Chapter 2

221 23 2
                                    

Aku memasuki kelas dan duduk di salah satu bangku yang letaknya tidak jauh dari kumpulan The Gangs. Aku mengeluarkan novel baruku yang memang sengaja aku bawa untuk mengusir rasa bosan. Novel ini bagaikan teman bagiku. Selalu menemani kapanpun dan menghiburku dengan cerita-ceritanya yang beragam. Ahh andai saja aku mempunyai teman seperti novel ini. Aku tahu itu mustahil.

"Coba kulihat" tiba-tiba Casey mengambil novelku secara paksa. Ia terus membolak-balikkan halaman demi halaman dan mulai tersenyum licik kepadaku.

Oke, ini sudah dimulai.

Aku berusaha merebut kembali novelku. Gagal. Saat aku ingin menghampiri Casey, Polly langsung mendorongku ke belakang hingga aku terjatuh. Aku berusaha menahan rasa sakit karena jika mereka melihatku mengeluh, mereka akan menjadi-jadi dan mengatai-ngatai aku seorang yang lemah. Tidak! Aku bukan orang yang lemah. Aku bisa saja melawan mereka. Tapi mereka berlima sedangkan aku sendiri. 5 vs 1. Sudah pasti aku kalah.

Aku mencoba bangkit dan terus melakukan berbagai cara untuk mendapatkan novel itu kembali. Jika disini hanya ada Casey seorang, aku pasti sudah bisa mendapatkan novelku kembali. Tapi 'dayang-dayangnya' itu yang membuatku tidak berdaya.

"Casey, please give me that novel."

"Oh look! Dia memasang puppy face, Casey. Apakah kau tidak merasa kasihan padanya?" ujar Chloe dengan nada mengejeknya.

But, wait. Dia bilang aku memasang muka puppy face? Oh come on, aku sama sekali tidak memasang wajah seperti itu.

"Umm okay, ini aku kembalikan novelmu, weirdo." Casey mengulurkan tangannya untuk memberikan novel ini padaku.

"But,.." kemudian ia merobek novel ku menjadi setengah.

"Seperti ini lebih baik" Casey menyerahkan novel yang tinggal setengah itu padaku. Dan dengan enaknya melenggang keluar tanpa rasa bersalah.

"Baca novel itu dengan baik, okay? Bye LOSER." Jenna melambaikan tangannya padaku sambil menekankan kata-kata loser tadi.

Aku menatap novelku yang sekarat itu. Aku bingung mau aku apakan novel ini. Di baca? bagaimana bisa ku membacanya jika novelnya begini. Di buang? rasanya sayang apalagi ini kenang-kenangan dari mendiang nenekku. Ah sudahlah aku bawa pulang saja novel ini.

Aku pun memutuskan pulang ke rumah agar suasana menjadi lebih baik. Aku sebenarnya ingin pindah dari sekolah ini dan mencari yang lebih bagus. Tapi aku tidak bisa. Aku bukan terlahir dari keluarga kaya yang bisa berpindah-pindah sekolah setiap satu tahun. Aku hanyalah anak dari keluarga sederhana yang tinggal di pinggiran kota.

Selama di perjalanan, aku masih saja teringat kejadian di sekolah tadi. Aku berusaha tidak peduli dan tidak memikirkannya lagi. Kau tahu, itu sulit. Apalagi saat The Gangs menghentakku.

Aku salah apasih sebenarnya sama The Gangs itu. Aku rasa aku tidak pernah berbuat sesuatu yang menyakitkan mereka. Lalu, kenapa semua orang menjauhiku kecuali keluargaku sendiri? Kenapa mereka selalu tega membullyku dengan bermacam-macam cara?

Sebetulnya aku selalu berusaha menyingkirkan semua pertanyaan ini dari otakku. Tapi aku tidak bisa. Pertanyaan ini terus berputar-putar di otakku.

Selama ini aku sudah berusaha sabar menghadapi mereka. Berusaha untuk tidak dibully mereka lagi. Itu mustahil. Selama aku masih di sekolah itu, mereka tidak akan berhenti membullyku.

Andai saja suatu saat aku yang membully mereka. It's gonna be something interesting. Aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan setiap hari.

Apakah itu mungkin? Bisa saja. Aku mungkin bisa tapi aku belum tahu bagaimana caranya.

Lihat saja The Gangs, suatu saat aku bisa membalas perbuatanmu.

MetamorphsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang