CHAPTER 4

1.7K 146 32
                                    

Bisa terbayang bagaimana ekspresi terkejut Jeonghan dan ibunya ketika mereka mendengar pengakuan pemuda itu.

"Jadi.. Kau yang menabrak anak ku?" Tanya Ibunya Jeonghan sambil berdiri. "....Dan kau meninggalkannya dijalanan tak bertanggungjawab?" Sambungnya mulai marah.

Jisoo merasa ingin mengutuk dirinya sendiri saat ini. Pengecut seperti dia kenapa masih diberi kehidupan oleh Tuhan. Kenapa bukan dia saja yang terbaring di kasur itu. Kenapa harus....seorang laki-laki cantik yang memiliki wajah lebih mirip malaikat yang harus menanggung kesalahan dan kelalaiannya. "Maafkan aku Ahjumma. Aku salah membiarkannya begitu saja setelah aku menabraknya." Jisoo mendekat kearah mereka.

"Eomma.. sudahlah. Ini bukan kesalahannya. Ini sudah takdirku. Kita tidak boleh menyalahkan siapapun atas takdir yang sudah diberi Tuhan saat ini untuk ku." Jeonghan mencoba menenangkan Ibunya. "..Lagi pula dia sudah menunjukkan tanggungjawabnya dengan dia datang kesini, bukan?" Sambung Jeonghan.

Sungguh diluar dugaannya. Jisoo tak menyangka lelaki ini begitu tegar dengan apa yang sudah terjadi karenanya. Jisoo menatap Jeonghan dengan tatapan penuh penyesalan.

"Maafkan aku. Karena aku kau kehilangan matamu. Aku akan bertanggungjawab untuk itu." Ucap Jisoo masih menatap Jeonghan.

Jeonghan tersenyum dengan tatapan kosongnya. "Aku tidak pernah menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi padaku sekarang. Seperti yang aku bilang tadi, ini semua hanya karena takdir."

Apa dia seorang malaikat? Jisoo tak habis pikir dengan Jeonghan. Ia pikir ia akan dibenci, dihujat bahkan dicaci maki oleh Ibu dan anak ini. Tapi pikirannya salah. Jeonghan tidak hanya memiliki paras seperti malaikat. Namun hatinya pun juga seperti malaikat.

"Siapa namamu? Terimakasih kau sudah menjengukku dan menujukkan tanggungjawabmu." Ucap Jeonghan kembali sambil mengulurka tangannya.

Jisoo menjabat tangan Jeonghan dan menyebutkan namanya "aku Hong Jisoo."

Entah kenapa saat tangan Jisoo menyentuh tangannya Jeonghan merasa aneh. Peristiwa 4 hari yang lalu terlintas kembali dipikirannya. Ia trauma dengan sentuhan orang asing sekarang. Tubuhnya langsung bergetar dan ekspresi mukanya langsung berubah menjadi ketakutan yang amat sangat. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat mengucur dipelipisnya.

"Tidak.... Jangan.... Pergi!" Bentak Jeonghan tiba-tiba. Ibunya dan Jisoo menjadi terkejut dengan perubahan reaksi Jeonghan. Ibunya langsung memeluk Jeonghan dari samping

"Ada apa denganmu sayang? Ini Eomma.."

Jeonghan memeluk ibunya. "Suruh mereka pergi eomma." Pinta Jeonghan dengan bibir yang bergetar.

"Mereka? Disini hanya ada Jisoo dan Eomma." Jawab Ibunya.

Tubuh Jeonghan masih bergetar. Jisoo tidak tega melihatnya. Jisoo ikut mencoba menenangkannya. "Aku datang kesini tidak untuk bermaksud jahat. Kau kehilangan matamu karena aku. Dan sekarang, aku akan menjadi mata untukmu seumur hidupku." Jelas Jisoo mencoba menyentuh tangan Jeonghan yang bergetar.

Jeonghan mencoba mengontrol dirinya. Walau sulit, ia harus mencoba mempercayai Jisoo kalau dia tidak akan melakukan hal yang buruk padanya. Setidaknya, dia bisa merasakan Jisoo bukanlah pria jahat. Jeonghan meraba tubuh Jisoo yang kini berada tak jauh darinya mencoba mengambil tangannya. Ia menggenggam tangan Jisoo dan merasakan Jisoo benar benar orang baik. Jeonghan mengangguk dengan tubuhnya yang masih sedikit bergetar.

Ibu Jeonghan masih sangat bingung dengan yang terjadi pada anaknya tadi. Kenapa Jeonghan seperti trauma dengan orang orang. Ibunya hanya bisa memendam kebingungannya. Ia tak berusaha menanyakan apa yang sesungguhnya terjadi pada anaknya. Bukannya ia tak peduli. Dia hanya tak ingin membuat anaknya seperti tadi jika ia mengingat-ingat kejadian yang lalu.

PreciousWhere stories live. Discover now