Chapter 4

128 19 1
                                    

Kriing.. Kriing...

Aduuh siapa sihh yang menghubungiku pagi-pagi begini. Apa urusannya penting sampai harus membangunkan di tengah pagi buta seperti ini? Awas saja kalau bukan.

Aku melihat layar handphoneku. 'orang tidak kenal' begitulah tulisan yang muncul. Aku mencari nomor teleponnya. Tapi tidak ada. Bagaimana mungkin orang lain bisa menghubungiku tanpa menggunakan nomor telepon? Aku merinding dibuatnya. Aku pun langsung menekan tombol 'reject'. Oke, terputus. Beberapa menit kemudian, orang tidak dikenal itu menghubungiku lagi. Tanpa basa-basi aku mengangkat teleponnya. Ini membutuhkan nyali kuat saat kau tahu orang itu sama sekali tidak menggunakan nomor.

"Halo apakah ini Hailee Courtney?" tanya seseorang di seberang sana. Lebih tepatnya seorang pria. Wtf. Ia mengetahui namaku.

"I-I-Iya. Hm, kalau boleh tahu anda siapa?" aku bergidik ketakutan. Pikiranku mulai kacau. Aku memikirkan hal yang tidak-tidak. Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi padaku.

"Apakah kau lupa denganku, Ms. Courtney?" 

Hah?! Lupa? Bagaimana aku bisa lupa kalau dia sendiri tidak memberitahu siapa dirinya? Aneh.

"Hmm, Mungkin tidak jika kau memberitahuku siapa anda."

"Aku.. seorang pria." oh, ayolah. Kalau itu sih aku juga tahu dia seorang pria. Tapi pria yang mana? Pria di dunia ini tuh banyak sekali.

"Kalau soal itu saya tahu, sir."

"Sip. Kalau begitu apakah kau jadi?"

"Hah?! Maksud anda apa? Kalau anda tidak berurusan dengan saya, tolong jangan ganggu saya. Anda membuang-buang waktu saya. Dan mengganggu tidur saya." aku langsung menutup telepon itu dengan perasaan kesal dan melempar hp ku ke kasur.

Aku takut kalau pria itu akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak. Apalagi aku sendirian di rumah.

Pikiranku mulai kemana-mana. Aku tidak bisa berpikir waras. Mom dan dad pergi ke luar kota selama beberapa hari.

Handphoneku berdering kembali. Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal. Aku mengambil hp-ku dari kasur. Sialan! orang ini menelepon lagi. Aku menekan tombol reject dan mematikan hp-ku lalu menyimpannya di meja. Aku menarik selimutku. Yaa kupikir ini bisa menenangkan pikiran kacau dari pria sialan tadi. Untung mom dan dad sedang tidak ada dirumah, aku jadi bisa tidur sepuasnya tanpa ada ocehan dari mom.

....

Ini sudah pukul 3. Itu berarti aku harus bertemu pria yang aku temui di taman kemarin. Aku mengambil jaketku dan tak lupa kertas kecil bertuliskan alamat pria kemarin. Aku berlari keluar rumah. Berjalan menuju alamat rumah yang diberikan pria misterius kemarin.

Aku terus menyusuri Beverly Hills St. pria itu katanya tinggal di daerah disini. Tapi aku merasa hanya berasa berputar-putar disini. Aku tidak menemukan alamatnya. Akhirnya, aku menanyakan alamat itu kepada seorang ibu yang tinggal dekat situ. Ia menunjukkan jalannya. Aku berterima kasih kepadanya tapi ibu itu malah buru-buru masuk ke rumahnya. Aku bingung. Kenapa dia seperti itu?

Aku mengikuti jalan yang ditunjukkan si ibu aneh tadi. Aku menemukannya. Sebuah lapangan kosong yang gersang. Tunggu, pria itu bilang aku harus ke rumahnya. Terus dia juga bilang kalau alamat ini alamat rumahnya. Kenapa yang aku temukan padang pasir yang gersang bukan sebuah rumah? Sialan. Sepertinya ibu aneh tadi mengerjaiku. Aku menggerutu terus dalam hatiku sambil memandang kertas berisikan alamat ini. Aku ditipu pria kemarin. Bisa-bisanya aku kena tipu. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Lebih baik aku meminta tolong kepada ibuku yang lebih bisa di percaya. Yaa meskipun ocehannya kadang tidak bisa aku mengerti.

"Kenapa kau pergi, gadis cantik?" aku menoleh ke belakang mendapati seorang pria tua berdiri tak jauh dariku. Ia berlari kecil menghampiriku. Aku mundur langkah sedikit karena takut kalau-kalau pria tua ini seorang yang "gila". "Jangan pergi! Tunggu disitu." ujarnya. Aku menuruti perintah pria itu. Takut saja ia tahu dimana rumah Glouseey Hous, pria muda yang aku temukan kemarin. "Kau, Hailee Courtney?" aku mengangguk "Darimana kau tahu?" pria tua itu tertawa. Aku juga tertawa, maksudku tawa yang dipaksakan. "Sudahlah tidak ada yang lucu" pria itu langsung memasang wajah tegas "Aku Glouseey Hous. Pria yang kau temukan di taman"

Bagaimana bisa? Yang aku temukan kemarinkan pria muda bukan seorang kakek tua seperti dia.

Kali ini aku benar-benar bingung. Aku mesti percaya sama kakek tua itu atau tidak. Kalau aku percaya, bisa saja ia seorang penculik yang berpura-pura menjadi Glouseey Hous. Kalau tidak, mungkin saja dia Glouseey Hous. Ah diriku pusing.

"Kau tidak percaya? Hahaha sudah kuduga itu. Ternyata ideku itu berhasil hahaha." aku semakin bingung akan ucapannya. Maksud idenya apa? Oh apakah dia seorang mata-mata? Penculik mungkin? Aku bersiap untuk lari bilamana kakek tua itu mengeluarkan karung, aku bisa meloloskan diri.

Kakek tua itu tersenyum "Sudahlah kau tak perlu takut. Aku akan memberitahumu bagaimana caranya. Aku bukan penculik dan juga bukan mata-mata. Tenanglah. Kau ingin melancarkan aksimu yang kau ceritakan kemarinkan?" aku mengangguk. "Ayo ikuti aku" aku berjalan di belakang kakek tua itu. Tidak kusangka ternyata kakek tua seperti dia masih bisa berjalan sangat cepat. Aku sempat tertinggal olehnya.

Aku menyusuri lapangan gersang itu bersama si kakek tua. Kau tahu ini terasa seperti di Mesir. Aku tidak bercanda. Di kanan kiri lapangan ini terdapat banyak pohon kaktus besar. Semakin jauh aku berjalan, jalanan komplek rumahku terlihat semakin menghilang. Lapangan ini berubah menjadi sebuah padang pasir 'savanah'. Disini memang tidak ada macan, singa, ataupun kucing besar lainnya. Aku baru sekali ini datang ke 'padang pasir' ini. Sebelumnya aku tidak pernah tahu kalau ada sebuah padang pasir dekat komplek perumahanku. Tapi, kenapa tidak ada anak-anak kecil yang bermain disini? Harusnya ada. Anak-anak kan senang bermain pasir. Mungkin mereka dilarang.

Kami berbelok ke selatan, hutan pinus tepatnya. Entahlah aku merasa aneh di tempat ini. Kami terus menyusuri hutan pinus ini. Menit kemudian, aku bisa melihat sebuah rumah besar berwarna putih. Rumah ini sangat megah. Ya, seperti rumah para kaisar. Di atas rumah ini terdapat tulisan 'THE CAGE OF GLOUSEEY". Ini rumahnya. Rumah seorang Glouseey Hous. Tak kusangka ternyata ia sekaya ini.

"Bagaimana? Kau mau masuk?" tanyanya.

"Aku, ya, aku mau." aku mengangguk cepat menanggapi pertanyaannya. Ia tersenyum lalu berjalan di depanku. Menjadi pemandu agar aku tidak salah jalan.

Saat aku menjejakkan kaki-ku di rumah itu, aku merasa seperti...


Haiii.

Maaf ya slow update banget. Aku baru bisa update sekarang padahal waktu itu aku bilangnya cuma dua minggu ya?

Sorry ya. Soalnya kemarin aku sempat kehilangan filenya jadi harus mulai bikin dari awal lagi. Ngeselin banget tau ga.

Pokoknya nanti pas liburan bakalan aku usahain bisa fast update biar kalian ga lama nungguinnya.

Don't forget to vote and comment guys.

Pencet tanda bintangnya aja please. Ga susahkan? Jangan pelit. Vote ataupun comment kalian berguna banget buat aku biar nantinya cerita ini bisa makin bagus.

Please banget ya guys.

Thanks.

MetamorphsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang