05

1.9K 178 5
                                    

Kendall

"Ini sudah tengah malam. Dan aku terlalu kantuk untuk mengantarmu ke apartemen"

Sejujurnya, aku segera ingin membaringkan tubuhku di ranjang tapi yasudahlah lagi pula besok aku tidak ada jadwal kuliah, pikirku.

Aku berjalan beriringan dengan Harry. Ia berjalan dengan ekspresi datar dan gaya maskulinnya. Ia sepertinya akan  menggiringku ke arah sekelompok teman temannya itu.
Dan benar, ia menghampiri sekelompok orang yang sedang menggerombol di sebuah sofa dengan posisi melingkar. Penuh bir dan rokok di meja itu.

"Whoa, lihat ini. Harry membawa gadis lain malam ini." Ucap pria yang memiliki wajah timur tengah itu.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekelompok pria berotak mesum ini. Dan aku mendapatkan Louis, ya dia ada di gerombolan ini. Ada apa dia kemari? Kenapa dia bisa berda disini? Batinku.

Dasar bodoh! Harry adalah temannya yang tentu saja orang ini semua juga termasuk dalam kawanannya.

Sialnya, dia memandangku dengan tajam dan tatapan tidak suka akan kehadiranku disini.

"Siapa namamu, baby? Perkenalkan dirimu pada kita semua." Sambung pria yang berambut pirang. Tatapannya dan cengirannya itu mrmbuatku muak.

Aku memandang mereka dengan tatapan ngeri. Mereka semua sedang mabuk kurasa. Beberapa saat, Louis segara melihat ke arahku yang sebelumnya matanya sibuk pada layar handphone nya.

"Namaku Kendall Jenner, kau bisa memanggilku Kendall saja." Jawabku dengan canggung.

"Duduklah." Perintah Harry. Akupun mengekorinya yang sedang menuju ke sofa yang kosong. Dia memilih tempat di sofa panjang, yang artinya aku harus berhadapan dengan Louis.

"Apa kau mau minum?" Tawarnya. Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Ia beranjak dari duduknya dan menghilang dari pandanganku. Dan saat aku kembali menatap kedepan, ada sosok yang hilang.

Dimana Louis?

Tiba tiba saja ada pria yang menarikku dari samping kanan dan menyeretku keluar dari tempat ini.

"Hey Louis! Kau mau bawa dia kemana? Dia gadis milik Harry, kau tahu? Kau tidak bisa merebutnya begitu saja. Dia bisa marah nanti" Teriak seseorang yang tidak ku ketahui suara itu milik siapa.

Jadi Louis yang menyeretku tadi. Tapi ada apa?

Seperti tak peduli dengan perkataan mereka--teman temannya, Louis terus menyeretku masuk ke dalam mobilnya.

"Aawww, aduuh. Pelan pelan Louis!" Aku mengaduh kesakitan, karena dia menggenggam tanganku dengan sangat kencang.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia menggenggam stir mobilnya sangat erat. Aku takut, tentu saja. Aku takut dia akan menyakitiku.

"Lo-louis, tenanglah! K-kau membuatku takut." Ucapku tergagap.

Perlahan-lahan ia mulai mengontrol emosinya yang sempat memuncak. Genggaman stir di tangannya juga mulai meregang. Ia mulai mengatur nafas nya yang tidak teratur sebelumnya.

"Maaf." Ucapnya penuh dengan nada penyesalan dan keputus asaan. Astaga, aku tidak tega melihatnya seperti ini.

"Tidak apa,Louis. Dan kenapa kau membawa ku pergi?" Ujarku penuh kehati hatian.

Ia tidak langsung menjawab. Butuh beberapa saat untuk menunggu jawaban darinya.

"Kendall."

"Ya?" Aku dengan sabar menunggu kalimat selanjutnya yang akan ia lontarkan.

Moved On // h.s.Where stories live. Discover now