18

6.5K 357 11
                                    

Bangun tidur Dani dikejutkan oleh keberadaan ibu yang duduk di meja makan. Dia segera memeluk ibunya dengan erat. Dia bahkan sampai menangis tergugu dipelukan sang ibu.

"Udah nduk, jangan nangis." Ucap sang ibu dengan memeluk dan sambil menangis. Terlihat raut bahagia di  wajah wanita paruh baya itu. Tentu saja, empat tahun lalu dia sangat khawatir anak perempuan tersayangnya yang belum kunjung menikah. Bahkan dia sempat meminta air yang sudah diberi doa dari Kiai yang ada dikampungnya agar anak perempuan tersayangnya segera dipertemukan dengan jodohnya.

Siapasih yang tidak khawatir dengan anak perempuan tertuanya yang belum kunjung menikah dengan usia yang memasuki kepala tiga. Bahkan beberapa laki-laki sudah ada yang meminangnya, dari yang mulai pekerja serabutan hingga pamong desa. Dari yang masih 25 tahun hingga 40 tahun, dari bujangan hingga bapak-bapak untuk dijadikan istri ketiga.

Dia mengira anaknya itu trauma dengan laki-laki, kerena dia sama-sekali tidak pernah dekat dengan laki-laki. Tapi dia sekarang sangat bahagia. Anaknya, anak yang paling dia sayangi telah menikah dan sebentar lagi akan memberikan cucu pertama untuknya.

"Ibu kok, nda bilang-bilang mau main kesini?" ujar Dani yang masih menangis.

"Bojomu iku loh, nduk. Dia yang nyuruh orang untuk jemput ibu." Ujarnya. Seketika wajahnya berubah murung. Dia teringat sang suami.

Melihat wajah anaknya mengingatkan dia pada sosok sang suaminya yang satu tahun lalu meninggal. Dia selalu menyalahkan anak bungsunya sebagai penyebab kematian suami tercintanya. Tentu saja, setelah beberapa hari dia dan suami pulang kampun, dia tidak mendapati anaknya sama sekali. Dia mengira ada kegiatan kampus. Tapi, saat dia mencari inforasi ternyata anaknya di mengambil cuti beberapa minggu sebelum mereka pulang.

Mendengar sang anak bungsu yang entah pergi kemana, sang suami jatuh sakit. Awalnya memang mereka tidak peduli. Tapi mereka mendengar cerita dari teman kampus Diana, bahwa anak itu mengalami tekanan.

"Ibu kok malah nangis? Apa Dani membuat kesalahan?" tanya Dani hati-hati.

Mus menggeleng. "Ora ndu. Ibu inget bapak-mu."

"Sudahlah bu, bapak pasti sudah tenang disana." Ujar Dani menenangkan sang ibu. Kemudian dia mengajak ibunya kembali duduk. Dia tersenyum melihat putranya duduk dengan manis.

"Jo sudah salim sama nini?" tanya Dani yang saat ini tengah mengambilkan sarapan untuk putranya, sedah mengambilkan sarapan untuk ibu dan suaminya.

"Udah mom, tadi Jo juga bantuin nini bawa tasnya." Celetuk Jo sambil mengangkat tangan memberi tanda kuat. "Jo kuat." Celetuknya lagi.

Dani mengacak-acak rambut Jo dengan gemas. Kemudian dia mengambil sarapan untuknya sendiri. Mereka sarapan Jo yang berceletuk tentang kegiatannya di TK.

Sesudah sarapan Dani dibantu sang ibu merapihkan meja makan. Sedangkan suami dan putranya berada di kamar masing-masing tengah siap-siap berangkat sekolah dan kantor. Dani dan ibunya sekarang tengah mencuci peralatan makan yang tadi mereka pakai.

"Usia kandunganmu berapa bulan ndu?" tanya Mus sambil mengeringkan peralatan makan yang baru di cuci.

"Dua bulan bu." Ujar Dani.

"Syukurlah. Kamu harus hati-hiti menjaga kandunganmu. Ojo ngangkat-angkat sing abot. Ojo maem sing kecut-kecut kakean.( Jangan ngangkat barang yang terlalu berat. Jangan makan yang asam-asam terlalu banyak)" kata Mus manasehati.

"Njih bu. Isya Allah, aku akan menerapkan nasehat ibu." Ujar Dani.

***

Saat makan malam, semua keluarga Juna dan Dani berkumpul, kecuali Diana. Mereka makan malam di rumah Juna. Semua masakan yang ada di meja makan adalah masakannya dibantu oleh bi Siti, ART rumah ini.

