CHAPTER 5

1.3K 127 17
                                    

Sejak hari dimana Seungcheol mendengar bahwa laki-laki cantik yang menjadi korbannya tempo hari buta karena ulahnya, pikirannya menjadi sedikit terganggu. Ditambah lagi kalimat Wonwoo yang begitu memojokkannya.

Seungcheol meraih ponselnya disaku celana dan menekan nekan layarnya untuk terhubung dengan Mingyu.

Tut.....

nada sambungan telpon terdengar ditelinganya.

"Halo.." akhirnya Mingyu mengangkat ponselnya diseberang sana.

"Cepat cari tau alamat laki-laki itu." Perintah Seuncheol tegas.

"Laki-laki siapa yang kau maksud?"

"Laki-laki cantik yang buta itu."

"Jeonghan?" Tanya mingyu meyakinkan.

"Siapapun namanya. Cepat cari."

Seungcheol langsung menutup sambungan telpon itu tanpa basa basi.

••••

Hari ini jadwal Jeonghan untuk check up ke dokter. Tentu saja diantar oleh Jisoo. Jisoo yang selalu menjadi kaki dan tangannya kemanapun arah tujuannya.

"Kau sudah siap?" Tanya Jisoo yang menunggu diruang tamu begitu melihat Jeonghan datang dengan ibunya.

"Tentu saja." Jawabnya sambil memamerkan senyum khas miliknya.

"Kalau begitu ayo berangkat sekarang" Jisoo berdiri mendekati Jeonghan. Ia berniat membantu memapah Jeonghan. Namun kini ia tau pasti, Jeonghan akan marah setiap kali Jisoo memperlakukannya seperti orang buta yang memperihatinkan. Jeonghan hanya ingin terbiasa dengan hidupnya yang sekarang. Bagaimana jika suatu saat tak kan ada lagi Jisoo dan orang orang terdekatnya yang membantunya? Ia tak ingin membiasakan dirinya dengan bantuan bantuan kecil seperti itu.

Akhirnya Jisoo hanya berjalan disebelahnya setelah mereka berpamitan dengan ibu Jeonghan. Jeonghan berjalan perlahan dengan tongkatnya, sementara Jisoo memperhatikan setiap langkahnya.

Jisoo membukakan pintu mobil untuk Jeonghan dan segera masuk dan mulai mengendarai mobilnya dengan laju yang tak begitu kencang.

Entah sejak kapan Seungcheol berada di sekitar rumah Jeonghan, ia memperhatikan Jeonghan dari kejauhan. Dan kini ia mengikuti mobil Jisoo.
Ada sedikit perasaan bersalah terlintas dibenaknya. Tidak. Bukan sedikit, tapi sangat merasa bersalah. Setelah ia memperhatikan Jeonghan dari kejauhan selama itu, entah kenapa hatinya merasa sakit melihat orang seperti Jeonghan harus menerima mimpi buruk darinya.

Jisoo dan Jeonghan sampai dirumah sakit. Mereka segera bergegas untuk keruangan dokter. Tak begitu lama mereka menunggu giliran, dokter memanggil Jeonghan untuk segera diperiksa mengenai perkembangan kondisi matanya.

Setelah selesai pemeriksaan mereka pun keluar dari ruangan itu.

"Kau dengar itu Jisoo? kata dokter, aku harus selalu melatih tubuhku untuk terbiasa dengan kondisiku sekarang. Jadi kau jangan lagi memperlakukan ku seperti orang buta yang butuh belas kasihan kkkk.." jelas Jeonghan sedikit terkekeh.

Jisoo tersenyum tipis. "Baiklah. Jika kau bisa berjanji untuk selalu hati hati aku akan turuti."

"Hey... tentu saja aku akan selalu berhati hati menjaga tubuhku sendiri."

"Ah iya iya nona Yoon. hahaha" Jisoo melempar candaan yang selalu membuat Jeonghan kesal setiap kali ia dipanggil 'nona' olehnya.

"Kau ini! Ckckck.."

"Haha aku hanya bercanda. Bagaimana kalau kita ketaman?.."

"Taman? Boleh.. ayo kesana." Jawab Jeonghan dengan senyum lebarnya.

PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang