Sepuluh

13.6K 678 10
                                    

Sepuluh

Dani duduk di taman rumah sakit sendiri. Selang infus yang beberapa hari ini terpasang telah dilepas. Dia menatap air mancur di depannya dengan pandangan kosong. Dia tak menghiraukan titik-titik air yang mengenai wajahnya. Dia terlalu larut dalam pikirannya sendiri.

Apakah aku bahagia dengan semua ini?

Apakah aku bisa menjalani pernikahan ini. Wanita itu. Wanita itu yang mendatangi mimpiku beberapa hari ini. Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa dia menangisi Jo? Apakah karena mas Juna? Apa aku harus menanyakan langsung padanya? Atau diam, seolah tidak tahu apa-apa?

Diana duduk di samping kakaknya. Melihat kakaknya yang melamun, membuatnya merasa bersalah. Ya, dia merasa bersalah karena mencintai kakak iparnya sendiri. Padahal dia tahu, cinta telah tumbuh diantara mereka.

"Mba pasti akan bahagia dan bisa menjalani pernikahan ini dengan baik." Ucap Dian yang dapat membaca pikiran Dani.

Dani menoleh pada Diana dan tersenyum. Dia memeluk tubuh berisi adiknya dengan dengan erat. "Bagaimana kamu tahu apa yang mba pikirkan?" tanya Dani melepas pelukannya dan mengacak rambutnya.

"Siapapun bisa melihatnya dari raut wajahmu, mba." Aku tidak tahu pasti siapa ibu Jo. Tapi aku merasa Jo adalah.... aku rasa itu tidak mungkin. – batinnya.

"Mana Jo?" tanya Dani, pandangannya menyapu ke penjuru taman. Dia kemudian menghampiri Jo yang tengah duduk di pinggir air mancur mencoba menangkap ikan.

Dani memangku Jo sambil duduk di tepi kolam. Dia membasahi sebelah tangannya meraih air dan memercikkan air ke wajah Jo. Membuat Jo tertawa senang karena gemercik air.

"Mom... momo berr..." celetuk Jo sambil bermain ludah.

"Wow. Jo menyebutmu mom, mba." Ujar Diana yang telah duduk disamping mereka.

"An." Dani dan Diana menoleh ke belakang. Disana terdapat seorang pria tengah membawa sebuket bunga mawar. Tersenyum kepada mereka.

"Mas Vian," ujar Dani pelan. Dia merasa tegang mendapati pria itu ada di hadapannya.

"Ya, ini aku. Alvian." Pria itu berjalan mendekat dan memberikan buket bunga itu kepada Dani.

"Apa kabar kamu Di?" tanya Vian.

Diana menjawab dengan senyum. "Mba, aku akan mengajak Jo bermain. Mungkin kalian butuh waktu bicara." Diana segera mengambil Jo dari pangkuan Dani dan membawanya pergi.

"Apa sudah lebih baik?" Vian memecahkan keheningan melalui bertanya kepada Dani.

"Ya, jauh lebih baik."

"Mmm... apa itu putramu?" tanya Vian ragu-ragu. Lama menunggu jawaban dari Dani, pria itu menoleh dan menatap wanita yang masih ada di hatinya. Ternyata Dani juga menatapnya. "Itukah alasanmu tak menerima lamaranku?"

"Mungkin salah satunya."

"Kenapa? Aku tak mempermasalahkanmu tengah menandung atau apapun. Aku menerimamu apa adanya. Aku mencintaimu."

Dani mengalihkan tatapannya dari Vian, memandang lurus kedapan. "Kau telah beristri, ingat itu mas."

"Tapi aku mencintaimu. Bahkan hingga detik ini." Ujar Vian frustasi. Dia berjongkok di depan Dani dan menggenggam tangan wanita itu. "Menikahlah denganku. Aku akan menerima putramu. Aku akan berusaha membahagiakanmu."

"Tapi masalahnya.. aku-."

"Kau belum mencintaiku? Berjalannya waktu pasti kau bisa mencintaiku."

31 Old Woman (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang