Nine

4.1K 360 0
                                    

Gila.

David tidak dapat menghubungi Tyas hari ini. Seperti akses untuk menelepon Tyas sudah di blokir dari ponselnya, dan hal itu membuatnya jadi tidak waras. 

"Berhentilah bertindak seperti orang tidak waras, Vid!" 

"Tapi sekarang sudah jam tiga sore Kris! Bahkan Tyas belum mengangkat telepon dariku sama sekali!" balas David lagi yang makin bingung karenanya. "Ayolah, aku mohon angkat satu kali ini saja, Yas! Jangan buat diriku khawatir seperti ini!" 

"Tev, kenapa bisa menjadi seperti ini?" Tanya Kris pada Tevin yang dari tadi sudah tak mengerti lagi dengan apa yang dilakukan oleh bosnya. "Apa ini semua kelakuan dari Obaasan?" 

Tevin mengangkat dan menurunkan alisnya, sebagai tanda bahwa memang itulah kenyataannya. Desi yang melakukan ini semua agar kehidupan Tyas tidak tenang, setidaknya, agar Tyas merasakan apa yang harus menjadi sanksinya jika dia berurusan dengan keluarga Kajima. Terlebih, Desi sebagai Ibu kandung David yang sangat menyayangi putra bungsunya itu. 

Hidup yang bising, dikelilingi oleh paparazzi yang menguntitnya kemanapun ia pergi. Hidup yang penuh dengan sinar kamera dimalam hari yang mendapati dirinya sedang melakukan suatu hal yang tak lazim, dan cenderung memicu kabar burung yang sebenarnya tak benar. Begitulah yang dilakukan oleh Desi atas ketidaksukaan dan ketidaksetujuannya atas hubungan yang David dan Tyas miliki saat ini. 

"Bisa di bilang begitu. Bibi Desi pernah bilang akan meluncurkan perang kepada Tyas jika mereka tidak berpisah, dan tetap memilih untuk menikah." 

"Ini parah." 

-----

Dalam ruang yang sama, Tyas dan Desi duduk di atas sofa yang terpisah. Saling berhadapan, dengan kontak mata yang saling bertemu. Setelah minuman datang, Desi pun mulai untuk membicarakan apa yang sudah mengganjal di hatinya ini tanpa basa-basi. 

"Sampai kapan kau mau bersama dengan anakku seperti ini?" Tanyanya dengan angkuh. "Kau tahu kalau Daimon memiliki dunia yang jauh berbeda dengan dunia yang kau miliki. Seperti pekerjaan, adat dan status sosial kalian berbeda sama sekali kau tahu?" 

Tyas tidak gentar sama sekali. Sebaliknya, Tyas malah merasa kekuatannya berkumpul. 

"Saya tidak akan mundur, kecuali David sendiri yang mengatakan akan mundur," jawab Tyas dengan tenang, "Mengenai dunia berbeda yang Bibi katakan, sebenarnya saya tidak pernah merasa bahwa hal itu merupakan penghalang. Sebaliknya, segala sesuatunya menjadi menyenangkan karena perbedaan yang kita berdua miliki."

"Dengan hidupmu yang penuh cercaan seperti di media saat ini, kau hanya akan menghancurkan karier Daimon yang dia mulai dengan susah payah." 

"Karena David memulainya dengan susah payah--sendirian, tanpa dukungan dari keluarganya--saya yakin, dia pun bisa bangkit sendiri, dengan sendirinya. Tapi kali ini, ia tidak sendirian, karena David memiliki saya yang pasti akan selalu ada untuknya." 

Desi mulai menampakkan senyumnya satu sudutnya. 

"Dan bagaimana dengan pekerjaan bodohmu dengan menjadi pramugari?" Tanya Desi. "Aku tidak pernah menyukai pramugari karena mereka hanya bermain dengan para pilot atau siapapun yang mereka inginkan di dalam pesawat. Dan aku sangat membenci mereka." 

Tyas mengernyitkan dahinya. "Maaf, tapi apa ada hal yang mendasari Bibi mengatakan hal yang seperti itu mengenai profesi seorang pramugari?" 

Desi mengangguk. Dia menunjukkan sebuah foto seorang lelaki yang berfoto bersama dengan Yasuo, Fuuka dan David. Jika diperhatikan, lelaki itu memiliki wajah yang mirip sekali dengan David. Apa mungkin lelaki itu adalah saudaranya David juga? 

Mr. Laugh and The Airplane GirlWhere stories live. Discover now