Pulang

8.5K 459 0
                                    

NAYA'S POV:

Aku terbangun dengan rasa pusing yang hebat serta kepala yang sedikit berdenyut.

Pemandangan yang ku lihat pertama kali adalah putih. Ya, semua benda disini berwarna putih.

Apa jangan-jangan aku ada di surga? Bego ah, ini rumah sakit. Aku mengetahuinya setelah melihat infus yang terhubung dengan tanganku.

Ku lihat juga jam yang menunjukan pukul 3 pagi, dan Kak Matt serta papa yang masih tertidur.

Aku bahagia melihat ini. Papa, walaupun tidur di atas kasur tetapi ia rela meninggalkan semua pekerjaannya di rumah demi menungguiku.

Kak Matt bukannya tidur di sofa, ia malah tidur disebelahku dengan posisi duduk. Sungguh aku terharu.

Ah Davian, dia tahu tidak ya aku masuk rumah sakit? Dia pasti menungguku juga di Inter Cafe, dan itu pasti memakan waktu lama. Gimana nih? Jadi tidak enak sama Davian.

Tiba-tiba sekelebat kejadian terlintas di dalam kepalaku.

Aku yang berniat untuk menyelamatkan Revan yang akan terluka malah mendapat balasan tatapan datar ala tak kenal. Tawuran yang berhenti sebentar karena ku pun langsung berlanjut kembali. Aku pun memutuskan untuk keluar dari kerumunan tersebut, tetapi malah kepalaku terkena lemparan batu.

"Berhenti bego. Lo salah sasaran."

Aku ingat ternyata yang melempar batu ke kepalaku adalah Revan. Aku tahu dia tidak sengaja.

Tetapi kenapa Revan tidak meminta maaf padaku atau menolongku? Kenapa ia langsung berbalik dan meninggalkanku?

"Ah aku ingat, kau kan bukan siapa-siapa nay. Apa alasan ia harus menolongmu? Revan tak pernah peduli dengan dirimu bukan?" ucapku pelan pada diriku sendiri.

Menyadari itu, aku pun menangis kembali.

Aku bodoh, menaruh harap pada Revan lagi.

Aku bodoh, memberi hatiku pada Revan lagi.

Aku bodoh, aku bodoh.

Setebal itukah dinding pertahanan hati Revan hingga tak pernah ada secuil rasa pedulinya terhadapku?

Sebeku itukah hati Revan hingga aku tak mampu untuk melelehkan nya?

"Nay," ucap seseorang.

Aku yang tadinya sedang menangis pun terkejut. Ternyata Kak Matt.

"Kamu nangis kenapa? Ada yang sakit?" tanya Kak Matt panik.

Aku tidak membalas pertanyaan Kak Matt dan langsung memeluknya.

Kak Matt yang tahu akan perasaan yang ku rasakan saat ini hanya diam sambil memeluk ku balik. Pelukan selalu membuatku lebih baik.

Setelah acara peluk-pelukan selama beberapa menit, aku melepaskannya.

"Jadi kenapa?" tanya Kak Matt.

"Kenapa Revan jahat sama aku ya kak?" ucapku dengan tersenyum miris.

Ku lihat Kak Matt langsung mengepalkan tangannya saat aku menyebut nama Revan.

"Kamu jangan deket-deket sama dia. Dia brengsek. Sekali lagi dia bikin kamu nangis atau terluka, aku bunuh dia," ucap Kak Matt dingin.

Aku tahu jika Kak Matt berbicara dengan nada dingin seperti itu artinya ia sangat marah.

Aku pun hanya membalas dengan anggukan, kalau aku membantah malah aku yang kena.

Tiba-tiba Kak Matt memeluk ku lagi. "Aku gak mau kamu kayak gini lagi gara-gara Revan nay," ucap Kak Matt dengan lembut.

"Iya kak," balasku sambil tersenyum.

I'm DoneWhere stories live. Discover now