Part 11

5K 368 11
                                    

Suka...nggak...suka...nggak...suka. Aku membuang bunga yang sudah kucabuti kelopaknya itu ke tanah. Aku sekarang makin bingung dan galau soal perasaanku pada Velino. Selama 15 tahun aku menunggu untuk bisa bertemu dengan Velino, pujaan hatiku, tapi sekarang aku malah berhadapan dengan kenyataan yang membingungkan.

Apakah aku masih menyukai Velino? Ah, entahlah... akhir2 ini aku sudah jarang membaca buku2nya lagi. Aku nekat menaruh buku2 kesayanganku itu di gudang, sampai Rose terheran2 melihat tingkahku. Tapi bagaimanapun aku sudah 15 tahun mengkhususkan ruang untuk Velino... dan tak semudah itu aku melupakannya...

"Door!!" Sebuah suara memecahkan lamunanku. Oh my God, dia Velino!! Aku langsung menyembunyikan bunga yang sedang kupetik.

"Nganggur?" Tanyanya.

"Ehm, iya prof, aku sudah selesai mengajar. Mau pulang tapi nanggung. Mau nginep di dormitory aja."

"Oohh, kebetulan!" Ujarnya aneh sambil mengeluarkan lolipop dari kantongnya, "kalau begitu aku undang kamu pesta malam ini."

"Pe... pesta??"

"Iya, ini ambillah. Ini tiket masuk ke pestaku," ujarnya sambil terkekeh.

"Di... dimana?"

"Di kamarku," jawabnya. Doenggg... pesta di kamar??

"Sudah, datang saja jam 7 oke? Kutunggu!" Tiba2 Velino berdiri dan beranjak pergi. Pesta apaan? Cihh!!! Aku hendak membuang saja lolipop itu tapi aku urung. Mungkin ini saatnya aku harus mengambil keputusan apakah aku akan terus mencintainya... atau melupakannya... aku akan mencobanya... untuk terakhir kali, pikirku sambil menggenggam lolipop itu erat2.

Jam 7 malam
Tok tok tok, aku mengetuk pintu. Sebuah tangan keluar dari pintu.

"Tiket?" Tanyanya

"Isshhhh!" Keluhku sambil menyerahkan lolipop itu. Pintupun dibuka.

"Ta raaa!!" Teriak Velino. Ia berkostum aneh. Memakai kaos berwarna ungu muda, rompi hijau, dan memakai topi pesta seperti yg biasa dikenakan anak2 TK kalau lagi pesta ultah.

"Masuklah," ajaknya. Tak perlu beberapa detik aku langsung ilfeel. Di kamar itu tidak ada seorangpun. Gantinya, boneka2 Velino sudah disusun begitu rupa di sekitar mejanya yang penuh dengan snack dan makanan. Lucunya boneka2 yang agak besar juga memakai topi yang sama dengan Velino. Aku kuatir jangan2 aku juga...

"Nih, pakai," Velino menyodorkan sebuah topi khusus untukku. Aduh... :( mau tidak mau karena sungkan aku memakainya

"Ehm, prof, sebenarnya ini pesta apa?" Tanyaku heran.

"Chico ultah," bisiknya sambil menunjuk boneka beruang besar yang memakai topi pink.

"Aah... I see.." bisikku sambil memaksakan senyum, padahal aslinya aku benar2 ingin menangis. Apakah ini berarti aku harus mengucapkan selamat tinggal pada Velino? Karena rasanya aku takkan sanggup lagi menghadapi tingkah anehnya itu.

"Oh ya," ujar Velino setelah kami selesai memotong kue, menyanyikan lagu happy birthday utk si "Chico"

"Kamu orang pertama yang aku ajak pesta," ujar Velino

"Oh, suatu kehormatan bagiku," bisikku sinis.

"Oh ya, kamu... belum jawab pertanyaanku... sebenarnya kenapa kamu menyukaiku?" Tanya Velino tiba2. Jantungku seperti berhenti berdegup. Nggak sangka dia menembakku dengan pertanyaan ini!

"Hmm... aku..."

"Janji kan harus jawab..."

"Well.. hmmm... " aku menarik napas, "bagiku... kamu dan karya2mu adalah alasan mengapa aku ada di sini... karena mungkin tanpamu aku sudah mati..."

Akupun menceritakan bagaimana masa remajaku hampir kuakhiri dengan bunuh diri, tetapi buku2 Velino sudah menjadi penyelamatku.

"Sejak itu aku sangat sangat menyukaimu," ujarku, upss.... aku segera menutup mulutku sendiri. Velino tertawa.

"Tapi... pasti aku jauh dari bayanganmu kan?" Tanyanya sambil mengais2 sisa kue di piring
Aku tersenyum dan mengangguk.

"Tapi itulah dirimu yang sebenarnya... Velino Herrard yang sesungguhnya. Apa yang ada di pikiranku semuanya hanya ilusi," jawabku

"Jadi, kamu menyesal?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng, "Velino Herrard telah menjadi bagian hidupku... ah, tidak.. dia adalah hidupku."

"Apakah lebih baik bagimu jika tidak pernah menemuiku sama sekali?" Tanya Velino lagi

Aku tersenyum, "mungkin," jawabku sambil menyuapkan sebuah cake ke mulut. Airmataku menggenang. Ya.. mungkin lebih baik aku terus hidup dalam khayalanku, Velino Herrard.

Velino menatapku, wajahnya mendadak serius. Ia mengacungkan telunjuknya dan mengelus bibirku.

"Ehh??" Seruku kaget

"Psst, ada krim di bibirmu," ujarnya.

"Hmm..." aku terdiam sementara jari telunjuk dan jempol Velino mengusap bibirku. Tiba2 ia memajukan kepalanya hingga wajahnya cukup dekat kepadaku.

"Ve... Velino..." bisikku. Tapi Velino tak menggubris. Ia memajukan wajahnya dan... PLAAAK!! Refleks aku menampar pipinya keras2. Wait... ta...tampar?? Riri menampar professor?

Velino mengaduh sambil memegangi pipinya
"Wadoooowww!!" Jeritnya.

"Ma..maaf, saya pamit dulu," ujarku sungkan.

"Eiit, tunggu dulu," cegah Velino. Ia memandangiku dengan penuh arti.

"Makasih ya..." ujarnya.

"Ma...makasih?" Tanyaku bingung.

"Makasih sudah mau datang ke sini, dan terutama... makasih sudah tetap mau jadi fansku," jawabnya.

Wajahku spontan memanas dan jantungku berdebar kencang. Mendadak aku teryakinkan akan perasaanku pada Velino. Aku menyukainya! Aku masih menyukainya 100%!! Huhuhu.... :(

"Sampai jumpa profesor!" Seruku sambil mengambil langkah seribu. Aku terlalu malu untuk melanjutkan.

My Crazy Professor (Profesor Gilaku)Where stories live. Discover now