07 - ada apa?

5.1K 495 6
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, aku mempercepat langlahku menuju parkiran karna Bang Devan sudah menunggu disana. Aku mempercepat langkahku, setelah sampai, aku dapat melihat mobil sedan milik Bang Devan sudah terparkir rapih dibawah pohon. Kali ini ia tidak menggunakan mobil sport.

Aku memasuki mobil Bang Devan dengan cepat, memakai sabuk dan langsung memejamkan mataku. Entah kenapa hari ini aku sangat lelah.

"Kenapa lo?" tanya Bang Devan bingung.

Aku menggeleng, masih tetap memejamkan mataku.

"Capek ya?" tanyanya lagi.

Aku mengangguk.

"Ih ditanya jawabnya geleng sama ngangguk doang." katanya kesal.

"Aku capek Bang."

Bang Devan terdiam, aku juga tak memperdulikannya.

"Gue tau apa yang bisa membuat lo nggak capek lagi," ucapnya.

"Apa?"

"Liat aja nanti," Bang Devan menyalakan mobilnya dan menancap gasnya dengan kecepatan sedang.

***

Aku membuang arah pandang keluar jendela. Bang Devan sudah dua kali memutari Jakarta. Ini mah dia yang capek. Batinku.

Aku menengok ke arah Bang Devan. Pandangannya fokus kedepan dan sesekali ia menyanyikan lagu yang diputar dari USBnya.

"Mau kemana sih?" tanyaku jengkel.

Bang Devan terkekeh, "Bawel amat, liat nanti."

Aku mengerucutkan bibir, kembali memandang keluar jendela.

Tanpa sadar, suasana kota Jakarta yang macet, sudah berubah menjadi suasana pepohonan yang rindang.

Aku menengok kearah Bang Devan. Dia sedang asik bersiul-siul.

"Ini dimana?" tanyaku.

Bang Devan memarkirkan mobilnya di tepi danau, "ini tempat gue sama temen gue menyelesaikan masalah. Mau masalah sahabat, keluarga, pacar, semuanya kita curahin disini."

Ia membuka sabuk pengamannya, "Yuk turun,"

Aku disambut oleh beribu-ribu pepohonan yang rindang. Ditambah pemandangan danau yang airnya tenang. Angin berhembus dengan kencang, suasana disini sangat menyenangkan.

Aku duduk di atas kap mobil sedan milik Bang Devan. Bang Devan mengambil gitarnya di dalam mobil. Lalu ia mulai memetiknya asal, namun menjadi melodi yang indah.

"Lo mau curhat?" tanyanya.

Seketika senyumku hilang. Aku bingung. Aku memikirkan Arvin. Dan juga Nathan.

"Hm, nggak deh." sahutku.

"Dih, kenapa? kalo lo curhat disini, rasanya beda. Kayak seakan-akan pohon juga mendengar curahan hati lo." katanya serius.

Aku menghembuskan nafas, dan menyelipkan sehelai rambutku kebelakang telinga.

Aku memandang lurus kearah danau yang airnya tenang. Aku bingung. Aku jatuh cinta dengan Arvin, namun, Bang Devan selalu melarangku untuk jatuh cinta pada Arvin. Aku tak tahu.

"Mau gue nyanyiin aja?" tanya Bang Devan sambil menaik turunkan alisnya.

Aku bergidik, "Nggak. Nggak punya recehan."

"Wah, lo kalo mendengar seorang Adrian Devano menyanyi, lo bakal minta gue untuk nyanyiin itu berulang kali."

"Emang lo bisa nyanyi?"

Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang