CHAPTER VIII

833 46 0
                                    


"Gantengnyaaa..."

"Please gue gak lagi di surga kan?"

"Senyumnya itu loh.."

"Hidungnya mancung.."

"Please sediain oksigen."

Kini kuping gue udah berubah menjadi merah padam ketika mendengar bisik-bisik para siswi sekolah gue yang sedang berdiri santai didepan pintu utama sekolah. Siswi-siswi itu semakin bertambah banyak seiring langkah kakak gue yang mengantarkan gue menuju pintu tersebut. Gue tau, mereka lagi terpesona setengah mati sama kakak Dave!

"Belajar yang rajin ya, ntar kakak jemput." Kata kak Dave sambil mengelus puncak kepala gue. Ketika gue menoleh, pemandangan yang terlihat adalah sebagian besar siswi-siswi yang berkumpul itu membentuk huruf O besar di mulut mereka. Kaget? Mungkin.

"Udah Salsa bilang kan, gak usah dandan cakep-cakep! Kan jadi gini." Kak Dave emang gak bisa dinasehatin. Udah gue bilang kalo mata semua cewek disekolah ini itu udah kayak laser, lihat cowok bening dikit aja udah nyala. Gimana gak ditaksir, kak Dave memakai kemeja coklat, celana jeans, sepatu hitam, dengan gaya rambut yang membentuk jambul andalannya serta ditambah lagi aroma parfum menyengat yang membuat gue pusing saat satu mobil sama dia tadi.

"Tenar disekolah Salsa gak apalah, siapa tau Salsa juga bisa ikut tenar."

"Duuuh gak perlu dengan cara itu juga udah tenar keles." Kak Dave tertawa dan kemudian tersenyum simpul membuat suara bergemuruh kembali muncul diantara siswi-siswi yang ternyata masih menjadikan kami bahan tontonan gratis.

"Kakak pergi dulu ya, mau reuni nih, bye..." Kak Dave hari ini memang ngerencanain acara reuni bareng temen SMA nya. Katanya dia sih, melepas kangen.

"Oke kak, hati-hati dijalan.." Jawab gue dan kak Dave mulai berjalan menuju pintu keluar, gue sempat melambaikan tangan untuk kak Dave sampai akhirnya gue menyadari bahwa beberapa cewek mulai menghampiri gue dengan wajah berbinarnya.

"Sal, itu kakak elo?" Tanya Melin, anggota dari team cheerleaders. Cewek semampai yang doyan makan lollipop. Bener, buktinya hari ini ada sebuah lollipop yang berteger dimulutnya.

"Iya." Jawab gue singkat. Gue pengen masuk secepatnya ke dalam kelas tapi naasnya gue malah terjebak sama cewek-cewek genit ini.

"Seriusan? Ganteng bangeet.. salamin doong!" Teriak beberapa cewek penuh harap.

"Iya iya." Jawab gue malas, mereka kembali berteriak senang. Tapi tiba-tiba saja ada seseorang yang menggandeng tangan gue dengan erat.

"Sal, masuk yuk!" Ajak cewek yang ternyata Pinka. Ia terlihat datang sendiri.

"Yuk!" Jawab gue dan sekarang gue yang menarik-narik Pinka untuk berjalan lebih cepat sebelum keramaian ini terlihat oleh beberapa guru Satgas. Dan gue gak mau diintrogasi.

"Eris mana Pin?" Tanya gue ketika berjalan bersama Pinka menuju kelas. Pinka yang sedang merapikan rambutnya tak lama kemudian menoleh.

"Udah berangkat duluan, kan. Elo gak liat?" Jawab Pinka dan gue hanya mengernyitkan dahi.

"Engga, cepet amat, kenapa?" Tanya gue lagi. Pinka melengoskan nafasnya, mungkin dia menemukan titik kecerewetan didalam diri gue.

"Kan dia piket jeng.." Jawab Pinka lagi dan menatap gue malas.

"Oh iya. Lupa, hehe" Kekeh gue pelan. Kami terus saja berjalan sampai akhirnya suara dentuman langkah kaki terdengar. Seperti beberapa orang yang sedang berlari.

"Hai, Pin." Suara Rian tiba-tiba terdengar. Cowok itu menyampari Pinka yang masih berstatus kekasihnya. Ia datang bersama BeBoy. Gue dan Pinka menoleh, namun saat gue menoleh, terlihat jelas wajah Bayu yang sedang menatap gue tajam. Gue menunduk, enggan menatap mata cowok itu.

Give Me a FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang