1

236K 12.8K 1.5K
                                    

"It's hard to wake up when the nightmare is real."
Adel–

•••

Seorang gadis yang terbalut seragam putih biru berjalan santai memasuki pekarangan rumahnya. Sepanjang jalan, bibir mungilnya selalu menyunggingkan senyuman seraya bersenandung ria.

"Assalamu'alaikum!" salamnya dengan riang lalu memasukkan sepatunya ke dalam rak sepatu.

"Ma? Mama dimana?"

Karena tidak ada sahutan dari dalam, "Mama dimana sih?" teriaknya sekali lagi dengan nada naik satu oktaf.

Kaki jenjang miliknya mengantarkannya ke depan pintu kamar Mamanya. Tangannya terulur mengetuk pintu dengan tidak sabar, alih–alih mendapat sahutan, gadis itu justru mendengar suara orang yang sedang menangis yang berasal dari dalam. Dengan perasaan khawatir, gadis itu segera masuk dan mendapati Mamanya sedang bersender di kasur dengan air mata yang mengalir melewati pipinya. Mama menyeka air mata dan tersenyum manis saat menyadari gadis kecilnya telah pulang.

"Udah pulang, Nak?" tanya Mama dengan suara serak.

Gadis itu menatap Mama dengan tatapan sedih, bukannya menjawab dia malah balik bertanya, "Mama kenapa? Kok nangis?" tanyanya, matanya menyiratkan kekhawatiran yang sangat mendalam.

Mama terkekeh pelan, sengaja menutupi luka untuk terlihat tegar di hadapan gadis kecilnya. "Mama gak papa kok sayang.. sekarang, kamu ganti baju ya habis itu makan. Mama udah buatin sup kesukaan kamu," pinta Mama dengan lembut. Suaranya terdengar menenangkan.

Gadis itu mengangguk dan berlalu menuju kamarnya.

Setelah berganti baju, gadis itu turun dari lantai dua dan langsung disambut aroma sup buatan Mama. Kaki jenjangnya melangkah girang menuju meja makan.

Di meja makan sudah ada Nico, Kakaknya, dan Ollie, Mamanya. Edward, Papanya entah kemana. Memang sudah menjadi hal biasa jika Papanya tidak ada di rumah. Belakangan ini Papanya jarang sekali pulang. Alasannya, sibuk dengan urusan kantor.

Terdengar deru mesin mobil yang masuk ke dalam garasi. Mereka sudah tidak asing lagi dengan suara mesin mobil itu.

Papa masuk ke dalam rumah tanpa salam. Tubuh tegapnya masih terbalut setelan kerja. Ia berlalu menuju kamar seperti tidak tertarik untuk bergabung makan malam bersama keluarga kecilnya.

"Pa, makan dulu sini," teriak Mama dari meja makan.

Teriakan dari istrinya membuatnya mau tak mau berbalik arah menuju meja makan. Papa datang dengan wajah di tekuk dan pakaian yang sangat berantakan. Baju kerjanya yang kusut, jas yang di lipat sembarangan dan sekarang bertengger manis di bahu kirinya, dasi yang di ikat asal-asalan serta rambut yang tak tertata rapi.

Belum sempat Papa duduk, Nico berkata dengan nada sinis. "Ngapain pulang? Belum puas nyakitin mama?"

"Diam ya kamu!" bentak Papa di susul dengan gebrakan meja. Gadis itu terkejut, ia langsung menghentikan acara makan malamnya dan menunduk ketakutan.

"Sudah Edward, ganti bajumu dulu," pinta Mama sembari menarik tangan Papa ke arah kamar, berusaha memecah ketegangan di antara mereka.

Nico dan gadis itu kembali melanjutkan sesi makan malamnya yang sempat tertunda.

Terdengar suara keributan di dalam kamar Mama dan Papa. Nico dan gadis itu langsung bergegas menuju kamar orang tuanya.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang