Four

5.5K 389 0
                                    

"Tyas," panggil Rama.

Saat ini, Tyas sedang menemani Rama, Rita dan Bisma untuk menginap di salah satu hotel berbintang lainnya. Tentu saja semuanya di tanggung oleh David.

Ada dua alasan yang membuat David memilih untuk membayarkan biaya sewa hotelnya keluarga Tyas.

Pertama, David tidak akan sudi jika harus merelakan Ibunya menyewa beberapa kamar di Umejima, dan keluarga Tyas harus di awasi selama 24 jam penuh melalui CCTV yang diminta oleh Ibunya untuk dinyalakan.

Kedua, dia tidak mau keluarga Tyas mendengar ocehan buruk Ibunya David mengenai pramugari. Maklum saja, dulu, David juga sempat dekat dengan seorang pramugari maskapai penerbangan asing, dan Ibunya sudah meneror keluarga Si Pramugari tersebut.

Jadi, David putuskan untuk menyewa kamar di salah satu hotel lain dengan nama samarannya.

"Iya Pa?" Jawab Tyas, "Papa pasti marah sama Tyas ya?"

"Mana mungkin Papa bisa marah Tyas? Kau itu anak perempuan satu-satunya Papa. Dan apapun yang kau lakukan selalu Papa dukung," ucapnya, "Termasuk memilih komedian terkenal seperti David."

Tyas tertawa ringan, "Apa Papa menyukainya?"

"Siapa? David?"

"Memangnya siapa lagi yang sedang kita bicarakan?" Gumam Tyas sambil mendengus sebal.

"Apa ada alasan untuk tidak menyukainya?" Balas Rama kepada putri semata wayangnya. "Semua orang yang melihatnya--baik secara langsung, ataupun lewat TV--dapat dengan mudah menyukainya. Sifatnya, pembawaannya dan tingkahnya dapat mudah membuat orang lain seperti sudah lama mengenalnya. Walaupun baru mengenalnya beberapa saat."

Tyas mengangguk pelan, tiba-tiba dia tersenyum sendiri mengingat awal pertemuan David di Pub. Tyas memang baru mengenal David sejak dari Pub, tapi dia merasa sudah mengenalnya cukup lama.

"Tapi bagaimana dengan keluarganya, Pa?" Tanya Tyas lagi.

"Papa yakin dia dibesarkan di dalam keluarga baik-baik. Dan mungkin Ibunya bersikap seperti itu karena ada alasannya," balas Rama. "Sepertinya dia tidak menyukai profesimu."

Tyas mengerutkan dahinya, lalu mengangguk lagi. "Selama aku menjadi pramugari, tidak pernah ada keluarga dari kekasihku yang menerima latar belakangku yang satu itu. Seharusnya aku tidak perlu berhenti menjadi jurnalis ya, Pa?"

Pikiran Tyas terbawa lagi ke masa-masa kejayaannya saat dia menjadi jurnalis di sebuah media cetak luar negeri. Namun, Tyas keluar karena bosnya nyaria memperkosanya. Sejak itu, Tyas mencoba menjadi pramugari, yang sudah menjadi impiannya sejak kecil.

Rama mendukung segala keputusannya Tyas. Dia tahu kalau Tyas pasti bisa menjaga dirinya dengan baik. Meskipun dia pramugari sekalipun, dan cap pramugari sering di katakan memiliki hubungan gelap dengan pilot maupun hal buruk lainnya, tapi Rama berani sumpah kalau putrinya bisa menjaga dirinya dengan sebaik mungkin.

"Dan membiarkan dirimu di mangsa oleh lelaki hidung belang?" Balas Rama, "Papa lebih menyukai pekerjaanmu saat ini, Nak. Lagi pula, kau juga sudah mengatakan jika kau nanti menikah kau akan mengikuti apapun keinginan suamimu bukan?"

"Ya. Aku memang sudah memutuskan untuk seperti itu."

"Baiklah, Papa akan bicara pada David."

Tyas tersenyum. "Akan kusampaikan. Papa tidurlah, pasti Papa lelah setelah seharian ini di Jakarta bukan?"

"Ya sudah, Papa tidur dulu."

Tyas kembali ke kamarnya sendiri. Melihat adiknya, Bisma sudah tidur di ranjangnya, Tyas pun merangkak menuju ranjang di sebelah Bisma.

Mr. Laugh and The Airplane GirlWhere stories live. Discover now