2

3.4K 542 243
                                    

HomeDua

Anyway, double update?

»»»«««

Aku merasakan ada yang mengganjal hatiku. Entah itu apa.

"I..Iya, kenapa lo?" tanyaku, mencoba menutupi kegugupanku.

"Gue suka sama Megan." jawab Louis.

Tidak.

Tidak lagi.

Ini sudah perempuan keberapa yang Louis dekati dalam jangka waktu satu bulan. Dan sekarang dia sudah mengincar perempuan baru?

Tentu saja itu bisa terjadi, Liv. Perempuan mana yang bisa menolak didekati Louis?

Itu salah satu hal yang tidak aku sukai dari Louis. He's a player.

Mungkin karena dia belum menemukan satu yang bisa membuat dia benar-benar jatuh cinta.

"What the hell, Louis?! Cewek yang kemaren-kemaren lo kemanain njing?" aku bertanya, mataku memandangnya sinis.

Dia tidak menjawab.

"Yang waktu itu lo ajak ke rumah lo, gimana?" tanyaku lagi.

Dia masih tidak menjawab.

"Yang waktu itu lo jemput terus lo ajak jalan, kemana?"

Masih tidak ada jawaban.

"Yang lo kasih boneka terus lo peluk depan kelas gue, gimana?"

Hening.

Louis malah tertawa, "Chill baby, are you jealous, huh?"

Shit.

No.

Aku tidak mungkin cemburu.

Tidak. Tidak mungkin, tidak bisa.

"Gue? Hahahahahahahahha,"

Iya. Nggak. Duh gimana sih.

"Ya enggaklah!" aku tertawa lalu menepuk pundak laki-laki di depanku ini.

"Gue tuh sayang sama lo, lo kan sahabat gue ye ga?" tanyaku, tersenyum canggung.

"Yeeee... gue kirain," ucap Louis.

"Lagian lo ngapain sih ngincer cewek baru lagi? Kasian tau anak orang lo mainin gitu," ucapku.

Louis membenarkan posisi duduknya. Menatap langsung ke kedua mataku. Sungguh mata yang indah. Terlihat keantusiasan di matanya.

"Enggak, Liv. Oke, gue tau gue deketin banyak cewek, tapi gue gak pernah bener-bener sayang sama mereka. As you know lah ya, tapi dia tuh beda, Liv,"

"Megan tuh beda,"

"Dan kayanya gue jatuh cinta!" ucap Louis setengah berteriak, lalu tersenyum. Mungkin dia tidak percaya kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya itu.

"Megan cinta pertama gue, Liv."

Untuk pertama kalinya juga,

Aku merasa sesuatu menusuk hatiku, membuat kedua lututku melemas. Aku tidak percaya ini.

Apa aku pantas merasakan sesuatu seperti ini terhadap sahabatku? Sesuatu yang aku juga belum yakin betul apa itu.

Yang jelas itu sakit, dan ini jelas-jelas bukan cemburu. Bukan. Pasti bukan. Tidak mungkin. Aku menggelengkan kepalaku, mengusir semua pemikiran aneh itu.

"Liv?"

"Oliv?"

"Oliviaaaa?"

Aku sedikit terkesiap, lalu kembali menatapnya.

"Hah? Apa Lou?" tanyaku lagi, padahal aku hafal betul apa yang tadi dia ucapkan. Dan pasti sulit untuk melupakan itu.

Louis menarik kedua tanganku, membawanya ke pangkuannya.

"Bantuin gue ya, Liv. Please?" pinta Louis menggenggam tanganku.

"Bantuin apa?" tanyaku polos.

Tolol. Pasti dia memintaku untuk mendekatkannya dengan Megan.

Olivia bodoh.

"Bantuin gue deket sama Megan," pinta Louis lagi.

"Deket gimana?" tanyaku lagi.

Benar-benar bodoh.

"Tunggu... Jadi lo belom kenal sama Megan?!" tanyaku, melepaskan tanganku dari genggamannya.

"Belom hehe," jawab Louis, nyengir.

"Gue malu banget, Liv"

"Gue deg-degan mulu kalo ada dia,"

"Gue selama ini merhatiin dia dari jauh."

Aku melipat kedua tanganku di depan dadaku, lalu memutar kedua bola mataku.

"Astaga, Louis. Gue gak nyangka lo bisa kaya gitu," ucapku, tidak percaya, karena Louis yang senang memainkan hati perempuan bisa semalu itu.

Itu artinya Megan special.

"Gue juga gak ngerti kenapa gue bisa kaya gini, Liv"

"Bantuin gue ya? Please?"

Aku menjawab, "Hm, ya, oke."

"Ihhhh ko lo jawabnya cuma gitu sih? Lo gak suka kalo gue sama Megan?" tanya Louis.

"Apasih lo, pea" ucapku, lalu memalingkan wajahku darinya.

"Dih, ko ngambek?"

Aku membantah, "Kaga."

"Jangan marah dong babe, bukannya lo seneng ya kalo gue akhirnya punya pacar? Jadi gue ada yang ngurusin, lo nggak repot," ucap Louis.

"Gue sayang banget Liv, sama lo," lanjutnya.

Stop it.

"Gue gak mau ngerepotin lo lagi, dari kecil gue sahabatan sama lo, lo udah jadi salah satu orang terpenting buat gue, lo udah gue anggep kaya adik gue sendiri,"

Just, please.

"Gue dari dulu kalo ada apa-apa ceritanya sama lo, butuh apa-apa pasti ke lo, lo tuh udah kaya rumah buat gue, kemana pun gue pergi pasti balik lagi ke lo."

Louis menarik tubuhku, memelukku.

"Thanks ya, Liv."

Aku dengan cepat melepaskan tubuhku dari pelukannya.

"Ihhhhh apasi jadi mellow gitu, bangsat haha!" ucapku, menggigit bibir bawahku, menahan air mata agar tidak keluar membasahi pipiku.

Segitu berartikah aku untuknya? Sampai saat dia menemukan orang yang dia cintai, dia masih bertanya aku akan suka atau tidak?

Tentu saja itu tidak ada urusannya denganku. Siapapun orang yang dia cintai, tidak ada urusannya denganku, dia yang putuskan.

Selama perempuan itu baik untuknya, apa hakku untuk berkata tidak?

"Habis lo sih! Gue kira lo nggak suka kalo gue ntar sama Megan, lo tuh penting buat gue, jadi penilaian lo juga penting tau!" ucap Louis, mencubit batang hidungku.

"Ihhhhh sakit begooooo!!!" ucapku, berteriak.

Selalu saja.

»»»«««

Hai, masih ada yang baca gak?
Kalo masih, gue mau bilang makasih yaa buat yang udah vote, apalagi vomments hehe, ini buat yang minta dinext, udah gue next yaa!! Vomments please? Hope you guys like it!


home » lwtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang