2. Aku Juliann

1.5K 99 11
                                    

18 tahun kemudian

"Tidak Sarapan dulu? Biar bibi ambilkan sarapan ya." Ucap Bibi Jang yang sedang diambang pintu.

"Tidak usah Bi, aku sarapan di kantor saja" Juliann menyisir rambut pirangnya yang sebahu.

"Atau bibi buatkan bekal saja?" wanita tua itu tak putus asa.

Juliann melemparkan senyum. Wanita tua itu amat menyayanginya, karna dari kecil dia sudah diasuh oleh Bibi Jang. Dan sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Apalagi Ibu Julian sudah meninggal bertahun-tahun silam. Terlebih lagi Bibi Jang adalah pembantu yang amat dipercaya oleh keluarga Presdir Kim.

Juliann membereskan tempat tidurnya, meskipun dirumah mewahnya bak istana kerjaaan sudah difasilitasi pembantu yang banyak, Juliann tak pernah mau jika hal yang seperti ini harus ditangani lagi oleh orang lain.

Rok diatas lutut, dalaman putih yang dilapisi blazer hitam serta highheels bermerek bertengger di tubuhnya. Simple tapi tetap terkesan mewah. Bukannya Julian tetap cantik walaupun dipakaikan baju compang-camping sekalipun? Jawabannya ya. Julian mutlak cantik dari lahir. Kesan orang yang pertama kali melihatnya mungkin menyangka bahwa dia adalah titisan dewi Aphrodite. Segala kesempurnaan ada padanya. Cantik, pintar,pribadi yang baik, berpendidikan, urusan materi tidak usah ditanya lagi. Lelaki mana yang tak mau menolak gadis 23 tahun yang sudah menjulang prestasi dan karir yang tinggi. Juliann punya alasan untuk menolak mereka semua.

Selesai berdandan dan berpakaian, Juliann mengambil beberapa skecth book, majalah fashion, dan tasnya yang terletak di meja bekerjanya.

"Bibi bantu ya!" Bibi Jang menawarkan bantuan, tak tega melihat gadis kurus itu membawa banyak beban.

"Tidak usah Bi" Juliann keras kepala.

Bibi Jang mengikuti Juliann yang keluar kamarnya dan menuruni tangga, khawatir Juliann sulit berjalan karna membawa barang-barangnya. Namun yang dikhawatirkan tak merasa bahwa ini adalah hal yang berat.

"Ayah aku pergi duluan ya" chu! Juliann mencium pipi ayah tercintanya yang sedang duduk di meja makan mewahnya.

"Kenapa tidak sarapan dulu?" Tanya Tuan Kim.

"Tidak yah. Aku harus buru-buru" Juliann melemparkan senyum malaikatnya pada sang ayah.

Ayahnya mengangguk mengerti. Sebenarnya dia agak khawatir jika anak gadis satu-satunya yang teramat disayang tak melakukan rutinitas setiap pagi itu, takut Juliann akan sakit. Karna beberapa hari ini Juliann disibukkan dengan pekerjaannya yang menggunung.

"Kakak! Aku ikut" Seorang remaja 18 tahun memanggilnya sambil terburu-buru memasang dasi di seragamnya.

Juliann mendelik. "Kau kenapa tidak minta antar supir saja?" tanya Juliann heran.

"Tidak, aku ingin pergi dengan kakak saja. Pulangnya aku minta jemput supir. Ayo lah kak, kantormu dan sekolahku kan searah". Vernon memasang tampang imut yang dibuat-buat, meski terkesan maksa tak ada yang bisa menolak permintaannya jika dia sudah mengeluarkan jurusnya ini.

"Baiklah. Ayo cepat." Juliann melihat jam tangan mahalnya.

Alhasil Juliann dan Vernon pergi bersama setelah berpamitan dengan sang ayah. Di mobil Vernon memasang lagu hiphop, aliran musik favoritnya. Tak tanggung-tanggung dia menaikkan volume yang cukup tinggi. Juliann menggeleng-geleng melihat aksi adik bungsunya. Vernon melakukan rap, kemampuan rapnya sudah dikatakan bagus meski tak sebagus eminem.

JuliannWo Geschichten leben. Entdecke jetzt