Chapter 6

3.3K 349 121
                                    

"Ah, bagaimana ini," gerutu Hazel yang sedari tadi mencoba meresleting dressnya yang menyentuh lantai. Bagian punggungnya hanya tertutupi renda yang membuat orang-orang bisa melihatnya. Lekukan tubuhnya amat terlihat ketika ia mengenakan dress itu. Belum lagi potongan dressnya yang memperlihatkan salah satu kaki jenjangnya hingga paha. Pakaian yang sama sekali bukan tipe Hazel.

Seumur hidupnya baru pertama kali ia mengenakan pakaian semacam ini. Entah jin mana yang merasukinya hingga mau mengenakannya. Bahkan ketika Hazel melihat pakaian sejenis yang ia kenakan terpajang di etalase sebuah butik, ia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dalam hatinya jika siapapun yang mengenakan itu adalah jalang. Itu artinya dia sudah masuk kategori jalang yang dibuatnya sendiri.

Pintu di belakangnya berderit ketika seseorang membukanya. Dari pantulan cermin di hadapannya ia bisa melihat Niall yang mendekatinya dengan ekspresi ketika seseorang melihat tikus mati karena tertabrak dan dilindas oleh mobil lainnya. Kaget dan jijik disaat yang bersamaan.

"Niall, tolong resletingin," pinta Hazel masih terus mencoba menaikkan resleting di punggungnya dengan salah satu tangannya. Niall yang sudah siap sejak lima belas menit yang lalu mengenakan setelan formal berwarna biru tua dengan kemeja putih di dalamnya dan dasi yang terikat rapih malah memperhatikannya dalam diam.

Meskipun manik matanya kini terhalangi oleh lensa kacamata, Hazel masih menangkap jelas sorotannya yang terlihat amat tak suka dengan penampilannya saat ini.

Niall berdiri di samping cermin dan melipat kedua tangannya di dada. Matanya memperhatikan Hazel dari atas hingga bawah. Tak ada satu pun detail yang tertinggal olehnya. Ia berdecak kecil. "Apa yang kau pakai sih? Bajumu kekurangan bahan atau bagaimana?"

"Ini Dress, Niall. Dan mana mungkin brand Chanel kekurangan bahan bukan?" Jawab Hazel enteng.

Kerutan di dahi Niall membuat Hazel yakin akan banyak lagi pertanyaan dari bibir tipis itu. "Aku tahu itu dress. Maksudku sejak kapan kau mau mengenakan pakaian seperti itu? Kapan kau membelinya?"

Kental sekali rasa tidak suka di nada bicara Niall. Mata lelaki itu menyipit seperti mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri.

Hazel menggeleng cepat. Ia memandang bayangannya sendiri, mencegah matanya bertemu dengan Niall. "Bukan aku yang beli, Harry yang membelikannya."

Niall mendengus kesal dan memutar kedua bola matanya dengan jengah. Semuanya Harry yang belikan. Tiap kali ia bertanya siapa yang membelikannya, Hazel pasti menjawab Harry yang membelikannya. Mulai dari jam sampai alat-alat make up atau mungkin hingga pakaian dalamnya.

Entahlah Niall tak ingin ambil pusing ia hanya kesal dengan Harry yang sepertinya benar-benar lupa kalau status Hazel sudah menikah. Dan bukan berarti jika Harry memang memiliki perasaan kepada isterinya, ia dengan seenaknya membelikan apa saja yang Hazel butuhkan.

Belum lagi ketika ia tahu pakaian yang Harry belikan memperlihatkan tubuh Hazel membuatnya lebih geram lagi dengan Harry.

"Ganti bajunya!"

Sontak Hazel mendongkak mendengar bentakan dari Niall yang membuat jantungnya berhenti bekerja selama sesaat. "Tapi-"

"Aku bilang ganti bajunya! Aku tidak suka kau mengenakan itu!" Wajah Niall mulai memerah ketika bentakan demi bentakan keluar dari mulutnya. Seharusnya ia bisa berkata lebih lembut tapi kekesalan ini tak bisa lagi ia bendung. Si Gimbali itu sudah tak punya otak!

Hazel terdiam sesaat. Hatinya menciut begitu saja. Tidak seperti biasanya, ia bisa membentak balik dan mempertahankan keinginannya tapi sekarang ia rasa tak mampu melakukannya. Jika Niall berkata tidak, ia tak bisa melakukan apapun selain menurutinya karena ia tahu jika itulah yang terbaik baginya.

Hold tight | njh✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang