05 - Nathan?

5.6K 508 15
                                    

Aku melempar tas kesembarang arah, kurebahkan badanku pada kasurku yang empuk ini.

Pandanganku menerawang ke langit-langit, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi hari ini.

Mulai dari Nathan yang menempelkan kertas di punggungku. Jujur aku sangat marah, malu, sedih bercampur menjadi satu, namun melihat perlakuan Nathan yang seperti itu padaku, aku menjadi ... entahlah.

Kedua, saat Nathan membelikanku sekotak Nasi Goreng. Aku rasa, ia peduli padaku. Atau mungkin ia hanya kasihan pada gadis malang sepertiku ini. Entahlah.

Ketiga, saat Nathan berkata bahwa aku cantik. Astaga, itu membuatku senyum-senyum sendiri sekarang. Bagaimana tidak? Aku yang notabenenya sebagai gadis nerd, culun dan cupu, dibilang cantik sama Nathan? Berapa beruntungnya aku.

Keempat, saat Nathan membelaku dihadapan Gradixon sampai membuat Gradixon tak berkutip sama sekali.

Yaampun rasanya aku ingin terbang!

"Kayla!!" suara ketukan pintu yang agak keras membuyarkan lamunanku. Aku yakin itu Bang Devan.

Aku berjalan malas ke arah pintu, "Kenapa?" tanyaku saat pintu kamarku sudah terbuka lebar.

"Lo beneran gak suka sama Arvin kan?" tanyanya dengan tatapan dingin.

Aku menahan napas sedetik, "Nggak," kataku cepat.

Bang Devan melihat tepat di manik mataku, berusaha menerawang apakah aku berkata jujur atau tidak.

"Beneran kan?" katanya sekali lagi berusaha menyakinkan.

Aku menggeleng cepat, "Serius,"

Bang Devan menghena nafas, "Kalo sampe lo emang beneran suka sama Arvin, gue bakal pindah kesekolah lo, dan lo gak akan menduga apa yang akan gue lakukan." ucapnya dingin.

****

Aku membulatkan mata saat alarmku berbunyi nyaring. Aku melirik kearah jam dinding yang menempel diatas meja belajar, pukul lima lagi.

Aku menyibakkan selimut, mandi, lalu sarapan bersama Bang Devan. Selalu seperti itu. Setiap hari.

Aku menuruni tangga dengan santai, kulihat Bang Devan sedang bermain PS.

"Bang, kamu gak sekolah?" tanyaku saat sampai di ruangtamu.

Bang Devan menyengir, "Males ah,"

Aku memutar bola mata, "Mandi buruan,"

Bang Devan mematikan PSnya lalu menggulung stiknya, "Iya,"

Sembari menunggu Bang Devan mandi, aku membuat coklat panas untuk kami berdua. Aku tahu, Bang Devan sangat suka coklat panas.

Aku menaruh dua coklat panas di meja makan. Kemudian aku duduk di meja makan yang berhadapan dengan kamar Mama. Sudah lama aku tak bertemu dengan Mama. Setelah aku berpikir untuk menelponnya, aku langsung mengambil ponselku lalu menelpon Mama.

"Halo, Kayla?"

"Halo Ma, apa kabar?"

"Mama baik nak, kamu gimana sama Devan? Baik-baik aja kan?"

"Baik Ma. Mama kapan pulang?"

"Mama masih gak tau. Masih banyak yang harus diurusin disini."

Aku mengehela napas, "Oke Ma. Hati-hati disana ya. Kayla kangen Mama."

Aku memutuskan sambungan.

Aku menatap lurus ke arah coklat panas ku yang mulai dingin. Tepat saat aku melihat kearah kamar Bang Devan, Bang Devan keluar dengan tas di punggungnya. Ia berjalan cepat menuruni tangga.

Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang