Chapter 10

99.4K 5K 106
                                    


Aku dan Sean telah sampai disalah satu gedung yang terlihat sangat mewah dan besar dipusat kota New York, sopir kami membukakan pintu untuk kami, Sean terlihat sangat bahagia, dia hankan berulang kali tersenyum padaku dan mencium telapak tanganku yang selalu ada di genggamannya dan tidak pernah dia lepaskan barang sedetikpun.

Saat ini aku telah sampai disebuah penthouse yang lebih besar dan lebih mewah dari penthouseku sebelumnya, memandang kesekelilingku begitu juga dengan Sean yang mengajakku berkeliling untuk melihat-lihat seluruh penthousenya, astaga aku belum pernah melihat Sean sesenang ini sebelumnya.

Dia juga membawaku untuk melihat kamar utama di penthouse itu, kamar itu sangatlah luas, kamar itu juga dilengkapi dengan perabotan klasik menambah daya tarik kamar ini, kamar itu juga terlihat nyaman dengan pemandangan kota New York pada malam hari. Aku terpaku pada pemandangan indah didepanku ini, kota New York pada malam hari bisa sanggup menyita perhatianku selama berjam-jam.

"Apa pemandangan itu lebih menarik dari pada aku?" tanya Sean sambil memelukku dari belakang, dagunya disandarkan ke atas bahuku, aku mengarahkan tanganku ke rambut gelapnya dan mengelusnya lembut.

"Hanya pemandangan itu yang menemaniku ketika kau ada di London" aku berujar padanya lalu menjauhkan tanganku yang mengelus rambutnya. Dengan cepat dia kembali meraih tanganku, mengarahkannya pada bibirnya dan mengecupnya berulang kali.

"Aku disini sekarang, oh astaga aku sangat merindukanmu" dia kembali memelukku dengan erat

"Aku tau" bisikku lirih.

***

"Aku akan mandi, kau bisa tidur lebih dulu, ada beberapa hal yang harus kulakukan" kata Sean sesudah kami makan malam, dia menghampiriku yang berada di dapur membereskan piring kotor kami, lalu dia mengecup keningku dengan lembut.

"Tinggalkan saja disitu, ada orang yang akan mengurusnya" Sean berkata, aku mengangkat bahuku padanya seolah mencuci piring bukanlah masalah besar.

"Tidak apa, aku akan mencuci piringnya" aku berujar sambil menyalakan kran air dan mulai membasahi tanganku dengan air, sebelum Sean menyentak lenganku hingga membuatku menghadapnya.

"Kubilang tinggalkan disana!" desisnya tajam, aku melihat ke dalam matanya dan aku melihat adanya sepercik amarah disana, astaga... sebenarnya apa masalahnya, aku hanya ingin mencuci piring, dia sangatlah berlebihan.

"Kau sudah mendengarku, sekarang lakukan apa kataku!, dan masuk kedalam kamar" dia berujar sambil mematikan kran air yang mengalir, aku melepaskan tanganku dari cengkeramannya lalu aku berjalan menaiki tangga dan membuka kamar berpintu gelap itu, aku melangkahkan kakiku dengan ragu menuju kearah kamar itu, tak lama kemudian Sean menyusulku kedalam kamar, dia melepas kaus yang dia pakai untuk makan malam lalu melemparkannya ke arah ranjang.

"Kemarilah" dia berujar sambil berjalan kearah walk in closet, dia meraih salah satu kausnya, aku melihat dia memilih kaus berwarna putih. Dan saat aku telah berada di depannya dia membalikkan badanku lalu menurunkan resleting gaunku, aku memejamkan mataku menahan debaran jantungku yang kini telah berpacu dengan cepat. Dia membalikkan badanku lagi kemudian memakaikan kaus itu padaku, sesudah itu dia membelai rambutku penuh sayang dan mengecup ujung bibirku singkat.

Aku memandangnya dan yang kulihat saat ini hanyalah seorang pria muda yang terlihat polos dan menawan, aku tersenyum padanya dan membelai wajahnya dengan lembut, dia memejamkan matanya menikmati sentuhanku.

"Kenapa sangat sulit untuk memahamimu Sean" bisikku lirih, kata-kataku membuat ekspresinya melembut, dia tidak menjawab kata-kataku dia hanya mengangkat tubuhku dengan lembut, aku merasa seolah-olah melayang ketika dia merengkuhku kedalam gendongannya, satu hal pasti yang kurasakan saat itu adalah rasa nyaman, ya... Sean memang menjagaku dengan sangat baik.

Forever MineOnde as histórias ganham vida. Descobre agora