02 - perasaan

7.4K 585 8
                                    

Aku mengetukkan jari dimeja makan. Menunggu Bang Devan segera turun kebawah untuk sarapan bersamaku. Ya, kalian harus tau, Mama sekarang sedang berada di luar negeri mengurusi bisnisnya. Walaupun sibuk, beliau tetap menyempatkan dirinya untuk menghubungiku di Indonesia. Hanya untuk sekedar menanyakan, 'Sudah makan?'.

Aku bersyukur mempunyai keluarga yang masih perduli padaku. Walaupun yang menafkahi keluargaku sudah tiada, namun masih ada Mama yang berjuang mati matian demi menghidupiku dan Bang Devan. Lagipula, setelah lulus, Bang Devan akan mengambil alih perusahan keluargaku. Dan, sepertinya aku akan tidak punya teman mengobrol lagi. Miris memang.

Sekitar sepuluh menit aku berdiam diri dimeja makan sambil memikirkan nasibku yang sangat amat patut dikasiani, Bang Devan datang dengan gaya coolnya yang dapat membuat kaum wanita mengeluarkan ilernya tanpa sadar. Ini serius. Terkecuali, aku.

"Lama banget sih, Bang!" aku memajukan bibirku.

Bang Devan hanya terkekeh, "Biasalah orang ganteng mah beda."

Aku memutar bola mata sebal, "Terserah."

"Belum sarapan?" tanya Bang Devan sambil celingak celinguk. Dapat kupastikan, ia sedang mencari Bi Mumu.

"Bi Mumu pulang kampung, tadi subuh berangkat. Udah izin juga sama Mama. Jadi karena aku gak bisa masak. Silahkan sang Adrian Devano yang memasak." ucapku sambil menopang dagu. Lalu membenarkan letak kacamataku yang sedikit turun.

Bang Devan tersenyum miring. "Lo tau, kesalahan terbesar lo adalah, menyuruh seorang Adrian Devano memasak. Dapat gue pastikan setelah lo memakan masakan gue, lo bakal jatuh tersungkur dengan mulut mengeluarkan busa."

Aku yang mendengarnya bergidik ngeri. Dengan langkah gontai, aku menuju dapur untuk memasak nasi goreng alakadarnya. Karena waktu sudah semakin siang.

Setelah dirasa cukup, aku mematikan kompor lalu menuang nasi goreng itu kedalam dua piring. Kulebihkan porsiku sedikit karena kemarin perutku sama sekali tidak tersentuh nasi.

"Nih," kataku sambil menyodorkan sepiring nasi goreng. Asapnya mengepul bertanda nasi goreng itu masih dalam keadaan hangat.

Bang Devan menyengir, "Terimakasih nerdy girlku."

Aku berdecak sebal. Sedikit tidak setuju dengan apa yang Bang Devan katakan. Walaupun yang dikatan olehnya 100% benar. Ya kan? Aku memang seorang Nerd.

Terjadi keheningan dimeja makan. Hanya terdengar bunyi piring beradu dengan sendok dan garpu. Sambil sesekali Bang Devan melirikku dan tertawa. Kenapa dia?

"Kenapa?" tanyaku polos.

"Gue abis mikir, gue adalah cowok paling berpengaruh di National Art School, tapi adek gue ini ... " ucap Bang Devan tertahan. Aku mengembuskan nafas.

"Bisa gak Bang, kamu berhenti bicarain aku, ini-itu. Aku capek batin kalo kaya gini terus. Kamu hina, kamu ejek." ucapku sambil mebahan airmataku yang ingin jatuh.

Bang Devan segera menyudahi makannya lalu berpindah posisi menjadi duduk di sampingku.

"Gue gak bermaksud gitu, Kay. Lo adalah wanita tercantik kedua setelah Mama. Bahkan gebetan gue, kalah sama lo." kata Bang Devan sambil mencubit pipiku.

Aku tersenyum. Berusaha menghilangkan kenyataan pahit dari hatiku ini.

****

Setelah sekitar 30 menit membelah kemacetan di kota jakarta. Aku sudah sampai di depan gerbang sekolahku.

"Makasih ya," kataku sambil tersenyum manis.

Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang