7. Official

56K 2.9K 25
                                    

SARA dan Gibran melangkahkan kakinya menuju rumah megah di komplek mewah itu. Ya, kediaman keluarga besar Tantradinata--orang tua Gibran. Kedua orang tua Gibran meminta mereka berkumpul malam hari ini.

"Jadi.. siapa yang mau memberikan penjelasan?", tanya Ezar ketika mereka berempat sudah duduk di ruang tamu.

"Kami nggak perlu menjelaskan apapun, kan? Pa, Ma, c'mon you guys know it.", ucap Gibran singkat seraya menaikkan bahunya dengan acuh.

Jawaban frontal Gibran membuat Sara malu setengah mati. Bagaimana mungkin lelaki itu seolah-olah menunjukkan dirinya 'murahan' didepan kedua orang tuanya?

Dan Lexa serta Ezar malah tertawa mendengar jawaban putra semata wayang mereka.

"Okay. Jadi.. Sara, dimana orangtua-mu? Atau tepatnya kamu boleh menceritakan keluargamu terlebih dahulu mungkin.",

Sara berjengit kaget mendengar pertanyaan dari Mama Gibran.

"Saya adalah puteri tunggal keluarga Maximillianzo, saya anak terakhir dari tiga bersaudara. Ayah saya Giordano Maximillianzo, dan ibu saya Stella Maximillianzo. Kedua orang tua saya menetap di Milan, Italia.", ucap Sara dengan sopan.

"Lalu kamu tinggal dengan siapa di Indonesia? Ayah kamu pemilik Maximillianzo&Co? Lebih tepatnya, kamu bagaimana bisa nyasar di Indonesia?", tanya Ezar dengan bingung. Anak dari Maximillianzo&Co Jewerly bisa tinggal di Indonesia?

"Ya, ayah saya pewaris tunggal Maximillianzo&Co. Dan saya bisa nyasar ke Indonesia tepatnya setelah saya kabur dari perjodohan dengan anak relasi bisnis ayah saya.",

Ucapan Sara membuat Gibran mengernyit heran. Siapa lelaki yang sempat dijodohkan dengan Sara?

"Well, kalau boleh tau, dulu siapa lelaki yang dijodohkan denganmu?", tanya Ezar dengan penasaran.

"Franz Alexandrio Donnovan. Putra sulung keluarga Donnovan.",

Jawaban Sara membuat Lexa, Ezar, dan Gibran berjengit kaget. Donnovan?

"Franz? Wow. Jadi dulu kau sempat dijodohkan dengan Franz Donnovan? Kalau boleh tau kenapa kau menolak?",

"Klasik sih, kita nggak pernah saling suka. Franz nggak suka sama saya, makanya setelah pembatalan perjodohan, dia menikah dengan Julia.",

Gibran sejujurnya kaget setengah mati mendengar penjelasan Sara. Tapi dia memilih bungkam dengan seluruh angannya.

"Jadi kapan kalian akan menikah?", tanya Lexa dengan antusias.

"Secepatnya lebih baik, bukan?", tambah Ezar dengan sumringah.

"Terserah kalian, Ma, Pa. Udah dong wawancara-nya, Sara sama Gibran pamit dulu.", ucap Gibran seraya menggandeng Sara berjalan keluar begitu melihat anggukan kedua orangtua-nya.

---

Gibran dan Sara sedang berada di apartmen pribadi Gibran setelah insiden 'kecelakaan' di kantor Gibran yang tidak berakhir baik, dan undangan dari Lexa--Mama Gibran. Yang malah berakhir kedua orangtua Gibran memutuskan untuk melamar Sara--membuat Sara bingung setengah mati.

Dan entah kenapa Gibran masih bisa dengan santainya duduk di sofa sedangkan Sara sedang ketar-ketir mati-matian.

"Gibran, kamu kok diem aja sih! Duh gimana nih, ntar kalau papa mama-mu datang ke rumahku gimana? Aku bahkan nggak pernah cerita apapun tentang kita.", tanya Sara seraya menggigit ibu jarinya dengan gelisah.

"Memangnya, kau segitu tidak inginnya menikah denganku, Sara?",

"Maksudku--maksudku, kau tahu lah. Kita nggak pernah benar-benar serius dalam menjalin hubungan, dan nggak mungkin kita menikah.",

"Terserah.",

Ucap Gibran lalu berjalan menuju balkon. Situasi hening seketika memenuhi apartmen Gibran. Membuat Sara serba salah. Lelaki ini marah?

"Kamu marah padaku?", tanya Sara seraya membawa dua cup green tea latté dari Allure Esprecielo.

Gibran menghembuskan nafasnya dengan berat lalu menghisap rokoknya perlahan.

"Kamu ngerokok?", tanya Sara lagi melihat lelaki itu tidak berminat untuk menjawabnya sama sekali.

"Aku tahu, kamu mungkin terkaget dengan kehadiranku di hidupmu. Tapi apa susahnya sih cuma percaya kalau hubungan kita mungkin berhasil?",

"Itu nggak mungkin, Gibran.",

Jawaban keukeuh Sara membuat Gibran mengacak rambutnya frustasi. Lelaki seperti apa yang diidamkan gadis ini sebenarnya jika dia juga tidak cukup?

"Aku memangnya nggak cukup bagus buat kamu? Lelaki seperti apa yang kamu mimpikan?", tanya Gibran seraya menghisap rokok kedua-nya hari ini.

Gadis ini sungguh membuatnya frustasi.

"Aku nggak pernah punya lelaki bayangan yang aku impikan. Semua lelaki sama aja.",

"Nggak, kamu jangan generalisasi gitu. Cewek memang gitu ya, disakitin satu cowo brengsek, bilangnya 'semua cowok sama aja'. Giliran ada cowok baik ngedeketin, salah juga. Heran.", ucapnya seraya berdecih pelan. Bagaimana mungkin Sara menilai dia sama dengan lelaki kebanyakan? Bahkan gadis itu tidak memberinya kesempatan sekalipun!

"Apa buktinya?",

"Saya buktinya. Nggak fair buat bilang 'semua cowok sama aja'. Jelas-jelas kamu nggak pernah kasih aku kesempatan sama sekali.",

"Okay, okay, whatever. Kalo itu mau kamu, Mr. Dictator.",

"So.. we're officially dating?", ucap Gibran seraya berjalan kearah Sara lalu menarik dagu gadis itu pelan.

"Yes.",

Dan ketika Sara ingin melangkahkan kakinya masuk, Gibran menariknya jatuh ke pangkuan lelaki itu.

"Kamu masih berhutang penjelasan padaku, cantik.", ucapnya seraya mengelus pipi Sara pelan membuat gadis itu ketar-ketir.

"Ap-ap-pa?",

"Punya hubungan apa kau dengan Franz Donnovan, huh?", tanyanya dengan kesal.

"Franz.. dia hanya lelaki yang sempat dijodohkan denganku. C'mon dia sudah menikah dengan Julia! Apa lagi yang ingin kau tanyakan?",

Cemburuan!

"So, menurutmu, dia orangnya bagaimana?",

Hmm.. Sara berpikir sepersekian detik sampai akhirnya dia menjawab,

"Franz adalah salah satu lelaki yang paling baik yang pernah kukenal. Well, dia ganteng, harus kuakui. Sejujurnya dia sangat pengertian, sayang mungkin karena usia kita yang terpaut sepuluh tahun membuatku dan dia kurang cocok. But overall, he's frikkin hot.",

Ucap Sara yang tanpa sengaja membayangkan Franz saat Franz sedang topless di Pantai Wakiki dulu. Dan jawaban polos Sara nyaris membuat Gibran frustasi.

"Kamu serius memujinya ganteng dan hot tepat didepanku? Sengaja, huh?", ucap Gibran seraya mencium lekukan leher Sara membuat gadis itu geli.

"Nggak. Kamu kan tanya, aku kan cuma jawab?",

"So, how hot he is?",

"Nggak perlu cemburuan gitu, sayang. I'm sure you're pretty hot tho, ah?!", bisik Sara dengan nakal di telinga lelaki itu seraya tertawa ngakak melihat muka priceless Gibran.

Dan itu semua membuat Gibran seketika lupa dengan segala percakapan gila ini lalu menggendong gadis itu ke dalam.

Persetan!

---

A/N:

MUUP UDAH LAMA GA UPDATE. ENJOY! Jangan lupa vote and comments;)

Merry

Miss BombshellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang