02

2.4K 216 7
                                    

Kendall pov

Puji syukur aku panjatkan kepadamu Tuhan. Akhirnya kelas pertama selesai juga. Semua murid berhamburan keluar kelas.

Masih ada waktu satu jam untuk mengikuti kelas selanjutnya. Sangat berharap aku tidak satu kelas dengan si curls itu lagi.

Kuajak kaki jenjangku ini ke lorong kecil yang mengantarkan ku ke taman di dalam kampus. Suasananya sangat sunyi sejuk dan menenangkan. Aku heran kenapa mahasiswa disini tidak suka menghabiskan waktu di tempat yang seluar biasa ini. Mereka malah senang menghabiskan sebagian waktu mereka di mall atau party yang tidak jelas apa manfaatnya.

Walau tidak bisa kupungkiri aku juga pernah menghadiri sebuah frat party milik Luke, teman seks Cara. Itupun karena pemaksaan dari Cara. Dan kau tahu? Aku hanya duduk sendiri di sofa meminum segelas vodka dan melihat orang bercumbu tanpa rasa malu. Pengalaman yang buruk.

Kembali ke topik ini, aku telusuri lebih jauh taman ini. Dan mendapati sebuah kursi taman berjejer jejer. Kulangkahkan kaki ku menuju kursi itu. Sejurus kemudian aku menempelkan bokongku dipojok kursi ini.

Baru ingin mengeluarkan ipod dari tasku. Aku mendengar seseorang tidak jauh dari tempatku.

"Hei kau!"

Suara berat itu mengagetkanku. Ku pikir aku hanya sendirian disini. Ku tolehkan kepalaku ke samping kanan kiri menyapu pandanganku di setiap bagian ditaman ini. Aku tak menemukan seseorang disini.

Bulu kuduk ku mendadak berdiri kompak tanpa sebuah iringan dari komando.

"Aku berbicara padamu!" Suara itu semakin jelas terdengar di telingaku.

Rasanya aku ingin lari dari tempat ini. Tapi apa daya kaki ku saja sudah bergetar hebat. Untuk berdiri saja mungkin tidak bisa. Betapa lemahnya diriku sekarang ini.

Langkahan kaki yang mendekatiku semakin terdengar jelas. Ia menepuk pundakku. Aku tidak berani menengok ke atas. Tidak bisa membayangkan setan jenis apa yang akan aku lihat. Semoga tampangnya tidak buruk, batinku.

Namun aku tidak mau mati penasaran, sehingga perlahan namun pasti aku mendongakan kepalaku ke atas dengan mengintip wajah seseorang itu di balik buku mataku. Fuck. Pria itu lagi. Mau apa lagi ia kesini? Apa ia ingin neminta maaf atas kejadian tadi pagi? Oh, aku sangat bersyukur apabila itu terjadi.

"Ada apa lagi sekarang?" Tanyaku kebingungan. Ia bergegas abil posisi di kursi tepat di sampingku.

Ia masih diam membisu. Aku sudah sangat geram sekarang. Serasa aku sedang mengajak bicara tembok besar China.

"Ku pikir kau butuh waktu untuk sendiri. Aku pergi." Kataku lagi dengan singkat padat dan jelas. Aku beranjak dari kursi dan memunggunginya.

"Duduklah."

Ya Tuhan! Apa maunya sekarang? Aku tidak tahan apabila berhadapan dengannya lebih lama. Aku bisa mati berdiri kalau begini.

Aku tidak ingin memperpanjang masalah sepele ini. Sehingga aku menurutinya, berharap agar ini cepat berakhir.

Aku menaikan sebelah alisku, menandakan 'ada apa?'. Seperti mengerti maksudku, ia segera membuka mulut.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Maksudku saling kenal?" Tanyanya dengan pandangan yang masih menatap lurus ke depan. Ia sangat dingin. Ingin kujambak rambutnya sampai rontok sekarang juga.

Mencoba menatap wajahnya dalam - dalam agar bisa mengingat apa benar yang ia katakan baru saja. Namun sialnya, aku malah menikmati pemandangan di depanku ini. Ternyata ia memiliki sepasang mata berwarna hijau, bibir pink penuh, rambut ikal yang tergerai, sangat indah.

Moved On // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang