Tempat Mengadu

10.5K 593 10
                                    

AUTHOR'S POV:

Naya melajukan mobilnya ke perumahannya. Tetapi ia tidak pulang, melainkan ia menepikan mobilnya ke taman komplek rumahnya. Di sana Naya menumpahkan air matanya, lagi. 

"Ada apa sebenarnya? Setelah kemarin mencampakanku, sekarang ia datang dan mengakui dirinya sebagai pacarku di depan Davian dan semua anak yang ada di kantin," ucap Naya dengan pelan.

Sekarang hampir sore, namun Naya tidak beranjak dari tempatnya. Ia masih duduk di kursi taman, tetapi ia tidak menangis lagi. Malah ia duduk dengan pandangan kosong. 

Entah apa yang sedang dipikirkannya, tetapi Naya tetap tidak beranjak walau titik air hujan mulai berjatuhan mengenai rerumputan di sekitarnya, tentunya ia juga terkena.

Dari ujung taman, tampak seorang lelaki berlari menghampirinya. Derasnya hujan tak mengalahkan keinginan laki-laki itu untuk menghampiri Naya. Apalagi lelaki itu melihat Naya masih bergeming di tempat itu tanpa ada keinginan untuk berteduh. 

Saat laki-laki itu sampai dibelakang Naya, dengan segera laki-laki itu memeluk Naya sambil menyampirkan jas hujan miliknya ke kepala Naya. Laki-laki itu menangis dengan posisi memeluk Naya semakin erat, seolah-olah berusaha menjaga Naya agar tidak ikut meluruh seperti tanah disekitarnya yang terkena hujan. 

Naya yang daritadi hanya bertatapan kosong juga ikut menangis, sungguh jika ada yang melihat mereka berdua pasti orang-orang berpikir bahwa mereka berdua adalah dua sejoli yang sedang meluapkan segala perasaannya setelah bertengkar. 

Nyatanya mereka berdua adalah saudara kembar yang berusaha menguatkan hati satu sama lain. Tanpa berkata-kata, Matt menarik tangan Naya menuju mobilnya dan segera menjalankan mobilnya ke rumah. 

Matt tidak peduli akan mobil Naya, toh masih di lingkungan perumahannya dan dalam keadaan terkunci.

Sesampainya dirumah, Matt dan Naya disambut oleh kedua orangtuanya. Glenn dan Gwen langsung mendekap erat kedua anaknya. Tak bisa ditahan, Gwen juga ikut menitikan air mata melihat salah satu putri kesayangannya yang terlihat sangat kacau. 

Gabrielle dan Princessila, adik dari si kembar, juga ikut memeluk kedua kakaknya. Walau ia tidak tahu apa-apa tentang permasalahan yang dialami kakaknya, tapi ia juga merasakan kesedihan yang sama. Keluarga tersebut saling berpelukan dan saling memberikan ketegaran satu sama lain. 

Mungkin jarang menemukan keluarga yang sangat indah ini, tetapi inilah kenyataannya. Kalau kalian beranggapan ini sangat berlebihan dalam konteks 'hanya karena sakit hati', tetapi tidak dengan keluarga ini. 

Bagi mereka, apapun kesedihannya itu harus dirasakan dan diselesaikan bersama-sama. Sungguh indah kan?

Setelah acara berpelukan selesai, Gwen menyuruh Naya dan Matt untuk mandi terlebih dahulu. Tak perlu berlama-lama, Naya dan Matt telah selesai mandi. 

Di meja makan, terlihat Glenn, Gwen, Gabrielle, dan Princessila yang sedang tersenyum menatap Naya dan Matt. "Sini duduk," ucap Glenn dengan senyum yang masih melekat pada bibirnya. 

Naya dan Matt pun duduk bersebelahan. "Nah ayo yang punya masalah cerita," ucap Gwen lembut. Awalnya Naya ragu, namun memang inilah tradisi keluarganya saat ada masalah dari salah satu mereka.

"Jadi kemarin lusa Naya telat pulang kan? Itu Naya sempet hujan-hujanan sama Revan. Gak main sih, tetapi ya gitu. Revan itu temen seangkatannya Naya, itu lho yang Naya pernah ceritain suka bikin masalah disekolah. 

Terus pas hujan-hujanan Naya gak sengaja nabrak Revan sampai jatuh, terus Revan marah. Ya Naya minta maaf, mama kan tau kalau aku minta maaf sama temen pake aku-kamu. 

Nah tiba-tiba Revan juga ikut minta maaf pake aku-kamu. Padahal Revan gak pernah ngomong pake aku-kamu ma. Ya sudah aku baper, hehehe," ucap Naya cengengesan.

"Terus yang buat kamu nangis itu apa?" tanya Glenn penasaran dan geli melihat anak perempuannya yang sudah beranjak dewasa.

"Aku kan belum selesai. Terus besoknya pas aku ketemu Revan, dianya cuek. Aku kan sedih pa, masa kemarinnya dibaperin kok besoknya dicuekin sih. 

Padahal kan aku cantik, hahaha. Oke lanjut. Terus pas aku tanya kenapa dia cuek, eh jawaban nya karena gak kenal. Terus tadi dia bilang aku pacarnya ke Davian dan didenger semua orang di kantin," ucap Naya yang nadanya mulai sedih kembali.

Matt yang menyadari perubahan suasana hati Naya, langsung ikut berbicara. "Makanya jangan gampang baper ya adik kecil, dasar perempuan," ucap Matt dengan nada meledek sambil mencubit kedua pipi kembarannya.

"Ngomong-ngomong, Davian itu siapa kak?" tanya Gwen.

"Anak baru ma, duduknya sebelah ku," ucap Naya.

Dan yang lain hanya bisa ber-oh ria. Setelah sesi tanya jawab selesai, keluarga itu pun makan bersama. Tidak lupa diiringi canda dan gelak tawa. Sungguh suasana itulah yang selalu dinantikan semua orang yang sedang duduk di ruang makan tersebut. Hingga Matt bertanya,

"Ma, pa, kenapa kok aku sama Naya saudara kembar tapi namanya beda?"

Naya pun langsung ikut nimbrung dengan nada protes, "Iya nih, udah beda sama kembaran. Beda sama semua lagi. Masa nama kalian agak bule, sedangkan aku Indonesia banget sendiri? Kalian jahat," ucap Naya cemberut.

"Ini dia pertanyaan yang dinanti," ucap Glenn dan Gwen sambil tertawa sendiri.

"Grandma kan berdarah jawa, sedangkan Grandpa berdarah Inggris. Nah pas Naya dan Matt lahir, Grandma dan Grandpa suit batu-gunting-kertas. Entah apa yang dipikirkan mereka, yang menang boleh menentukan salah satu nama dari kalian. 

Dan bisa ditebak, yang menang Grandma. Grandma memilihmu, sehingga namamu Indonesia, yaitu Renaya. Sedangkan Matt yang ngasih nama Grandpa, jadi ya keren dikit lah. Hahaha," ucap Glenn dengan tawa menggelegar diikuti semua penghuni meja makan, kecuali Naya.

Naya hanya bisa cemberut mengetahui sejarah namanya. Toh sudah terlanjur. "Terus Gabrielle sama Princessila yang nentuin siapa? Grandma sama Grandpa juga?" tanya Naya penasaran. 

"Bukan, sayang. Itu karena mama punya temen namanya Gabrielle dan Princessila, orangnya baik banget dan cantik banget. Ya sudah, nama itu aja yang dipake," ucap Mama yang juga diselingi tawa.

"Fix mama papa ngasih nama anaknya dengan cara yang gak banget semua," ucap Naya yang masih sedikit kesal akan sejarah namanya. Setelah itu, mereka saling bercanda satu sama lain. 

Sehingga rasa sedih yang hinggap tadi, seolah-olah terbang tak berbekas, digantikan oleh rasa bahagia yang memenuhi rongga dada. Sesak karena terlalu banyak tertawa, dirasakan oleh semua orang yang ada di meja makan tersebut.

Tak terasa, waktu demi waktu telah berlalu. Hingga sudah waktunya bagi mereka untuk ke kamar masing-masing dan beristirahat. 

Sebelum Naya naik ke lantai atas, Glenn berkata "Naya, jangan nangis lagi ya. Jangan dipikirin laki-laki kayak gitu. Kalau Papa denger kamu nangis karena Revan lagi, Papa akan samperin laki-laki itu!" Lalu ucapan Glenn dibalas anggukan oleh Naya.

Sesampainya dikamar, Naya segera merebahkan dirinya diatas kasur. 

"Aku bersyukur mempunyai keluarga yang dapat aku jadikan tempat mengadu akan perasaanku. Aku harap ini terakhir kalinya aku menangis karena Revan, walau aku tidak terlalu yakin. Tetapi akan ku usahakan," batin Naya sambil menutup mata dan tertidur.

Tetapi tiba-tiba terdengarlah suara teriakan dari sebelah kamar Naya, "MAMAAA PAPAAA MOBILNYA NAYA MASIH KETINGGALAN DI TAMAN KOMPLEK!"

Sontak Naya pun membuka matanya lebar dan ikut berteriak, "MATT MOBIL GUE ANJIR, MONYET LO!"

____________________

a.n

Hai gue kembali

Vomment selalu ditunggu;)



I'm DoneWhere stories live. Discover now