Meja makan penuh dengan masakan dan penh dikelilingi keluarga mereka. Ada kedua mertuanya yang masih sama seperti pertama bertemu, awet muda. Ada Zaskia (Kia) yang telah menjadi dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit swasta Jakarta. Ada Umar yang tengah asik mengobrol dengan ayah mertua, dan suaminya. Sedangkan dia sendiri baru bergabung obrolan dengan ibu, ibu mertua dan adik iparnya.

Barulah setelah mereka lengkap. Gibran memimpin doa untuk memulai makan malam. Suasana makan malam begitu penuh dengan kegembiraan. Mereka saling bicara hal yang menurut mereka menerik.

Melihat semua keluarganya yang berkumpul di rumahnya dengan penuh kegembiraan, tanpa sang adik membuatnya sedih. Dia sangat rindu dengan adiknya. Adiknya adalah teman curhat yang baik, kadang adiknya memberi solusi atau tetap dia mendengarkan saat sang adik tidak dapat memberi solusi.

Juna, Umar dan Jo pamit ke luar ruang makan. Mereka tengah memberikan kejutan untuk orang tua mereka. Juna, Umar dan Jo membawa kue tar bertuliskan "Selamat Hari Ibu. Love You, Mom". Kue yang di bawa Umar berbeda, ada dua buah lilin berbentuk lima dan dua. Ini adalah hari ulang tahun Mus yang bertepatan hari ibu. Sedangkan Wahyu membawa sebuket bunga anggrek putih.

Mereka berjalan ke dapur dengan hati-hati. Umar mematikan lampu di ruang makan, membuat beberapa orang menjerit. Tapi jeritan ketakutan mereka berkanti dengan jeritan kebahagiaan karena melihat anak-anak mereka memberi kejutan.

Jo sedikit berlari ke arah Dani dengan senyum gembira, namun tiba-tiba dia terjatuh dengan kuenya menyentuh tanah terlebih dulu.

"Hueeeeeeeeee...."

Tangisan Jo membuat suasana yang tadinya bahagia berubah sedikit panik. Dani dengan cepat membantu Jo berdiri. Dia berjongkok mengecek ada atau tidaknya luka di tubuh anaknya.

"Jo tidak apa-apa?" tanya Dani memastikan. Tapi, Jo malah semakin keras menangis. "Sudah sayang, jangan nangis lagi."

"Hiks... mom, kuenya.. hikss.." tunjuk Jo pada kue coklat yang berada di lantai.

"Tidak apa-apa sayang. Kita bisa membeli lagi."

"Hikss... ga ada yang hikss ... jual kue itu mom. Hikss.." ujar Jo sambil sesenggukan. Mendengar ucapan Jo membuat Dani bingung. Kalau tidak membeli lalu apa? Apakah Jo- "Aku dan hikss... Dad tadi.... tadi siang membuat kuenya." Jo berbicara sambil sesenggukan.

Mendengar ucapan Jo, seketika Dani tersenyum. Dia memandang suaminya yang juga tengah tersenyum padanya dan Jo bergantian. Dia tidak menyangka suami dan putranya sangat perhatian padanya. Dia sangat bersyukur memiliki keluarga sebahagia ini.

Dani mengambil kue yang ada di lantai dan memotong kue itu dengan tangannya dan memasukkan ke mututnya. Dia tersenyum kepada sang putra yang tengah memandangnya dengan berlinang air mata.

"Hemmm enak." Ucapnya sambil memakan lagi kue yang berada ditangannya. Membuat orang-orang yang ada di sana khawati takut Dani sakit perut.

"Jangan makan lagi, mom." Ujar Jo sambil menghapus air matanya. "Nanti perut mom sakit. Nanti dede sakit juga." Ujar Jo.

"Tapi ini buatan Jo dan Dad untuk mom." Ujar Dani.

Jo merebut kue yang ada di tangan Dani dan berlari menuju wastafel, kemudian menaruhnya di sana. Dani dan yang lain bingung dengan tingkah anaknya. Kemudian Jo mengambil bangak tisu dari tempatnya dan kembali berlari ke arah Dani. Anak itu membersihkan tangan ibunya dengan hati-hati dan peuh kasih sayang.

"Jo dan dad bisa buat lagi kapan-kapan. Jo tidak ingin kehilangan adik."

Setelah insiden itu mereka kembali ceria, merayakan hari ibu sekaligus ulang tahun Mus. Adik Dani memberikan hadiah umroh. Dani dan Juna memberi perlengkapan ibadah. Karana keluarga Juna baru tahu, mereka meberi uang saku untuk bekal ibadah di tanah suci sana. Bahkan Jo tak kalah antusias dia memberi tasbih buatannya sendiri.

--------------------------

Salam,
SanyDay



31 Old Woman (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang