Three

5.4K 416 1
                                    

"Kireidesune--kau cantik!" Guman David setelah menunggu satu jam lebih sedikit. "Kerja bagus Sel! Oh, dan kalau Ibuku memberikan surat pengunduran diri untuk kau tanda tangani, datanglah padaku. Dengan senang hati aku akan menerimamu menjadi asisten pribadiku."

Selvi memaksakan senyumnya, "Terima kasih banyak atas tawaranmu. Tapi aku tidak akan tertarik sama sekali untuk menjadi asisten pribadimu!"

"Ya sudah kalau begitu... Tyas, ayo kita turun."

-----

Di restoran khas Jepang yang tadi mereka datangi pertama kali, David menuju ruang VIP utama bersama dengan Tyas. Sampai di depan pintu ruang VIP, David melepaskan sepatunya.

"Lepaskan sepatumu," kata David pada Tyas, "Biasanya yang memesan ruangan ini hanya orang yang benar-benar mengerti budaya Jepang. Jadi, aku harap kau bisa menyesuaikannya. Oh, jangan lupa untuk membungkuk di depan ibuku nanti."

"Baiklah," jawab Tyas sambil mengangguk paham.

Begitu rolling door kayu David buka, muncullah keluarga intinya. Semua keluarganya ada disana. Termasuk, Irika dan Karina yang seharusnya masih berada di Jepang.

Kedua bola mata David membulat. Bagaimana bisa ada orangtuanya dan saudara-saudaranya dengan lengkap seperti ini?

"Kau akan terus berdiri disana?" Tanya Ibunya dengan tegas. "Cepat masuk! Beri hormat dan duduk disana!"

David mendapati tangan Tyas yang dingin, dia pun segera mengaitkannya pada tangan kanannya. Lalu membungkuk sedikit, dan Tyas pun mengikutinya. David tersenyum di hadapan orangtuanya, Yasuo, Fuuka, Irika dan Karina. "Otousan, okasan, ini kekasihku, Ayuningtyas Clarisssa."

Ibunya David segera memerhatikan keseluruhan fisik dari Tyas. Tidak ada cacat fisik, tidak ada bekas luka, pakaian yang digunakannya sopan dan rapih. Baiklah untuk yang satu ini dia lulus.

"Senang bertemu dengan Paman dan Bibi. Ah, ini aku membawa sedikit buah tangan untuk Paman dan Bibi, mudah-mudahan suka," katanya dengan nada bicara yang lembut seperti biasanya.

Irika mengambil buah tangan yang diberikan kepada ayah dan ibunya.

Plus point! Batin Ibunya David.

"Baiklah, kalau begitu silahkan duduk, dan kita bisa mulai makan siang," kata Ibunya dengan tegas.

Sementara di Bandara, dengan waktu yang sama...

Kris mengajak Alex untuk menemaninya ke Bandara. Sebenarnya dia benci harus melakukan ini. Tapi, Ibunya David sangat keras kepala dan menyebalkan. Sekarang Kris mengerti alasan mengapa David bersikeras untuk keluar dari rumahnya itu. Bahkan, ngotot untuk pindah jurusan kuliah dan menyanggupi untuk membiayainya sendiri.

"Jadi ini toh, salah satu alasan kenapa David memutuskan untuk pindah rumah sejak penghasilannya sudah cukup untuk membeli rumah," kata Kris, "Maaf membuatmu repot di hari liburmu, Lex."

"Tenanglah. Steffi sudah tahu kok. Lagipula, dia sudah merencanakan ingin liburan bersama Ellen ke Puncak. Dan tugas kuliah mahasiswaku juga sudah selesai aku urus."

"Oh, itu mereka," gumam Kris.

Tiga orang yang muncul dan di anggap Kris sebagai mereka itu menghampiri Kris dan Alex yang sudah menunggu di dekat coffee shop.

"Paman dan Bibi adalab orangtua Tyas?" Tanya Kris, "Aku Kris, yang menghubungi kalian dua hari yang lalu. Senang bisa bertemu dengan kalian."

Ayah Tyas tertawa bahagia, "Aku tidak menyangka bahwa anak perempuanku akan menikahi komedian yang sangat terkenal seperti David"

Mr. Laugh and The Airplane GirlWhere stories live. Discover now