"Kau benar-benar mengantuk, hmm?" dia mengendus rambutku sebelum membawaku kedapur untuk sarapan, aku mencium bau susu, jus jeruk, roti panggang dan mentega dan beberapa makanan lain.

"Apa yang kau inginkan sayangku?" Sean mengambil tempat duduk dengan aku yang masih ada di pangkuannya, aku melihat kearah meja dan aku melihat sup kental dan krim itu lagi, oh... kenapa makanan sialan itu masih ada disana.

"Ada apa hmm?" Sean mengangkat daguku dan menciumnya tepat disana.

"Aku mau jus jeruk, please" aku berkata sambil mencium pipinya dan dia mengambilkannya untukku, aku mengambil tiga teguk dan rasanya sungguh luar biasa segar. Aku melihat Sean yang mengoleskan roti panggang dengan mentega dengan pandangan antusias.

"Apakah istriku sangat lapar pagi ini?" Sean berkata dan mendekatkan roti menggiurkan itu di mulutku, aku langsung memakannya kemudian memejamkan mataku lagi sambil bersandar padanya.

"Dan mengantuk" Sean menambahkan sambil tersenyum sebelum memakan roti panggang untuk dirinya sendiri.

Setelah kami menyelesaikan sarapan kami, aku bahkan tidak sadar jika aku masih menempel di dada Sean, aku hampir tidak bisa membuka mataku sampai akhirnya aku mendengar Sean berbisik.

"Kita akan berangkat sayang" Sean berkata lembut, aku merasakan telapak tangannya merapikan anak rambutku.

"Kemana?" aku menggerutu dan Sean tertawa lirih terhibur dengan pertanyaanku setengah sadarku.

"Aku akan membawamu ke surga" dia kembali bicara dan itu berhasil membuatku tersenyum geli, kami berdua begitu konyol pagi ini dan itu baik untuk kami setelah semua ketegangan yang terjadi sebelum pernikahan terjadi.

"Tunggu, aku perlu membawanya" aku berjuang untuk membuka mataku dan turun dari pelukannya tapi itu sia-sia saja.

"Shh, semua yang kau butuhkan ada padaku sayang, aku juga membawa Canon-mu" dia berkata sambil menunjuk tas satu lengan model sporty didominasi warna hitam dan abu-abu yang ada di bahunya. Dia terlihat begitu menggiurkan ketika dia berpenampilan santai, meskipun dia juga terlihat menggoda saat dia mengenakan jas dan kemeja, ohh tuhan dia selalu terlihat menggiurkan ketika menggunakan apapun di tubuhnya.

***

Kami berkendara dengan mobil atap terbuka, udara pagi hari terasa sangat segar meskipun sedikit dingin, Sean yang mengemudi di sampingku dengan satu tangan, satu tangannya lagi dia gunakan untuk menggenggam tanganku, aku meringkuk di sampingnya dengan jaket kulit berwarna hitamku. Aku mengangkat tanganku yang digenggam erat oleh Sean ke arah dadaku dan aku sangat bersyukur karena itu memberiku kehangatan. Sean membungkuk untuk mendorong bibirnya di pelipisku dan menahannya disana sedikit lebih lama. Aku tersenyum saat dia kembali memfokuskan dirinya pada jalanan yang ada di depannya, dia adalah suamiku sekarang, milikku seutuhnya. Sean Blackstone yang sialan sexy, menawan dan pencemburu ini adalah milikku seorang, ini adalah kenyataan yang sangat manis. Aku menarik kaca mata hitam dari wajahku ketika aku melihat penunjuk jalan yang baru saja kami lewati.

"Sean?, kita ada di Buñol?" aku bertanya sambil melihat pemandangan yang terpampang di sekelilingku, perkotaan yang sempurna, gang-gang sederhana yang tersebar di seluruh penjuru, aku hanya berpikir betapa sempurnanya negara ini.

"Ya sayang, kita ada di Buñol, kau menyukainya?" dia bertanya dengan suuara seraknya yang membuatku merinding memikirkan betapa obsesifnya dia akan diriku.

"Sangat, disini sangat indah, ohh tunggu" aku mempertajam kembali ingatanku pagi ini dan segera mencari tas Sean yang ada di bagian belakang tempat duduk kami, aku membukanya dan menemukan Canon-ku di bagian paling atas. Aku mendesah bahagia dan mulai mengarahkan Canon-ku ke objek yang menurutku sangat menarik dan indah. Aku melihat Sean tersenyum bahagia di sudut mataku, aku diam-diam mengarahkan kamera ke arah Sean, dia dengan kaus berwarna putih dilapisi jaket kulitnya dan celana khaki mahalnya, kaca mata hitamnya bertengger di wajahnya, dia terlihat begitu sialan sempurna. Kini aku menyukai kenyataan bahwa sekarang dia adalah suamiku. Aku mengambil bagian dari dirinya yang begitu bahagia dan santai agar aku bisa menyimpannya untuk diriku sendiri, aku tidak ingin membaginya pada siapapun juga.

Forever MineWhere stories live. Discover now