan tawa.

"Kok jahat, sih?" kata Kayla kesal.

"Iya-iya maaf, mendingan lo tidur, catetannya biar gue yang nyatetin. Tulisan kita nggak jauh beda." kata Bang Devan menatapku lurus. Bang Devan adalah tipikal cowok-cowok idaman jaman sekarang.

Aku tersenyum lalu memeluknya erat, dan menenggelamkan kepalaku dilekukan lehernya, "Makasih ya, Bang." ucapku. Lebih terdengar seperti lirihan.

Bang Devan terkekeh, "Ya, itu udah tugas gue sebagai abang lo. Kalo gue nggak ngurusin lo, uang bulanan gue dipotong mama, plus mobil gue bisa disita." katanya panjang lebar. Aku melepas pelukannya lalu tersenyum.

"Yang rapih ya nyatetnya. Aku mau tidur. Semoga mimpiin Cara ya!" kataku lalu kabur menuju kamar.

Bang Devan hanya terkekeh. Ia mematikan PSnya, lalu mulai mencatat tugas milik adik kesayangannya itu.

Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang