2.3

5.1K 418 60
                                    

"ARRGGGH"

PRANG

Semua barang yang awalnya tertata rapi, kini sudah berhamburan diatas lantai putih itu. Tak sedikit barang yang pecah diantaranya. Zayn terjatuh dilantai yang dingin ini dan memeluk lututnya erat. Darah segar mengalir dari kedua tangannya, bukti bahwa dia baru saja menghancurkan cermin yang berada tak jauh didepannya.

"Brengsek! Apa yang telah aku lakukan." Zayn menggigit bibirnya keras untuk menahan cairan yang sedari tadi mendesak keluar, namun apa daya air mata itu akhirnya keluar dari kedua sudut matanya. Untuk pertama kalinya dia merasakan hidupnya benar-benar hancur. Untuk pertama kalinya dia merasakan yang namanya sakit hati. Dan ini semua dikarenakan oleh perbuatan wanita itu. Rebecca Smith.

Zayn menggeram marah dalam tangisnya, "Jalang itu."

Nada panggilan yang berasal dari handphonenya berbunyi merdu, memecahkan keheningan mencengkam yang mengitari dirinya itu. Dengan enggan dia mengelap air matanya lalu mengambil handphonenya yang berada diatas kasur dibelakangnya. Ditekannya tombol berwarna hijau untuk mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Hallo." Sahut Zayn dengan suara seraknya.

"Zayn? Kau tidak apa-apa, nak? Ada apa dengan suaramu?"

"Mom?"

"Ya, ini mom. Apa yang terjadi sayang?"

"Tidak ada. Aku baik-baik saja. Untuk apa mom menelepon?"

Zayn bisa mendengar suara ibunya menghela napas berat, dia rasa ibunya sudah mengetahui sesuatu. "Tadi keluarga Tomlinson menelepon mom. Mereka bilang- mereka telah membatalkan pertunangan kalian berdua. Sebenarnya apa yang telah terjadi Zayn? Apa kau melakukan sesuatu hal yang buruk pada Keisha?"

Dia menahan napasnya. Seketika tubuhnya lemas mendengar penuturan sang ibu. Louis memang tak pernah main-main dengan semua perkataannya.

"M-mom. Aku-aku melakukan kesalahan besar mom, ak-aku benar-benar bukan lelaki yang baik. Apa yang harus aku lakukan? Aku mencintainya! Mom! Aku-"

"Zayn, tenangkan dirimu! Mom yakin kau tidak salah. Mom sangat tahu kau mencintainya. Jangan menyalahkan dirimu sendiri."

"Tidak mom! Ini salahku. Aku yang membuatnya pergi, aku-"

"Zayn, dengarkan mom! Kau tenangkan dirimu lalu kembalilah ke Bradford. Kita bicarakan baik-baik disini. Jangan mencelakakan dirimu, okay? Mom mencintaimu."

"T-tapi!"

Tut tut tut

Mrs. Malik sudah keburu mematikan sambungannya. Dengan kesal dia membanting handphonenya tersebut.

"Aku tak akan menyerah, Keisha. Kita akan hidup bersama dengan Enzo dan calon anak-anak kita yang lain di masa mendatang."

***
2 years later.

"Happy birthday to you! Happy birthday to you!
Happy birthday, happy birthday...
Happy birthday to you. YEAAAY."

Edward langsung bertepuk tangan saat mendengar lagu ulang tahun yang terputar di channel telivisi kesayangannya selesai. Bocah itu mengambil sepiring kue coklat yang sudah termakan olehnya diatas meja depan sofa yang dia duduki. Dengan sekali suapan kue coklat itu langsung habis termakan oleh mulut kecilnya.

"MOM! Aku mau kue coklatnya lagi!" Seru Edward sambil berlari kearah meja makan dengan memegang piring bekas dia makan barusan.

Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, Edward langsung mengambil potongan kue coklat yang masih tersisa banyak di meja makan. Tak lupa dia mengambil kotak ice cream didalam kulkas lalu mengambil beberapa sekop ice cream untuk ditaruh diatas kue miliknya.

Baby Malik // z.m Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang