3

18.3K 941 29
                                    

WARMING!!! Cerita ini di akhir dibumbui dewasa, jadi saya peringatkan.

Happy reading (^^)

__________

Tiga



Dani mengerjapkan matanya, sinar matahari yang menerobos gorden cukup mengusiknya dari mimpi indahnya. Dia mengucek-ucek matanya, agar pandangannya fokus. Ada sedikit rasa pusing, saat bangun tidur. Ia memejamkan matanya untuk mengusir rasa pusing yang menderanya.

"Sudah bagun? Kau sakit?" tanya suara berat dan seksi dari arah kamar mandi. Di depan kamar mandi berdiri seorang pria yang hanya menggunakan celana pendek. Sedangkan rambutnya masih meneteskan air. Menandakan dia baru selesai mandi.

Dani mendongak, ia terbelalak. Buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain. Astaga, dia sanyat sexy dengan tubuh atletis dan air yang masih mengalir dari rambutnya. Ya Tuhan, bagaimana bisa Kau menciptakan makhluk sesempurna itu. Gumamnya.

"I-iya. Aku baik-baik saja, hanya sedikit tidak enak badan." Dani masih tetap tidak melihat lawan bicaranya. Dia baru menyadari kamar ini di dominasi dengan warna hitam dan putih, terkesan manly. Dia buru-buru mengecek keadaannya, apa tidak ada yang kurang dari dirinya.

"Aku tidak melakukan yang iya-iya padamu." Jelasnya, yang kini telah berdiri di samping gadis itu dengan kaos polo birunya, memperlihatkan otot-otot lengan dan tubuhnya. "Apa perlu ke dokter?"

"Tidak perlu. Mungkin karena tamu bulanan saja." Ucapnya lemah. Dia menoleh ke sana kemari, mencari sesuatu. "Dimana Jo, Mas? Aku tidak melihatnya." Lanjutnya.

"Dia bersama mamah dan Kia. Mungkin sedang di taman belakang." Jelas Juna, "Mandi gih, jelek kamu kalo bangun tidur." Ujar Juna menggoda.

"Iya, jelek-jelek gini juga calon istrimu." Dani bersungut kesal.

"Iya yah. Kepelet apa aku ya? Kalo gitu, boleh dong cicip dikit sebelum resmi jadi istri sesungguhnya?" Juna menggoda sambil mengedipkan mata kirinya.

Dani yang mendengar itu langsung merona, ia buru-buru berlari menuju kamar mandi dan menutupnya. Sedangkang Juna tertawa terbahak melihat tingkah calon istrinya itu. Ia buru-buru keluar saat mendengar teriakan calon istrinya untuk diam dan jangan menggoda. Tapi tetap saja tawanya tak hilang.

***

Dani berdiri di muka pintu yang berhadapan langsung dengan taman belakang rumah calon mertuanya. Perasaan sedih yang menyelinap di sela-sela hatinya. Ada pertanyaan yang terlintas di kepalanya. Apakah dia orang yang tepat untuknya? Apakah keluarganya akan menerima calon suaminya?

Sebuah tangan kekar mendekap pinggangnya. Dani menoleh, mendapati Juna berdiri disampingnya dengan wajah.. hawatir?

"Kau tidak apa-apa?"

Dani memaksakan senyumnya, "Tidak apa-apa. Ada apa mas?"

"Mas?"

"Apa aku tidak boleh memanggil mas Juna dengan sebutan mas?"

"Tidak, itu terdengar manis di telingaku. Ayo! Kita sarapan."

"Apa kalian selalu sarapan di taman?"

"Tidak, ini spesial menyambut calon anggota keluarga baru." Ucapnya sumringah. Mendengar itu hati Dani menghangat. Juna menggandeng Dani menuju meja yang sudah disiapkan di taman belakang.

***

"Mas, serius mau menikahi aku?" tanya Dani saat mereka sudah tiba di rumah Juna. Setelah sarapan dan sesi ngobrol bersama anggota keluarga, mereka memutuskan kembali. Sebenarnya Nur meminta mereka untuk menginap sampai hari penerbangan ke Jogja dan berlanjut ke Kebumen, untuk melamarnya.

31 Old Woman (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang