2.5

2.5K 252 23
                                    

"N—Nathan?"

Raut wajah Mrs. Styles berubah drastis menjadi sangat kebingungan. Tidak mungkin dia melihat sosok anaknya saat yang sudah meninggal beberapa tahun silam. Dia mundur beberapa langkah.

Edward menatap takut kearah Mrs. Styles. Badannya gemetaran melihat muka wanita paruh baya itu yang mengeras.

"Tidak! Kau bukan Nathan! Nathan sudah mati beberapa tahun yang lalu. Siapa kau huh?!"

Harry tak bedah jauh dengan Edward. Dia sama takutnya dengan bocah itu. Dia takut ibunya akan menolak keberadaan bocah itu sama seperti beberapa tahun yang lalu.

"Mom, di—dia Edward... Buah hati Nathan dan Alona." Ujar Harry ragu.

Mrs. Styles menatap Edward kosong. Dirinya tak percaya dengan seorang bocah yang tengah dilihatnya. Bocah ini adalah buah hati anaknya! Bocah ini adalah cucunya!

Dia menjongkokkan tubuhnya untuk menyetarakan dirinya dengan Edward. Keisha yang berada di belakang mereka menatap was was dengan apa yang akan dilakukan oleh Ibunya Harry itu.

"Cu-cucuku?" Perlahan tapi pasti air mata mengalir dengan cepat dikedua pipi wanita paruh baya tersebut. Dia menarik Edward kedalam pelukannya dan memeluk anak itu dengan sangat erat. Bagaikan tak pernah bertemu dengannya selama berabad-abad.

"Mom? Kau tidak akan membenci Edwar bukan?" Mrs. Styles langsung melepaskan pelukannya lalu berjalan mendekati Harry.

"Dia cucuku, Harry! Cucuku! Aku tak pernah menyalahkannya atas tragedi yang telah terjadi. Dia tak salah sama sekali tentang hal itu. Mom tidak gila Harry! Mom hanya sedih atas kematian anak dan menantu mom saat itu. Tapi mereka malah mengirimku kesini."

Rahang Harry mengeras mendengar perkataan ibunya. Ibunya itu tidaklah gila, dia bisa melihat mata ibunya yang penuh dengan kasih sayang. 'Mereka' yang ibunya maksud adalah keluarga dari Alona. Mereka yang mengirim ibunya ke rumah sakit jiwa!

"Keluarkan ibumu ini, Harry! Mom benar-benar benci berada disini."

"Yes mom. Aku akan mengeluarkanmu dari sini." Ujar Harry mantap sambil memeluk ibunya

Keisha yang sedari tadi hanya terdiam, langsung tersenyum memandang kejadian di hadapannya. Edward menggenggam tangan Keisha, mungkin dia masih shock dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

Setelah selesai menjenguk ibunya Harry di rumah sakit, akhirnya mereka memutuskan untuk makan malam di restoran yang ditemukan sepanjang perjalanan pulang.

Harry dan Keisha memakan makanan mereka dalam diam. Entah apa yang sedang mereka pikirkan. Enzo dan Edward menikmati makanan mereka dengan tenang.

"Hazz?" Harry mengangkat kepalanya untuk melihat Keisha. Namun gadis itu masih menunduk menatap makanannya gusar.

"Ada apa?"

Keisha meletakkan garpu dan sendoknya di piring miliknya, lalu kemudian mengakat wajahnya untuk menatap Harry.

"Aku... Aku merasa bahwa diriku ini sangatlah payah. Aku bahkan pindah keluar kota hanya untuk kabur dari masalah yang terjadi. Aku-aku hanya merasa ini semua tak benar." Terangnya ragu.

Harry menghentikan kunyahannya mendengar pernyataan dari Keisha. Entah karena apa, tiba tiba saja dia merasakan ketakutan yang luar biasa. Dia takut tiba-tiba saja wanita di hadapannya ini akan pergi dan meninggalkannya begitu saja.

Salah satu tangan pria itu mengepal mendengar ucapan Keisha. "A-apa yang kau bicarakan, Kei? Aku benar-benar tak mengerti."

"Entahlah. Aku merasa, ini semua adalah hal yang tidak benar. Tidak seharusnya aku kabur dari semua ini, dan—"

Baby Malik // z.m Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang