18. Pangeran Kebencian dan Tragedi di Apartemen

154K 10.4K 1.1K
                                    

RAMA POV

Saat ini kami sedang duduk. Maksudnya aku, Helga, Iwan, dan Fendy duduk di tengah-tengah lapangan. Kami habis latihan basket dan saat ini keadaan sekolah sedang belajar dikelas masing-masing tetapi kami lebih memilih bermain basket karena guru yang seharusnya mengajar dikelas tidak masuk.

"Ram," panggil Helga membuatku menoleh padanya. "Lo liat tuh Ocha sama Tera. Lo gak cemburu apa liat mereka sama-sama terus?" ucap Helga terhadapku. Aku mengikuti arah pandangnya. Terlihat Ocha sedang tertawa lepas dengan Tera sambil membawa buku ditangannya. Tera juga sama dengannya. Mereka sedang berjalan bersisian. Selalu begitu. Mereka seperti surat dan prangko yang selalu menempel. Aku kadang heran melihatnya.

Sebagian sisi hatiku mengatakan aku marah entah karena apa tetapi di sisi lain aku juga tidak bisa memungkiri bahwa aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Hey, aku tidak pernah menyukainya dan tidak akan pernah sampai seterusnya.

Ingat, dia penyebab aku menikah muda. Maksudku Bundanya itu. Tetapi tetap saja aku tidak suka dengannya.

"Ram, gue saranin lo aja ya. Ini cuman saran gue sebagai temen. Jangan terlalu benci sama orang, Ram. Apalagi kebencian lo itu tanpa alasan. Nggak berdasar. Lo bisa aja kena karma. Disini bukan cuman lo aja yang ngerasa gak wajar, tapi dia juga," ucap Helga terhadapku. Seolah-olah dia tau segala hal. "Seharusnya lo yang lebih tua dari dia lebih ngerti."

"Iya Ram, setidaknya lo lindungin apa yang lo punya sekarang. Bukan malah ngelindungin apa yang lo paksa buat jadi milik lo," ucap Iwan terhadapku. Jadi kenapa mereka pada menasehatiku?

"Lo semua ngomong apa sih, gue gak ngerti," ucapku kepada mereka. Aku mengambil handuk kecil lalu mengusap wajahku dengan handuk itu.

Fendy menggelengkan kepalanya melihatku. "Lo emang bener-bener harus dibuka matanya lebar-lebar, Ram. Lo gak tau Lisna itu simpanan om-om, hah? Lo tau gak dia sering jalan sama Bapak-Bapak di taman kota?" ucap Fendy membuatku menatapnya. Kali ini meledak sudah aku.

Siapa dia bilang? Lisna simpanan om-om? Hah, ngaco!

"Fen," tegur Iwan terhadapnya. Nadanya seperti memperingatkan. Fendy langsung diam saat ditatap Iwan dan ia mengalihkan pandangannya.

Sebenarnya ini ada apa sih? Kenapa sepertinya ada yang ditutupi dariku?!

"Sebenarnya lo semua mau ngomong apa? Langsung aja ke intinya. Gue gak suka basa-basi. Dan apa maksud lo bilang Lisna simpanan om-om?" ucapku dengan nada marah.

Fendy terkekeh sinis ke arahku, "Lo kan pacarnya. Seharusnya lo tau dong apa pekerjaan dia selama ini. Lo tau Ram, Lisna itu cewek mata duitan."

"Brengsek lo!" teriakku di arahnya. Kami semua bangun dan aku mencengkram kerah baju Fendy dengan wajah memerah akibat amarah yang tidak bisa terbendung lagi.

"Jaga mulut lo itu ya!" ucapku dengan nada berapi-api, "Lisna gak kaya gitu!" ucapku lagi.

"Kalau lo bukan sahabat gue, udah gue tonjok lo karena ngomong kurang ajar kaya tadi," desisku terhadapku.

Kulihat Fendy, Iwan, dan Helga menatapku dalam. Sebenarnya ini ada apa? Mengapa mereka bertiga kompak sekali untuk menjelek-jelekan Lisna? Dari cara tatapan mereka saja aku tau ada yang tidak beres.

A Little LoveМесто, где живут истории. Откройте их для себя