06 - jatuh cinta

5.9K 506 12
                                    

Aku melangkahkan kaki malas kedalam rumah. Aku meletakan tasku asal di sembarang tempat.

Pikiranku tertuju pada Arvin sekarang.

Dan juga, Nathan.

Kepalaku terasa berdenyut. Aku berusaha memijit-mijit pelipisku.

"Kay!" panggil Bang Devan dari kamarnya.

Aku berdecak, mau ngapain sih.

"Iyaa,"

Aku berjalan kearah kamar Bang Devan. Tepat saat aku akan membuka pintu, Bang Devan pun melakukan hal yang sama.

Kami terdiam.

"Kenapa manggil?" tanyaku

Bang Devan berdecak, "Shower gue nyala sendiri lagi. Padahal gue lagi main PS." ucap Bang Devan ngeri.

Aku tertawa keras, "Penakut banget kamu, Bang."

"Sumpah serius. Gue mandi di kamar mandi lo aja ya!" ucapnya sambil mengambil handuknya.

Aku hanya menaikkan bahu lalu kembali ke kamarku.

Aku melihat Bang Devan tengah sibuk memindahkan peralatan mandinya ke kamar mandiku. Ya, kau tahu, peralatan mandi laki-laki pasti berbeda dengan perempuan.

"Beneran di pindahin semua?" tanyaku.

Ia mengangguk sambil memindahkan sabun cuci mukanya. "Iya, sampe shower gue berhenti nyala sendiri."

Aku tertawa kecil, dasar penakut. Batinku.

Aku menyalakan televisi yang berada di depan kasur.

Tepat saat aku akan mengganti chanel, Bang Devan membuka pintu kamar mandi, kepalanya menyembul dari balik pintu.

"Lo juga siap-siap ya, gue mau ajak jalan."

***

Aku menatap tampilanku di cermin. Dress selutut bewarna soft green dan flat shoes bewarna senada dengan dressku.

Rambut yang biasanya ku ikat, kini kubiarkan tergerai. Kacamata yang setiap hari bertengger di hidung manisku, kini ku lepas dan ku ganti menggunakan kontak lensa bening.

Aku menatap pantulanku sekali lagi. Seperti bukan aku. Batinku.

Dengan perasaan sedikit takut, aku melangkahkan kaki keluar kamar. Kulihat Bang Devan berdiri di depan kamarku sambil memainkan ponselnya.

Ia sibuk menggulir layar ponselnya keatas dan kebawah.

Mungkin, ia tak sadar kalau aku ada di depannya.

Bang Devan menggunakan kemeja biru donker yang tangannya digulung sampai siku. Seperti biasa, rambutnya yang bewarna cokelat itu ia biarkan acak-acakkan tapi tetap terlihat keren.

"Bang, aku udah." kataku. Bang Devan mendongak.

Ia melihatku dari atas sampai bawah, "Ini seriusan lo Kay?" tanya Bang Devan tak percaya.

Aku mengangguk kikuk, "Aneh ya? Yaudah aku ganti ya," kataku hendak menuju kembali ke kamar.

Bang Devan menahan lenganku cepat, "Nggak usah, kan gue yang nyuruh lo kayak gini. Cantik kok."

Kemudian, ia tersenyum.

"Mau kemana kita emangnya?" tanyaku sambil menyelempangkan tasku.

"Hm, cafe mungkin? Liat nanti aja," kata Bang Devan sambil memasukkan ponselnya ke saku jeansnya.

"Berangkat yuk!"

Bang Devan mengambil kunci mobilnya, lalu mengambil sepatu NIKE nya.

"Naik mobil sport ya?" tanya Bang Devan sambil berdiri mengikat tali sepatunya.

Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang