Chapter 17

85.1K 3.9K 81
                                    


Semakin kau ingin melindungi, semakin kau akan terluka. Semakin kau ingin mendapatkan hal yang kau inginkan, semakin kau akan kehilangan. Ini akan menjadi takdir yang harus dilalui. Jika kau benar-benar ingin melindungi, kau tidak boleh memperlihatkan kelemahan. Kau harus kehilangan satu untuk mendapatkan yang lain.

Kata-kata Melisa selalu terngiang ditelingaku, bahkan saat aku menerima apa yang ditawarkannya kata-kata itupun tiba-tiba muncul dikepalaku, hingga saat ini aku telah berada didalam mobil bersama dengan Melisa. Mobil berhenti di sebuah café dengan bangunan yang terlihat sangat klasik, café itu terletak di sebuah daerah elite di kota New York.

"Kau tau apa yang akan kau lakukan?" tanya Melisa sambil membenahi rambutku yang sedikit berantakan, aku mengangguk sambil melirik kearah kaca.

"Aku hanya akan menumpahkan kopi dikemejanya, tidak akan terlalu sulit" aku mengulangi apa yang dikatakannya.

"Pastikan dia melihat wajahmu, kau punya wajah yang polos, gunakan itu sebagai senjatamu" dia menasehatiku.

"Aku mengerti" aku tidak berkata apapun lagi, aku langsung turun dari mobilnya dan berjalan memasuki café itu, aku memesan kopi lalu duduk di tempat dimana aku bisa melihatnya datang, aku juga bisa melihat mobil Melisa yang masih berada ditempat semula, aku menyesap sedikit kopi sambil menunggunya, tak lama kemudian, sebuah mobil datang dan keluarlah pria itu, dia adalah Liam Maxwell, sang pewaris tunggal Maxwell Company.

"Tenanglah Ashley, kau bisa melakukan hal ini" aku berkata pada diriku sendiri untuk tenang saat aku kini telah melihatnya memilih tempat duduk di meja yang letaknya teat didepanku, dia menatapku sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada kopinya.

"Inilah saatnya" aku berujar lagi pada diriku sendiri. tapi tiba-tiba dia mengambil ponselnya yang bergetar diatas mejanya, pandangannya tiba-tiba menjadi sangat serius, di meraih kunci mobilnya lalu beranjak berdiri. Ini tidak akan berhasil, aku bahkan belum menumpahkan kopi dikemejanya, kini dia telah berjalan keluar dari café itu, tanpa buang waktu lagi aku langsung membuang kopi yang ada ditanganku, mobilnya kini telah melaju, aku berlari  mencari jalan untuk memotong arah mobilnya, aku menemukannya, aku tidak memperdulikan lagi penampilanku, aku bahkan tidak memperdulikan sepatu hak tinggi yang kukenakan untuk berlari, aku hanya berlari untuk memotong arah laju mobilnya, aku tidak bisa menunggu lagi untuk rencana ini, aku harus segera memiliki apa yang kuinginkan, dan hanya Liam Maxwell lah jalanku untuk mencapai semua itu.

            Aku segera menyeberang tepat ketika mobil Liam Maxwell hanya berjarak satu meter dariku, aku merasakan mobil itu menabrakku hingga akhirnya aku terjatuh di aspal yang keras, mobil itu tidak menabrakku terlalu keras tapi cukup menyakitiku hingga aku merasa semuanya menjadi sangat gelap dan akhirnya aku tidak dapat melihat apapun lagi.

***

Ketika aku terbangun aku merasakan hangat ditubuhku, aku membuka mataku dan seketika itu juga rasa sakit menyerangku, lengan dan pahaku rasanya sangat nyeri, tapi saat aku melihat kesekeliling, senyumanku kembali mengembang, aku berada di sebuah apartemen kupikir, kamar ini sangat besar, kembali melihat sekeliling dan pintu tiba-tiba terbuka dari luar, aku terlonjak ketika melihat Liam Maxwell masuk ke dalam kamar.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya sambil mengambil tempat duduk di sisi ranjangku, dia menatapku lekat-lekat dan aku juga balas menatapnya.

"Siapa kau?, dimana aku?" tanyaku padanya meskipun aku sudah mengtetahui setiap jawaban untuk semua pertanyaanku.

"Kupikir kau sudah tau jawaban dari semua pertanyaanmu nona" katanya lagi sambil menatapku meminta jawaban dariku, astaga!, bagaimana dia tahu bahwa aku sengaja menabrakkan diriku sendiri?.

Forever MineWhere stories live. Discover now