Part 9

154K 12.8K 827
                                    


“Aku akan menghangatkanmu.”

Entah karena hawa dingin yang serasa semakin menusuk hingga ketulang, atau karena tatapan tajam Damian saat ini, atau karena debaran dadaku yang menggila, aku tak tau pasti yang mana penyebab diriku hampir menjatuhkan mulutku diantara kedua tanganku yang bertaut kencang.

Tangan Damian masih bertengger di leherku sebelum turun menuruni sisi bahu dan lenganku. Rasanya telapak tangannya seperti memiliki aliran listrik statis dimana setiap kali ia menyentuhku memberi sengatan dipermukaan kulitku. Lucunya, itu membuatku ketagihan disentuh olehnya.

Tangannya berhenti di tanganku yang sedang bergetar. Mungkin ini kali kedua dimana sentuhannya membuatku begitu gugup hingga ingin berlari mengelilingi rumah ini dan meneriakkan namanya.
Diangkatnya tanganku menuju wajahnya. Mendekati bibirnya. Dapat kurasakan hembusan nafasnya menerpa permukaan kulitku ketika sebuah ketukan di kaca mobil menyadarkanku, dan Damian.

Oh really?

Sial.

“Kalian akan turun atau bagaimana?” Alec mencoba menajamkan matanya, mengintip melalui kaca untuk bisa melihat kedalam mobil. Aku segera menarik lepas tanganku dari Damian. Mengatur ekspresi dan nafasku. Damian hanya menghela nafas kasar lalu membuka pintu mobil dan mengelilinginya untuk membukakan pintuku.

Alec tersenyum riang seperti biasa. Jangan salahkan ia jika kehadirannya sangat tidak tepat. Maksudku, apa yang hendak dilakukan Damian tadi? Ucapan dan tatapannya saja sudah lebih dari cukup untuk membakarku.

Sudut hatiku melompat riang tatkala memikirkannya.

Aku bergegas naik untuk membersihkan diri secepat yang kubisa dan segera turun untuk makan malam. Rasanya aku bisa menghabiskan  apapun sekarang.

Alec membuat makan malam yang sudah tertata rapi dimeja makan. Kulihat Damian sudah ada disana dengan rambut acak-acakan sehabis mandinya. Damian menarikkan salah satu  kursi untukku tepat disampingnya. Sedangkan Alec memilih kursi berhadapan denganku dan Damian.

“kau baik-baik saja Alice? Aku sudah dengar cerita penyerangan tadi pagi dari Damian. Aku sungguh menyesal kau harus mengalami itu.” Ucapnya ketika disuapan ketigaku. Dengusan Damian terdengar terlalu keras sehingga membuatku menoleh kearahnya. Ia menatap Alec tajam sesaat dan menoleh padaku tersenyum. Membuatku berpikir jika lagi-lagi ia bicara pada Alec dengan diam. Seperti sedang ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Ia selalu menyembunyikan banyak hal.

“Aku baik-baik saja. Untungnya Damian datang tepat pada waktunya. Kalau tidak, mungkin aku tak bisa memuji makananmu saat ini. Ini enak sekali.” Aku kembali memasukkan kentang tumbuk dan potongan daging kedalam mulut.

Disamping karena aku memang lapar, mengingat aku tidak sarapan dengan layak tadi pagi dan melewatkan makan siangku, masakan Alec memang sangat enak. Sebut saja sekelas restoran jika kalian ingin membayangkannya.

“Baguslah. Aku sempat panik saat mengetahui ada iblis berhasil masuk dan menyerangmu. Itu tidak seharusnya terjadi. Aku tidak mengira jika iblis bisa masuk sejauh itu kedalam hutan. Aku harap kau tak ketakutan sekarang.” Ucapnya sambil kembali kepiringnya. Aku mengerut bingung. Apakah seharusnya iblis tak bisa masuk? Kurasa Alec melihat kebingunganku karena ia kembali melanjutkan.

“Hutan ini dilindungi sebuah mantra pengikat iblis. Tidak ada satupun iblis yang bisa masuk tanpa ijin dariku ataupun Damian. Mantra itu dipasang di sekeliling hutan tepat dengan aliran sungai yang mengelilingi hutan. Melihat jarak kedatangannya dari perbatasan sungai, iblis itu tak masuk terlalu jauh dari lingkaran yang kami buat. Sepertinya ia mencoba masuk secara paksa dan sayangnya berhasil.”

Shadow Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang