19

1.4K 128 6
                                    

Kendall

"Kau gila? Mana mungkin aku suka padamu? Percaya diri sekali kau ini."

Perubahan ekspresi tampak di air mukanya. Apa aku salah dalam berucap barusan?

"Harry?"

"Ayo kita lanjut lari. Yang lain sudah menunggu di apartemen." Ucapnya menghiraukanku.

Aku pun menggidikkan bahuku, berusaha mengabaikan apa yang baru saja terjadi. Sekitar 10 menit kita terus berlari, mungkin sebentar lagi kita sudah akan sampai, pikirku.

"Kau nampak lelah sekali, Ken." Ucapnya sudah kembali ke Harry yang asli.

"Aku malas mengakuinya, tapi kau memang benar." Ucapku malas dengan nafas yang tersenggal tersengal.

Dia tidak merespon dan lari mendahuluiku. Namun tiba tiba saja ia berjongkok dan menungguku yang masih berada jauh di belakangnya.

Sesampainya aku di sampingnya, ia masih dalam posisi yang sama. "Ayo lari. Kau bilang ingin cepat sampai." Ujarku.

"Naik." Ucapnya sambil menunjuk punggungnya dengan dagu.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Haruskah aku mengulanginya lagi?"

"Tidak. Tidak perlu, Kita sebentar lagi juga akan sampai. Kau tidak perlu pakai menggendongku segala."

"Jangan membantah. Cepat naik!!" Ucapnya ketus.

Akhirnya aku menyerah dengan sifatnya yang keras kepala itu. Aku mulai naik ke punggungnya, dan melingkarkan tanganku di sekitar lehernya.

Ia mulai berjalan dengan santai. Apa dia ini tidak punya rasa lelah?

"Memangnya kau tidak lelah apa? Kau tahu, minggu ini berat ku baru saja naik. Kau tidak keberatan, huh?"

Senyum manisnya tersungging di wajahnya. Astaga Harry, berhentilah membuatku meleleh terus seperti ini, gerutuku dalam hati.

"Oh, iya, Jaket mu masih berada di kamarku. Nanti aku akan kembalikan." Ucapku berusaha memecahkan keheningan diantara kami.

Dia hanya membalas dengan bergumam saja.

Akhirnya kami sampai di depan Apartemen. Terlihat disana Cara, Louis, Gigi, dan Zayn yang masih terkapar.

"Wow, enak sekali hidupmu, Ken. Bisa mendapat gendongan gratis. Bagaimana kau bisa kurusan kalau kau olahraga saja minta di gendong." oceh Gigi.

Dia ini kenapa sih? Dari tadi sirik aja, batinku.

"Turunkan aku." Bisikku tepat di telinga Harry.

Ia pun menuruti perkataanku. Tumben.

Aku masuk ke dalam kamarku untuk mengambil jaket Harry yang akan ku kembalikan.

"Ini. Jaket mu. Terima kasih, Har."

"Kau tidak perlu terburu buru mengembalikannya. Santai saja. Kau bisa saja menggunakannya lagi, saat kau tidur mungkin." Ucapnya diiringi dengan seringai.

"Tidak perlu. Terima kasih." Jawabku sambil memutar bola mataku.

Ia hanya menggidikan bahunya sebagai jawaban.

***

"Kemarin kenapa kau pulang duluan, tanpa pamit ke kita, lagi." Interogasi dari Cara

"A-- anu, apa itu, aku agak gak enak badan gitu. Jadi ya aku gak enak kalau kalian harus nganterin aku pulang kalau aku pamit ke kalian nantinya."

Moved On // h.s.Where stories live. Discover now