Cinta Datang Terlambat

3 0 0
                                    

Kenapa baru sekarang kau mengakui perasaanmu?
Kemana saja kau selama ini ketika dia masih disini?
Kau mengacuhkannya dan berpura-pura tidak melihatnya.
Kau bersikap seolah-olah kehadirannya tidak dibutuhkan.
Dan ketika ia memutuskan untuk pergi kau memintanya kembali.
Bukankah kau sangat egois?

○○○

Aku pertama kali bertemu dengannya di pesta ulang tahun sahabatku. Saat itu kami masih kelas 2 SMP. Tanpa disangka aku dipertemukan lagi dengannya saat masuk SMA. Kami menjadi teman sekelas bahkan meja kami bersebelahan. Sejak awal aku menaruh rasa padanya, tapi dia entah bagaimana. Aku jarang sekali berinteraksi dengannya diluar urusan sekolah. Kami mungkin hanya berbicara jika ada urusan penting karena ia ketua kelas dan aku sekretaris merangkap bendahara kelas.

Aku dan dia kerap terlibat urusan bersama terkait kesiswaan tapi entahlah di luar itu kami merasa canggung. Aku terlalu malu menegurnya dan ia juga tampak seperti tidak ingin berinteraksi denganku. Yang aku dengar sih, ia sedang dekat dengan salah seorang siswi dari kelas sebelah. Tapi aku tidak yakin karena yang aku lihat ia jarang sekali keluar kelas karena saat jam istirahat ia lebih sering membawa makanan dari kantin ke kelas.

Teman-teman sekelasku pernah menanyakan mengapa sikapku dengannya sangat dingin sedangkan dengan teman-teman lelaki yang lain aku bisa bersikap ramah. Aku hanya tersenyum saat itu. Setiap ia membutuhkan bantuan, ia selalu mencari orang lain. Padahal aku sudah duluan menjulurkan tangan. Ketika ia membutuhkan sesuatu seperti pinjaman pulpen, penghapus atau lainnya ia akan mencari ke meja lain. Tidakkah ia sadar kalau aku yang disampingnya punya itu semua?

Setelah melewati satu semester, dinding es diantara kami mulai mencair. Kami mulai sering berinteraksi dan bercanda. Tapi hal ini justru membuat perasaanku padanya semakin besar. Lebih menyakitkannya lagi ia mengumumkan kalau ia sedang menjalin hubungan dengan seorang siswi dari sekolah lain yang ia temui saat kami lomba dua bulan yang lalu. Walaupun yang aku tau hubungan itu hanya berjalan selama dua bulan. Aku hanya bisa menyimpan rasa sakit ini sendiri. Bukan salahnya karena ia tidak tau isi hatiku. Tetapi setidaknya kami menjadi lebih dekat. Teman-teman sekelas mengatakan kami partner yang sangat kompak. Mereka bahkan mengira kami menjalin hubungan.

Salah seorang temanku pernah mengatakan padanya mengenai perasaanku tapi ia hanya menganggap hal itu sebuah lelucon. Padahal aku sudah sangat malu saat itu kalau sampai ia tau tentang perasaanku. Katanya ia hanya ingin berteman denganku karena aku bukan seseorang yang cocok dengannya.

Di pertengahan tahun ketiga, sikapnya yang dulu kembali lagi. Ia seperti memintaku menjauh secara halus. Ia dengan jelas mengatakan kalau aku bukan tipe pasangan yang ia cari. Mungkin ia bercanda mengatakannya karena kami sedang bermain truth or dare saat itu tetapi bagiku itu sudah menjelaskan semuanya.

Hatiku semakin sakit saat aku tidak sengaja mendengar pembicaraannya dengan temanku. Dibalik sikapnya ternyata selama ini ia mengetahui dengan jelas maksud hatiku. Tapi dengan penuh keyakinan ia berkata bahwa sampai kapanpun ia tidak akan jatuh cinta denganku. Aku yang awalnya ingin jujur tentang perasaanku akhirnya memutuskan bahwa aku harus mengakhiri semua ini. Aku harus bisa melupakan perasaanku padanya. Waktu kelulusan semakin dekat. Aku mulai fokus pada tujuanku untuk kuliah di luar negeri. Untuk sementara aku bisa menghilangkannya dari pikiranku. Aku melihat ia juga tidak menyadari aku yang mulai menjauh.

Saat acara kelulusan sekolah aku tidak bisa ikut karena harus mengurus kuliahku. Ya, aku diterima di salah satu perguruan tinggi di Jepang. Kabar terakhir yang aku dengar ia diterima di jurusan arsitektur universitas terbaik di Indonesia, sesuai impiannya. Sejak saat itu kami kehilangan komunikasi.

°°°


Setelah bertahun-tahun menghilang, aku mendapat sebuah pesan masuk di media sosialku darinya. Ia menanyakan kabar dan lain hal. Ternyata, sekolahku akan mengadakan reuni. Aku bilang kalau aku tidak bisa hadir karena aku akan kembali melanjutkan S2 di Jepang. Aku belum tau kapan akan pulang ke Indonesia. Salah seorang temanku dulu mengatakan kalau ia seperti kecewa karena aku tidak bisa hadir. Sejak saat itu, ia sering mengirim pesan padaku yang jarang sekali aku tanggapi. Saat ini aku sudah tidak memiliki perasaan apapun untuknya. Aku sudah memiliki seseorang yang menungguku.

Setelah aku lulus S2, aku mengirimkan undangan pernikahanku kepadanya. Ia sangat terkejut. Ia mengirimkan sebuah pesan yang sangat panjang. Isi pesan tersebut adalah ungkapan hatinya yang merasa kecewa karena tidak bisa bersanding denganku. Ia menyesal karena baru memiliki perasaan padaku setelah aku pergi. Saat ia memutuskan ingin memulai sesuatu yang baru denganku, aku menghilang. Dan saat ia menemukanku, aku sudah menjadi milik orang lain.

Takdir terkadang sangat lucu tapi juga menakjubkan. Saat aku berharap padanya dulu, ia tidak mengacuhkanku. Ketika aku memutuskan untuk berhenti ia malah berbalik mengejarku. Semua ini hanya soal waktu. Aku mungkin terlalu cepat menyerah atau ia yang terlalu lama menyadarinya. Aku bahagia dengan pilihanku saat ini. Aku harap kamu juga.

°°°

For you Mr. R,
Aku tau kamu kecewa. Kamu selalu berkata "seandainya..." Tapi apa kamu tau bahwa kata itu tidak akan merubah apapun? Saat ini bukankah lebih baik jika kamu mulai membuka hati dan melihat sekelilingmu? Karena mungkin saja dia yang ditakdirkan untukmu sedang menunggu.

For you Mrs. N
Aku tau kamu bahagia saat ini. Mungkin rasa itu sempat membuatmu ragu tapi percayalah, dia yang kau tunggu dulu memang tidak ditakdirkan untukmu. Saat ini kamu sudah memiliki yang terbaik, seseorang yang datang di waktu yang sangat tepat.

Cerita ini aku dedikasikan untuk temanku yang selalu mengatakan, "Cepat atau lambat itu tetap cinta. Pilihannya ada pada dirimu sendiri. Berharap yang tak pasti atau mencari yang pasti?"

KurzgeschichteWhere stories live. Discover now