0.3 | S t. H o l m e s

215 4 6
                                    

Gerbang berbatu Helsy yang penuh sihir adalah jalan keluar terbaik menuju Gedung Persidangan St. Holmes yang terletak di kasta satu. Letak penjara berada tepat di ruang bawah tanah St. Holmes, sumber-sumber Quidnunc terpecaya menyebutkan bahwa penjara bawah tanah St. Holmes adalah yang terburuk sepanjang masa.

Penjara itu dibagi menjadi tiga lantai : kasus-kasus ringan seperti pencurian, sengketa tanah, perselisihan, dll, berada di tingkat paling atas basement. Lantai kedua diperuntukkan bagi kasus-kasus sedang seperti penculikan, pemerkosaan, teror, serta kasus-kasus berbau politik sederhana- seperti korupsi misalnya. Dan ruang bawah tanah terakhir adalah yang terdalam, tergelap, dan terisolasi. Orang-orang yang berada disana diperkirakan adalah sekumpulan ternak yang sedang menunggu giliran untuk disembelih. Mereka disimpan untuk dibunuh.

Kasus-kasus pembunuhan, penyadapan, pemberontakan, atau hal apapun yang mengancam golongan kasta satu akan diasingkan disana. Sekalipun kau kasta dua, namun kau berani menjambak rambut seorang anak kasta satu dan ia merasa tidak terima dan memintamu untuk dipenjara. Sekalipun kasusnya seringan biji jeruk, kau tidak akan ditempatkan di lantai atas. Kau tetap akan menjadi sapi sembelih yang membusuk di ruang bawah tanah yang terdalam.

"Kau kelihatan kurus!" tangan kami saling meninju di udara, lalu saling menepuk bahu. "Apa di Basker Avenue kau pengangguran sekarat, heh?" Tanya Michael tiba-tiba, seolah lupa pada satu kalimat menakutkan yang ia lontarkan sedetik lalu.

Aku tersenyum simpul ke arahnya, setengah terkejut berada dalam percakapan yang normal. "Kau punya skizofrenia, heh?" Kataku sembari melirik Bibi Maggy yang membuat suara aneh dari kedua kakinya yang bergerak-gerak gelisah. "Bicaramu agak ngawur, Mike. Ada sesuatu yang salah Bibi Maggy?"

"Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya tidak suka ada disini terlalu lama- Pintu gerbang Helsy seolah terlalu mencolok jika kita bergerombol disini."

Mike tersenyum tipis, matanya mengerling ke arah Bibi Maggy yang pucat. "Bibi sudah bekerja keras, terimakasih!" Mike merengkuh Bibi Maggy, ia memeluk wanita tua yang hanya setinggi perutnya. "Terimakasih karena telah membawa Evans kembali."

"Jangan ucapkan terimakasih lagi Mike, karena mulai hari ini dan nanti akulah yang akan mulai mengucapkannya." Bibi Maggy berjalan memimpin di depan, mantel cokelat yang ia kenakan bergoyang-goyang seirama hembusan angin, rambut putih lurus berubannya di gerai sebahu, benar-benar putih dan rapih.

"Joanna beruntung punya Bibi Maggy disampingnya- Tapi si kampret itu kenapa sering mengeluh tentang keluarganya?" Mike berbisik di dekat telingaku, membuat kami berjalan terlalu rapat satu sama lain.

"Karena ayahnya terlalu luar biasa." Aku menimpali dengan volume yang normal, membuat Bibi Maggy menolehkan kepalanya kebelakang beberapa saat.

"Ssssst! Aku heran kenapa banyak Quidnunc suka padamu, padahal mulutmu itu- Oh ya ampun."

"Mungkin karena aku adalah Quidnunc, Mike?"

"Kau punya skizofrenia, heh?" Mike bertanya sembari berlari kecil mengejar Bibi Maggy di depan, tangannya langsung melingkar manja di sebelah wanita tua pendek, "Bibi Maggy tahu? Evans agak sinting sekarang!" Samar-samar aku mendengarnya karena lelucon itu nyaris serupa bisikan, tapi ledakan tawa mereka setelahnya benar-benar terlalu keras.

Langkah kami yang ribut terus melaju menjauh, hingga membaur bersama ratusan pasang kaki yang berjubal di atas anak tangga bundar besar yang mengarah naik menuju pintu depan Pengadilan St. Holmes yang terbuat dari kaca dengan bingkai emas di sekelilingnya.

Keramik-keramik dibawah kakiku adalah keramik terbesar yang pernah kulihat, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk pola-pola seperti karpet yang indah berwarna-warni, diatasnya menggantung lampu-lampu gantung emas yang dibiarkan menyala, ruangan ini serupa koridor panjang yang megah dengan puluhan elevator yang sibuk di setiap dindingnya.

Kami memasuki salah satu elevator ketiga dari kiri, tujuan kami adalah lantai kesembilan belas. Dimana Joanna akan berada disana, diadili untuk kesalahan yang bahkan tak pernah ia lakukan.

Angka sembilan belas yang menempel di dinding kanan elevator menyala merah, pintu besi berlapis emas menderit terbuka. Kami terkejut bukan main saat lautan manusia berjubal didepan pintu elevator, tak ada pilihan lain selain menyikut siapapun agar bisa berada dalam kerumunan.

Topi sweater hitam Mike kelihatan jauh di ujung sebelah kanan, kepala Mike mengarah kebawah- Mike rupanya menggenggam tangan Bibi Maggy disampingnya. Berkali-kali kulihat Mike memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan, ia sedang mencariku. Tapi tak ada gunanya memberikan tanda melalui suara, disini begitu riuh dan gaduh.

Aku hanya harus mengikuti kemana arah mereka pergi, tubuhku dapat merasakan gesekan-gesekan dari ratusan Quidnunc yang berjubal di koridor. Mereka membaur terlalu rapat, tanganku dapat merasakan tarikan kuat dari arah belakang, dorongan itu membawaku terdorong jauh hingga topi sweater Mike hanya sekecil biji jeruk, telingaku dapat mendengar bunyi elevator terbuka, dan kedua mata hitamku dapat melihat salah satu Barrymore bersaudara tersenyum sinis saat pintu besi emas perlahan-lahan menutup.

"Adikku sepertinya akan marah besar jika dia tahu Bibi Maggy sendiri yang membawamu kembali." Sloane Barrymore mengancingkan mantel abu-abu nya, poni panjangnya menutupi hampir seluruh dahinya, bulu matanya panjang indah, perawakannya tinggi dengan otot-otot yang tersembunyi dibalik mantel abu-abunya, ia dan kembarannya Covent Barrymore telah dijuluki sebagai Quidnunc paling tampan di Ataraxia.

"Aku ragu jika kau juga akan begitu?"

"Malam itu, kau mengakuinya kan?" Sloane memiringkan kepalanya ke kiri, tersenyum terlalu lebar hingga sederet gigi putih rapihnya seolah mencibir sekumpulan gigi yang kusembunyikan dibalik senyum tipisku yang rapat.

"Kau bergerak terlalu jauh, Sloane. Kau kelihatan norak, mengkhawatirkan urusan adikmu seolah-seolah hidupmu lebih baik." Aku tahu aku menusuknya, tapi aku terlalu yakin hal ini tak akan mungkin mengusiknya.

"Covent jelas lebih baik. Dia terlalu baik hingga Joanna menolakmu malam itu, iyakan?"

"Kalau aku begitu marah. Lalu beri aku alasan kenapa aku repot-repot ingin kembali membantunya?"

"Benar!" Sloane tertawa terbahak-bahak, ekspresinya yang ceria kemudian berubah dingin menatap tajam ke arahku. "Kau harus begitu jujur padaku, sebagai informanku kau dilarang memiliki rahasia."

"

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Safe and SoundWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu