Eight

4.5K 333 0
                                    

Tyas mengintili David kemanapun ia pergi. Bahkan sekarang, sorot lampu dimalam hari, kamera hitam yang mengintainya dan David, serta reporter gosip manapun seakan sudah menjadi bagian hidupnya selama beberapa bulan terakhir.

Tak jarang buat David meminta Tyas untuk memutuskan job manakah yang harus diambilnya sebelum menandatangani kontraknya. Terkadang, Tevin dongkol, namun memakluminya juga.

Bulan demi bulan pun berlalu. Kabar David dan Tyas sudah melakukan bimbingan pranikah di salah satu gereja pun terdengar media, sehingga semakin memantapkan kabar yang terdengar kalau mereka berdua akan melangkah ke tahap yang lebih serius lagi. Di sisi lainnya, terdengar pula kalau Desi tidak memberikan restu kepada kedua sejoli itu.

"This war seems to stay. Yea, just like forever I mean it," gumam Kris. "Obaasan tak akan menyerah begitu saja dengan mudah sepertinya untuk membiarkan David memilih jalannya."

"Kasihan sekali Tyas..." balas Steffi bersimpati. "Harus kuakui dia memang gadis yang sangat baik. Kau tahu, saat pemotretan dan syuting iklan brand elektronik terkenal yang baru-baru ini di bintangi David dan Lista, Tyas hadir saat proses pembuatannya itu berlangsung. Dan Indah muncul."

"Indah? Si Busuk itu untuk apa muncul?"

Steffi mengedikkan bahunya. "Ya.. kau pikir saja sendiri. Lista berhasil di intimidasi oleh Indah sewaktu masih berkencan dengan David, hingga akhirnya putus, dan Indah mendapatkan David. Tapi, berbeda dengan Lista, Tyas malah melawan segala intimidasi Indah dengan halus."

"Wah, wah... Ini baru pertandingan yang sebenarnya..." seru Kris bersemangat.

"Bodoh."

Desisan meremehkan datang dari Alex yang baru menyesap coffee lattenya. Kris baru sadar, sedaritadi dia bergosip dengan Steffi dan suaminya berada di sebelahnya.

"Aku berani bertaruh kalau untuk kali ini Ibunya David akan menang."

"Hah! Mana mungkin?!" Balas Kris.

Alex memberikan kunci mobil Nissan Jukenya. "Ini jaminan awalnya. Jika taruhanku salah, kau boleh menebusnya di apartemenku."

-----

David dan Tyas sedang berada di sebuah restoran fine dining hasil desainan KJ's Design House. Well, harus diakui, memang restoran ini adalah milik Eugene. Namun, mulai dari gambar kerangkanya, hingga desain interiornya merupakan seratus persen karya David, dibantu dengan anak-anak buahnya dari KJ.

"Kau belum cerita mengapa Irika dan Karina bisa menjadi anggota keluarga kalian," jelas Tyas sambil menyantap makanan yang dipesannya. "Aku hanya penasaran saja."

David tersenyum. "Baiklah. Kau tahu sendiri kalau Otousan dan Okaasan memiliki tiga bocah lelaki yang hebat sekali, Yasuo, Fuuka dan aku. Tak pernah sebersitpun mereka tak bersyukur, walau tanpa kehadiran anak perempuan.

"Saat itu, di musim semi, waktu aku berumur tiga belas tahun di Nara, Otousan membawa seorang anak kecil ke rumah. Anak perempuan itu menggemaskan dan sangat lucu, dia memakai pakaian serba hitam. Irika kehilangan kedua orangtuanya dan sanak saudara terkahirnya. Rasanya tak wajar, tapi akhirnya Otousan merasa iba dan kita pun menyukainya dengan mudah, sehingga kita menerima Irika dengan mudah."

"Bagaimana dengan Karina?" Tanya Tyas sekali lagi.

"Ah, kalau Karina... Sebenarnya dia adalah saudara sepupuku dari Okaasan seharusnya," mulai David lagi, "Adik Okaasan merupakan pelaut yang jarang pulang sementara istrinya, atau Bibiku itu menderita depresi berat karena sering di tinggal pergi. Jadilah akhirnya Karina dibawa ke rumah oleh Okaasan dan diangkat jadi anggota keluarga."

Tyas manggut-manggut. Ternyata begitu ceritanya. Alasan mengapa dia bisa memiliki dua orang adik perempuan angkat.

"My turn! Kenapa kau menjadi pramugari?"

Tyas menaikkan sebelah alisnya. "Karena aku nyaris di perkosa oleh atasanku sewaktu aku masih menjadi jurnalis..."

Kedua mata David membulat.

"Aku serius. Lalu aku ingin mewujudkan impian kecilku untuk terbang ke negara-negara manapun secara instan dan gratis. Ya, salah satunya adalah menjadi pramugari akan membuatnya mudah."

"Lalu mengapa kau memilih Mosca dari sekian banyak maskapai?"

"Persyaratan yang mereka minta tidak sulit, sehingga aku mencobanya. And I got accepted. Dua hari lalu aku menulis surat pengunduran diri, jadi harusnya mereka sedang memprosesnya sekarang."

David mengangguk lagi. "Tentang Okaasan..."

"Ibumu tidak akan pernah merestui kita?"

David menggeleng. "Itu omong kosong. Tapi, ayolah, I think we can find a way to meet another end of my silly Mother would give her 'yes' to us."

Tyas tersenyum. Saat David mengatakan hal yang begitu meyakinkan bagi dirinya, Tyas merasakan seluruh hatinya menghangat.

Astaga, dia sudah jatuh cinta kepada lelaki dengan 1001 alasan yang dapat membuatnya tersenyum dan tertawa lepas, bebas.

Bulan berikutnya, David dikejutkan dengan sebuah berita mengenai Tyas dan dirinya di tabloid, majalah, TV bahkan sampai internet. Naasnya lagi, ada pula berita mengenai dirinya yang ditulis oleh media dari Jepang.

Ayuningtyas Clarissa dan David Kajima dikabarkan sudah tinggal serumah.

David pergi berlibur dengan Ayuningtyas Clarissa ke Yogyakarta dan menginap dalam satu kamar.

Kepala David berdenyut. Ini pasti kerjaan Ibunya.

"David!!!" Seruan Tevin langsung mengisi segala ruang kosong rumah David. Tevin masuk dengan menggunakan kunci cadangan yang sengaja diberikan David untuknya. "That gossip just have to be burn!"

"Ini pasti perbuatan Okaasan."

"Bibi Desi?" Batin Tevin dengan membulatkan matanya yang sebenarnya sudah lebar itu. "Oh astaga! Ini malapetaka! Malapetaka!!!"

"Bisakah kau diam sebentar saja, Tev?!"

"Bagaimana kalau kau bertemu dengan teman-temanmu terlebih dulu?"

"Tyas..."

"Kurasa, gadis itu juga sedang dalam posisi yang sama-sama panik sepertimu."

"Ukh...."

"Ayolah, ayo!!" Tevin memaksakan agar bosnya itu bangun dan berada di Fons dengan segera.

-----

Mobil sedan yang dikendarai oleh Tyas akhirnya sampai di pelataran rumah dengan desain Jepang modern. Ya, Tyas memenuhi keinginan Desi untuk bertemu dengannya.

Tentu saja, Tyas pergi atas keinginan dan kemauannya sendiri. Tepatnya, dia tidak memberitahu apa-apa kepada David mengenai Desi yang menghubungi Tyas melalui Selvi. Ataupun memberitahu David jika dirinya sudah berada di depan rumah yang sudah lama ditinggalinya sejak masa kuliah dulu. 

"Ayuningtyas Clarissa." 

Seorang pelayan dari rumah besar itu mengangguk, seolah paham akan maksud yang Tyas sampaikan. Tyas pun dipersilakan untuk menunggu disebuah ruangan, yang dia yakini adalah ruang tamu. 

Interior rumah ini sama sekali berbeda dengan shirokaoku--rumah putih--milik David. Mulai dari gerbang rumah yang megah yang dimiliki rumah ini, sementara shirokaoku memiliki pagar rumah simpel yang terbuat dari kayu yang di cat putih. Kemudian, halaman rumah ini dipenuhi dengan bunga, rerumputan hijau, pohon, juga kolam ikan yang indah, berbeda dengan shirokaoku yang memiliki rumput-rumput pendek yang dirawat sekadarnya oleh David diwaktu luangnya. Dan yang paling berbeda adalah warna-warna yang digunakan oleh pemilik rumah ini, yaitu warna-warna khas Jepang yang menggunakan warna cerah dan didominasi coklat juga. Sementara rumah David hanya satu warna. Putih. 

Rolling door tempat Tyas menunggu itu bergerak. Sehingga Tyas pun berdiri dan melihat sosok seorang Desi muncul dari baliknya. 

Tanpa ragu, Tyas membungkuk, memberikan hormatnya lalu tersenyum. 


Mr. Laugh and The Airplane GirlWhere stories live. Discover now