Chapter 4

3.7K 375 89
                                    

Setelah satu minggu lamanya ia tidak masuk kampus, tumpukan tugas menghiasi mejanya. Hazel menenggelamkan wajahnya pada sikunya yang terlipat di atas meja. Kepalanya berdenyut tanpa henti. Mungkin jika dibiarkan beberapa saat lagi kepalanya akan meledak.

Di sebelahnya duduk lah Harry yang tengah menyelesaikan tugas terakhirnya. Andai saja Harry tak memaksanya untuk mengerjakan seluruh tugas ini di perpustakaan. Entah sudah berapa kali Hazel mencoba menjaga jarak sejauh mungkin dengan Harry. Tapi lelaki itu seperti koala yang memeluk bambu dengan amat erat dan tak akan pernah melepaskannya.

Kemarin adalah salah satu hari terbaik bagi Hazel; bisa kembali dengan lelaki yang dicintainya. Meskipun Niall hanya mengajaknya berkeliling kota dengan mobil namun hal itu membuatnya merasa amat senang. Niall tahu bagaimana cara membuat seseorang bahagia hanya dengan hal-hal yang sederhana.

"Selesai juga akhirnya," Harry merenggangkan otot-ototnya, menghilangkan kepenatan setelah beberapa jam mengerjakan tugas yang di berikan. Beda halnya dengan Hazel yang masih tersendat di tugas pertamanya.

"Kau belum selesai juga?" Hazel menoleh ke arah Harry dan menggeleng pelan. "Perlu aku bantu?"

Hazel mengangkat kepalanya dan mengehela nafas. Di tutupnya buku yang ada di hadapannya. "Tidak ku rasa. Aku akan menyelesaikan ini di rumah."

Harry menggelar pandangan ke sekitarnya setelah ia melirik ke arah jam tangan. "Mau cari makan siang?"

Baru saja bibir Hazel akan bergerak untuk menjawab pertanyaan Harry, ponselnya berdengung pelan. Hazel merogoh benda itu dari dalam tas dan mendapati Niall menghubunginya. Senyuman mengembang di bibir Hazel dan dengan segera ia mengangkat telfon dari Niall.

"Hei, Blond!" Bisik Hazel. Mengingat keadaan di sekitarnya yang amat sepi membuat Hazel bersuara pelan.

"Kok bisik-bisik?" Niall ikutan berbisik.

Hazel tertawa kecil dibuatnya. "Aku lagi di perpustakaan. Ada apa?"

"Sama siapa?"

Hazel melirik ke arah Harry yang berpura-pura tak penasaran dengan pembicaraan Hazel. "Harry."

Niall terdiam sejenak sebelum kembali berbicara. "Masih hidup dia ternyata."

"Heh, tak boleh begitu!"

Niall terkekeh pelan. Mendengar kekehannya saja membuat jantung Hazel berkerja lebih cepat. "Jangan pulang sama si Gimbal itu ya. Aku akan menjemputmu. Kalau kau sudah selesai tunggu saja di lobi perpustakaan. Aku lagi di jalan."

"Memangnya kenapa?"

Meskipun tak bertemu langsung, Hazel tahu jika suaminya itu tengah tersenyum. "Aku akan membawamu ke suatu tempat yang istimewa."

Senyum Hazel merekah lebih lebar. "Kemana?"

"Nanti kau juga tahu setelah kita kesana. Tapi kau sudah selesai kan mengerjakan tugasnya? Soalnya aku sudah di jalan."

Hazel menatap ke buku-buku di depannya. Masa bodolah jika semester ini nilai dia hancur berantakan. "Sudah kok."

"Baguslah. Sampai bertemu nanti, Jelek."

Belum sempat Hazel menjawab ejekkan Niall, lelaki itu menutup telfonnya.

.

Hazel berdiri di lobi perpustakaan. Sesekali ia melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Hazel sudah menantinya sejak tadi siang. Rasa penasaran terus mengganggunya, Niall bahkan tak mau memberi tahu tempat istimewa yang dimaksudnya.

Ia duduk sendirian di sofa panjang. Harry sudah pulang, ia sengaja mengusirnya dari perpustakaan dengan berbagai alasan. Dan dengan mudahnya lelaki itu meninggalkannya.

Hold tight | njh✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang