Part 18

126K 10.1K 593
                                    

Hati tidak pernah bohong. Biasanya pemiliknya lah yang berdusta.

Hati tidak pernah lemah. Biasanya penyandangnya lah yang menyerah.

Hati tidak pernah salah. Biasanya penerjemahnya lah yang tertipu.

Dan aku sangat yakin apa yang kurasakan sekarang tidaklah salah. Aku yakin dengan perasaan ini. Bukan sebuah rasa sambil lewat. Bukan sebuah rasa yang datangnya tak kuketahui. Bukan sebuah rasa sementara yang kemudian akan hilang tiba-tiba.

Akulah yang mengijinkan rasa ini masuk dan kunikmati diam-diam. Aku, sebagai pemilik hatiku sendiri menyadari jika semburat hangat, gelitik geli di perut, pening di kepala, dan kegelisahanku bersumber dari satu kata sederhana bermakna luar biasa.

Cinta.

Bahkan mengucapkan kata itu saja masih terasa kebas di lidahku. Aku tak pernah mengira jika suatu hari aku akan mendapati hatiku berdebar lebih cepat karena seseorang, pikiranku tersita hanya olehnya, mimpiku dikuasi dengan dirinya, dan keinginan untuk bersamanya menyamai kebutuhanku akan udara.

Terlalu cepatkah aku menyimpulkan begitu?

Kurasa tidak.

Meskipun sebelumnya aku tak pernah melabeli perasaanku dengan kata tersebut, meskipun aku tak pernah memberi kata itu pada siapapun, tapi aku tahu benar sifat kata itu.

Aku mengerti bagaimana cara dia hadir. Aku mengerti bagaimana cara dia bekerja. Menghancurkan kebiasaan di hidupmu untuk digantikan dengan sebuah kebiasaan baru yang berisikan seluruh tentangnya. Karena aku benar-benar mengalaminya saat ini.

Aku tidak takut dengan perasaan ini. Karena sepanjang ekstensi kehidupanku, disaat inilah aku merasakan sebuah perasaan yang tidak hanya membuatku merasa bahagia, namun juga membuatku lengkap. Membuatku lebih menghargai diriku sendiri. Membuatku memandang dunia dengan cara yang berbeda. Bukan hanya tentangku saja, tapi juga orang lain di sekitarku.

Dan itu semua karena Damian.

Damian yang telah mengubah hidupku.

Ia membuatku merasakan hangat yang pernah hilang bersama dengan kepergian orangtuaku. Ia membuatku tidak lagi takut untuk maju, bahkan memberiku kekuatan untuk teguh berdiri di depan dengan dagu terangkat. Ia memberiku semangat yang entah bagaimana caranya membuatku merasa menjadi Alicia yang baru. Yang bisa melantangkan suaranya karena benar. Yang bisa membela orang lain dengan berani. Yang bisa membebaskan beban di dalam dirinya, dan memperjuangkan dirinya sendiri ketika dihina.

Sebanyak itu perubahan yang ada di dalam diriku.

Dan perubahan terbesarnya adalah, perasaanku.

Aku mencintai Damian.

Setengah dari hatiku yakin ia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Seyakin aku dengan perasaan ini. Aku tau itu semua hanya dengan melihat dari caranya memandangku. Cara Damian menyentuhku. Ia menginginkanku sebanyak aku menginginkannya. Seperti yang pernah ia katakan dulu. Apa lagi itu artinya jika ia tidak merasakan kenyamanan yang sama sepertiku.

Dan setengahnya lagi hanya ketakutan berisi akhir yang tidak ingin kubayangkan.

Mobil melaju pelan menembus hutan yang pagi ini sedikit berkabut. Damian memutar lagu dari radio yang mengalun lembut. Aku menoleh dan mendapati dirinya yang tengah fokus menatap jalan. Satu tangannya di kemudi dan satu tangannya terlipat, siku bersandar di pintu dan jarinya tak mau diam mengusap dagu. Rasanya telapak tanganku gatal ingin menggantikan tangannya di sana.

Mataku kemudian turun ke arah tubuhnya. Hari ini Damian mengenakan t-shirt abu-abu berlengan panjang dan celana hitam. Rambutnya yang selalu terlihat berantakan kali ini semakin berantakan tertiup angin karena Damian menurunkan atap mobilnya. Dari sini saja aku bisa menangkap aroma segar dari rambutnya. Dia menjadi terlihat luar biasa hanya dengan potongan kain sederhana itu.

Shadow Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang